Keyboard Shortcuts
ctrl + shift + ? :
Show all keyboard shortcuts
ctrl + g :
Navigate to a group
ctrl + shift + f :
Find
ctrl + / :
Quick actions
esc to dismiss
Likes
- Assunnah
- Messages
Search
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 6 = Derajat Hadits Shalat Tarawih 23 Raka'at]
Y & R
开云体育?
DERAJAT HADITS
SHALAT TARAWIH 23 RAKA'AT
?oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
? Hadits Pertama
Artinya :
"Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Nabi SAW, shalat di bulan Ramadlan dua puluh raka'at, (hadits riwayat : Ibnu Abi Syaibah, Abdu bin Humaid, Thabrani di kitabnya Al-Mu'jam Kabir dan Ausath, Baihaqi & Ibnu Adi dan lain-lain). Di riwayat lain ada tambahan : "Dan (Nabi SAW) witir (setelah shalat dua puluh raka'at)". ?
Riwayat ini semuanya dari jalan Abu Syaibah, yang namanya
: Ibrahim bin Utsman dari Al-Hakim dari Misqam dari Ibnu Abbas.
?
Imam Thabrani berkata : Tidak diriwayatkan dari Ibnu Abbas
melainkan dengan isnad ini. Imam Baihaqi berkata? : Abu Syaibah menyendiri
dengannya, sedang dia itu dlo'if. Imam Al-Haistami berkata di kitabnya
"Majmauz Zawaid (3/172) : Sesungguhnya Abu Syaibah ini dlo'if.
?
Al-Hafidz (Ibnu Hajar) berkata di kitabnya Al-Fath (syarah
Bukhari) : Isnadnya dlo'if, Al-Hafidz Zaila'i telah mendlo'ifkan isnadnya di
kitabnya Nashbur Rayah (2/172). Demikian juga Imam Shan'ani di kitabnya Subulus
Salam (syarah Bulughul Maram) mengatakan tidak ada yang sah tentang Nabi shalat
di bulan Ramadlan dua puluh raka'at.
?
Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Bahwa
hadits ini DLO'IFUN JIDDAN (Sangat Dlo'if). Bahkan muhaddits Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani mengatakan : MAUDLU'. Tentang kemaudlu'an hadits ini telah
beliau terangkan di kitabnya "Silsilah Hadits Dlo'if wal Maudlu" kitab
"Shalat Tarawih" dan "Irwaul Ghalil".
?
Siapa yang ingin mengetahui lebih luas lagi tentang
masalah ini, bacalah tiga kitab Syaikh Al-Albani di atas, khusunya kitab shalat
tarawih. Sebagaimana telah kita ketahui dari keterangan beberapa Ulama di atas
sebab lemahnya? hadits ini, karena di isnadnya ada seorang rawi tercela,
yaitu IBRAHIM BIN UTSMAN ABU SYAIBAH.
?
Ulama-ulama ahli hadits menerangkan mengenai Ibrahim bin
Utsman Abu Syaibah, sebagai berikut :
Periksalah kitab-kitab :
?
Hadits kedua.
Artinya :
"Dari Yazid bin Ruman, ia berkata : Adalah manusia pada zaman Umar bin Khattab mereka shalat (tarawih) di bulan Ramadlan dua puluh tiga raka'at". (hadits riwayat : Imam Malik dikitabnya Al-Muwath-tha 1/115). ?
Keterangan :
?
Hadits ini tidak sah ! Ketidaksahannya ini disebabkan
karena dua penyakit :
?
Pertama :
MUNQATI' (Terputus Sanadnya). Karena Yazid bin Ruman yang meriwayatkan hadits ini tidak bertemu dengannya. Imam Baihaqi sendiri mengatakan : Yazid bin Ruman tidak bertemu dengan Umar, dengan demikian sanad hadits ini Terputus ! Sanad yang demikian oleh Ulama-ulama ahli hadits dinamakan Munqati', sedang hadits yang sanadnya munqati' menurut ilmu Musthalah Hadits yang telah disepakati, masuk dalam hadits Dlo'if yang tidak boleh dijadikan alasan atau dalil. Tentang tidak bertemunya Yazid bin Ruman ini dengan Umar telah saya periksa seteliti mungkin di kitab-kitab rijalul hadits yang ternyata memang benar bahwa ia tidak pernah bertemu atau sezaman dengan Umar bin Khattab. ?
Kedua.
Riwayat diatas bertentangan dengan riwayat yang sudah shahih di bawah ini : "Dari Imam Malik dari Muhammad bin Yusuf dari Saib bin Yazid, ia berkata : "Umar bin Khattab telah memerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad-Dariy supaya keduanya shalat mengimami manusia dengan SEBELAS RAKA'AT". Sanad hadits ini shahih, karena :
?
?
Kesimpulan.
? ?
Insya Allah menyusul
:
?
|
Tolong tambahkan Hadits Shohih Keutamaan Shaum Ramadhan !
Nusye Jeanita
JAKARTA , DEC 10th 1999
AKH YAYAT, SALAAMU'ALAIKUM ... SEBELUMNYA ANA UCAPKAN : " " MAKALAH YANG ANTUM KIRIM DI ASSUNNAH SANGAT BAGUS DAN ANA RASA BANYAK MANFA'ATNYA BAGI NETTER - NETTER LAIN SELAIN ANA PRIBADI. HANYA SAJA DALAM BAHASAN MENGENAI "BACAAN BERBUKA DAN HADITS KEUTAMAAN SHAUM ROMADHON", KOCK NGGAK ANTUM SERTAKAN HADITS TENTANG KEUTAMAAN SHAUM ROMADHON YANG SHOHIH NYA ? WALAU HANYA SATU, SEBAGAIMANA ANA PAHAM BANYAK HADITS SHOHIH MENGENAI KEUTAMAAN ROMADHON YANG TERCANTUM DI KITAB SILSILATUL HADITS SHOHIHAH. PATUT ANTUM KETAHUI BAHWA MAKALAH ANTUM INI ANA EDIT SEBATAS LAY OUT NYA SAJA AGAR LEBIH MUDAH DIBACA & DIMENGERTI ORANG YANG MASIH AWAM UNTUK KEMUDIAN ANA FORWARD KEPADA TEMAN - TEMAN ANA YANG LAIN YANG NON AKTIVIS KAJIAN DAN PUNYA EMAIL ACCOUNT SEHINGGA SEMAKIN BANYAK HIKMAH YANG BISA KITA SAMPAIKAN KEPADA KAUM MUSLIMIN. ATAS PERHATIAN ANTUM ANA UCAPKAN JAZAAKALLAHU KHOIR ! WASSALAAMU'ALAIKUM ... NUSYE ===== Nusye Jeanita ( Export Dept. ) TATA CORPORATION INDONESIA Aspac Kuningan Suite 902 Jl.HR.Rasuna Said Kav X - 2 No.4 Jakarta 12950 Indonesia Phone/Fax : (62-21) 252 1031/34 Email : nusye@... __________________________________________________ Do You Yahoo!? Thousands of Stores. Millions of Products. All in one place. Yahoo! Shopping: |
Re: FW: Ahmad Izzah al-Andalusy
Endan Suwandana
Masya Allah, ini adalah kisah yang sangat mengharukan. Saya berasumsi
toggle quoted message
Show quoted text
bahwa kisah ini adalah nyata terjadi dan nama-nama orang yg disebut dalam kisah ini juga benar adanya. Untuk itu, karena agama Islam ini adalah agama riwayah, dan Al-Ilmu itu dapat terjaga dari sejak zaman Nabi SAW sampai saat ini dengan sangat rapi, karena ulama kita seluruhnya rohimahumullah menjaga riwayah pengkhabaran (hadits/atsar). Bersediakah ukhti untuk menyebutkan sumber kisah ini ? Sehingga kita menjadi semakin yakin akan kebenarannya ? Jazakillahu khoiron. e.n.d.a.n ---------------------------------------------------------------------------------- |
FW: Ahmad Izzah al-Andalusy
Dina Saktyari Welastimur
Ass. wr. wb.
toggle quoted message
Show quoted text
Saya forward-kan kiriman dari kakak saya. Semoga bermanfaat. Selamat berpuasa. Wassalam. ---------- |
Sholat Jum'at di Jkt
Endan Suwandana
Assalamu'alaikum.
Ada yg tahu ngga sholat Jum'at yang bagus di Jkt, baik dari segi materi khotbah, maupun cara pelaksanaannya. Sementara di kantor saya sering kali sang khotib menyampaikan dalil tanpa menyebut sumbernya. Paling-paling dia bilang hadits ini shohih, bahkan sering sekali tanpa menyebutkan derajatnya. Jazakumullah khoiron. Assalamu'alaikum. e.n.d.a.n |
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 5 = Bacaan Berbuka Puasa & Kelemaham Hadits Fadlilah Puasa]
Suprayitno MCDP
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu
toggle quoted message
Show quoted text
Ana akan menanggapi pertanyaan antum tentang letak membaca do'a berbuka Shoum yang sah. Dari penjelasan Ustadz Yazid Jawas : " memang benar dari segi makna do'a ini dibaca setelah kita meneguk air (berbuka). Karena itu tempat membacanya adalah setelah kita menelan makanan /minum, adapun sebelum berbuka (saat akan minum/makan korma) kita ucapkan bismillah. Demikian yang ana ketahui, Wallohu a'lam Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu -----Original Message----- |
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 5 = Bacaan Berbuka Puasa & Kelemaham Hadits Fadlilah Puasa]
Endan Suwandana
Kesimpulan.Ada sedikit yang ingin ana tanyakan, mungkin ada ikhwan yg tahu, kalo tidak ada yg tahu nanti saya tanyakan langsung sama Ustadz, insya Allah. Yaitu mengenai letak bacaan do'a itu. Biasanya kan do'a dibaca sebelum melakukan suatu amalan. Seperti do'a sebelum makan. Do'a sebelum tidur. Sedangkan mengenai do'a itu apakah dibaca sebelum berbuka, atau setelah berbuka ? Kalau dari maknanya kita memahami bahwa do'a itu dibaca bukan sebelum berbuka, tapi sesaat setelah berbuka (setelah kerongkongan basah oleh makanan/minuman). Ada yg tahu ? e.n.d.a.n |
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 6 = Derajat Hadits Shalat Tarawih 23 Raka'at]
Dikdik Setia Permana
Assalaamu'alaikum wr.wb,
yayat> DERAJAT HADITS yayat> SHALAT TARAWIH 23 RAKA'AT yayat> oleh yayat> Abdul Hakim bin Amir Abdat...............dan sseterusnya....... Apakah tidak lebih baik Akhi Yayat juga menyertakan hadist-hadist shohih mengenai shalat tarawih. Sebab kalau menyampaikan suatu penolakan akan lebih afdhol disertai juga dgn kebenaran yg menolaknya. Jazakalloh Wassalam, Abu Muti. |
Nuhun
Dikdik Setia Permana
Assalaamu'alaikum wr.wb,
yayat> Insya Allah menyusul : yayat> a.. Quyud Hizbiyyah karya Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halaby Al-Atsari. yayat> b.. I'TIKAAF oleh Yazid Abdul Qodir Jawas yayat> c... Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qodir Jawas Jazakalloh khoiron Jaza atas tanyangan tulisannya, sangat bermanfaat sekali. Ditunggu sekali yg a,b dan c. Wassalam, Abu Muti |
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 5 = Bacaan Berbuka Puasa & Kelemaham Hadits Fadlilah Puasa]
Y & R
From: Ilyas Rikrik, PH/ID <Rikrik.Ilyas@...>
To: <assunnah@...> Jadi hadits2 mengenai puasa yang betul yang mana ? Mohon informasi.Mengenai do'a di waktu berbuka puasa yang bisa dipakai atau di amalkan adalah : -------------------- Hadits Keempat Artinya : "Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah SAW, apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : DZAHABAZH ZHAAMA-U WABTALLATIL 'URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH (artinya : Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, Inysa allah). (Hadits HASAN, riwayat : Abu Dawud No. 2357, Nasa'i 1/66. Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadits ini HASAN. Hakim 1/422 Baihaqy 4/239) Al-Albani menyetujui apa yang dikatakan Daruquhni.! Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan (tsiqah), kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit kelemahan (Tahdzibut-Tahdzib 2/373). Maka tepatlah kalau dikatakan hadits ini HASAN. Kesimpulan. Hadits yang ke 1,2 dan 3 karena tidak syah (sangat dloif dan dloif) maka tidak boleh lagi diamalkan. Sedangkan hadits yang ke 4 karena riwayatnya telah syah maka bolehlah kita amalkan jika kita suka (karena hukumnya sunnat saja). -------------------- Barangkali itulah, yang bisa saya informasikan. Dan apabila, ada keinginan untuk bertanya langsung kepada : Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat 1. Telp. 08161358450 2. Pengajian Hari Sabtu Masjid Nurul Iman-Pramuka Sari IV Komplek BRI - Jakarta Timur [selama bulan puasa dimulai ba'da ashar s/d maghrib, insya Allah] 3. Maktabah LIPIA Wallahu a'lam bish-shawab. |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 5 = Bacaan Berbuka Puasa & Kelemaham Hadits Fadlilah Puasa]
Y & R
开云体育?
BACAAN
WAKTU BERBUKA PUASA
Dan Kelemahan Hadits Fadlilah
Puasa
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
?
? Dibawah ini akan saya turunkan beberapa
hadits tentang dzikir atau do'a di waktu berbuka puasa, kemudian akan saya
terangkan satu persatu derajadnya sekalian. Maka, apa-apa yang telah saya
lemahkan (secara ilmu hadits) tidak boleh dipakai atau diamalkan lagi, dan mana
yang telah saya nyatakan syah (shahih atau hasan) bolehlah saudara-saudara
amalkan. Kemudian saya iringi dengan tambahan keterangan tentang kelemahan
beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa yang sering dibacakan di
mimbar-mimbar khususnya di bulan Ramadhan.
?
?
Hadits Pertama
Artinya :
"Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul 'Alim (artinya : Ya Allah ! untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami berbuka. Ya Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui). (Riwayat : Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya 'Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu'jamul Kabir). Sanad hadits ini sangat
Lemah/Dloif
?
Pertama??? :?
Ada seorang rawi yang bernama : Abdul Malik bin Harun bin
'Antarah. Dia ini rawi yang
sangat lemah.
Kedua? :
Di sanad hadits ini juga ada bapaknya Abdul
Malik yaitu : Harun bin 'Antarah. Dia ini rawi yang diperselisihkan oleh para
ulama ahli hadits. Imam Daruquthni telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu
Hibban telah berkata : munkarul hadits (orang yang diingkari haditsnya), sama
sekali tidak boleh berhujjah dengannya.
?
Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul
Qoyyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Al-Albani dll.
?
Periksalah kitab-kitab berikut :
?
Hadits Kedua
Artinya :
"Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi SAW : Apabila berbuka beliau mengucapkan : Bismillah, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rizqika Aftartu (artinya : Dengan nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku berbuka puasa dan atas rizqi dari-Mu aku berbuka) (Riwayat : Thabrani di kitabnya Mu'jam Shogir hal 189 dan Mu'jam Auwshath). Sanad hadits ini
Lemah/Dlo'if
?
Pertama? :
Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly. Dia
seorang rawi yang lemah.
Kedua? :
Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.
?
Hadits Ketiga
Artinya :
"Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi SAW. Apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu wa 'Alaa Rizqika Aftartu." (Riwayat : Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Suni) Lafadz dan arti bacaan di hadits ini sama dengan riwayat/hadits yang ke 2 kecuali awalnya tidak pakai Bismillah.) ?
Dan sanad hadits ini mempunyai dua
penyakit.
?
Pertama? :
"MURSAL, karena Mu'adz bin (Abi) Zur'ah seorang Tabi'in bukan shahabat Nabi SAW. (hadits Mursal adalah : seorang tabi'in meriwayatkan langsung dari Nabi SAW, tanpa perantara shahabat). ?
Kedua? :
"Selain itu, Mu'adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi yang MAJHUL. Tidak ada yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta'dil tidak menerangkan tentang celaan dan pujian baginya". ?
?
Hadits Keempat
Artinya? :
"Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah SAW, apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : DZAHABAZH? ZHAAMA-U WABTALLATIL 'URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH (artinya : Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, Inysa allah). (Hadits HASAN, riwayat : Abu Dawud No. 2357, Nasa'i 1/66. Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadits ini HASAN. Hakim 1/422 Baihaqy 4/239) Al-Albani menyetujui apa yang dikatakn Daruquhni.! Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat)
berpandangan : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan (tsiqah),
kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit
kelemahan (Tahdzibut-Tahdzib 2/373). Maka tepatlah kalau dikatakan hadits ini
HASAN.
?
Kesimpulan.
?
?
Beberapa Hadits Lemah Tentang
Keutamaan Puasa
?
?
Hadits Pertama
Artinya :
"Awal bulan Ramadhan merupakan rahmat, sedang pertengahannya merupakan magfhiroh (ampunan), dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka". (Riwayat : Ibnu Abi Dunya, Ibnu Asakir, Dailami dll. dari jalan Abu Hurairah). ?
Derajad hadits ini : DLOIFUN JIDDAN (sangat
lemah).
?
Periksalah kitab : Dlo'if Jamius Shogir wa Ziyadatihi no.
2134, Faidhul Qodir No. 2815.
?
Hadits Kedua :
Artinya? :
"Dari Salman Al-Farisi, ia berkata : Rasulullah SAW. Pernah berkhotbah kepada kami di hari terakhir bulan Sya'ban. Beliau bersabda : "Wahai manusia ! Sesungguhnya akan menaungi kamu satu bulan yang agung penuh berkah, bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah telah jadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan shalat malamnya sunat, barang siapa yang beribadat di bulan itu dengan satu cabang kebaikan, adalah dia seperti orang yang menunaikan kewajiban di bulan lainnya, dan barangsiapa yang menunaikan kewajiban di bulan itu adalah dia seperti orang yang menunaikan tujuh puluh kewajiban di bulan lainnya, dia itulah bulan shabar, sedangkan keshabaran itu ganjarannya sorga.... dan dia bulan yang awalnya rahmat, dan tengahnya magfiroh (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka..." (Riwayat : Ibnu Khuzaimah No. hadits 1887 dll). ?
Sanad Hadits ini DLOIF.
?
Karena ada seorang rawi bernama : Ali bin
Zaid bin Jud'an. Dia ini rawi yang lemah sebagaimana diterangkan oleh Imam
Ahmad, Yahya, Bukhari, Daruqhutni, Abi Hatim, dll. Dan Imam Ibnu Khuzaimah
sendiri berkata : Aku tidak berhujah dengannya karena jelek hafalannya, Imam Abu
Hatim mengatakan : Hadits ini Munkar !!
?
Periksalah kitab : Silsilah Ahaadits Dloif
wal Maudluah No. 871, At-Targhib wat Tarhieb jilid 2 halaman 94, Mizanul I'tidal
jilid 3 halaman 127.
?
?
Hadits Ketiga
Artinya :
"Orang yang berpuasa itu tetap didalam ibadat meskipun ia tidur di atas kasurnya". (Riwayat : Tamam). ?
Sanad Hadits ini Dlo'if.
?
Karena di sanadnya ada : Yahya bin Abdullah
bin Zujaaj dan Muhammad bin Harun bin Muhammad bin Bakkar bin Hilal. Kedua orang
ini gelap keadaannnya karena kita tidak jumpai keterangan tentang keduanya di
kitab-kitab Jarh Wat-Ta'dil (yaitu kitab yang menerangkan cacat/cela dan pujian
tiap-tiap rawi hadits). Selain itu di sanad hadits ini juga ada Hasyim bin Abi
Hurairah Al-Himsi seorang rawi yang Majhul (tidak dikenal keadaannya dirinya).
Sebagaimana diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Mizanul I'tidal, dan Imam
'Uqail berkata : Munkarul Hadits !!
?
Kemudian hadits yang semakna dengan ini juga
diriwayatkan oleh Dailami di kitabnya Musnad Firdaus dari jalan Anas bin Malik
yang lafadnya sebagai berikut :
?
Artinya :
"Orang yang berpuasa itu tetap di dalam ibadat meskipun ia tidur diatas kasurnya". ?Sanad hadits ini Maudlu'/Palsu
?
Karena ada seorang rawi yang bernama
Muhammad bin Ahmad bin Suhail, dia ini seorang yang tukang pemalsu hadits,
demikian diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa.
?
Periksalah kitab : Silsilah Ahaadist Dloif
wal Maudl'uah No. 653, Faidlul Qodir No. hadits 5125.
?
Hadits Keempat.
?
Artinya :
"Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, dan diamnya merupakan tasbih, dan amalnya (diganjari) berlipat ganda, dan do'anya mustajab, sedang dosanya diampuni". (Riwayat : Baihaqy di kitabnya Su'abul Iman, dari jalan Abdullah bin Abi Aufa). ?
Hadits ini derajadnya sangat Dlo'if atau
Maudlu.
?
Di sanadnya ada Sulaiman bin Umar
An-Nakha'i, salah seorang pendusta (baca : Faidlul Qodir No. 9293).
?
Hadits Kelima.
?
Artinya :
"Puasa itu setengah dari pada sabar" (Riwayat : Ibnu Majah). ?
Kata Imam Ibnu Al-Arabi : Hadits (ini) sangat
lemah !
?
Hadist Keenam.
Artinya :
"Puasa itu setengah dari pada sabar, dan atas tiap-tiap sesuatu itu ada zakatnya, sedang zakat badan itu ialah puasa". (Riwayat : Baihaqy di kitabnya Su'abul Iman dari jalan Abu Hurairah). ?
Hadits ini sangat lemah !
Itulah beberapa hadits lemah tentang
keutamaan puasa dan bulannya. Selain itu masih banyak lagi hadits-hadits lemah
tentang bab ini. Hadits-hadits di atas sering kali kita dengar dibacakan di
mimbar-mimbar khususnya pada bulan Ramadhan oleh para penceramah.
?
Judul lengkap bahasan di atas
adalah sbb :
Derajad Hadits Tentang Bacaan
Waktu Berbuka Puasa
Dan Kelemahan Beberapa Hadits Tentang
Keutamaan/Fadillah Puasa
? ?
Insya Allah menyusul
:
?
|
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 5 = Bacaan Berbuka Puasa & Kelemaham Hadits Fadlilah Puasa]
Ilyas Rikrik, PH/ID
Jadi hadits2 mengenai puasa yang betul yang mana ? Mohon informasi.
toggle quoted message
Show quoted text
-----Original Message-----
From: Y & R [mailto:yayat@...] Sent: Thursday, December 09, 1999 10:50 PM To: assunnah@... Subject: [assunnah] Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 5 = Bacaan Berbuka Puasa & Kelemaham Hadits Fadlilah Puasa] BACAAN WAKTU BERBUKA PUASA Dan Kelemahan Hadits Fadlilah Puasa oleh Abdul Hakim bin Amir Abdat _____ Dibawah ini akan saya turunkan beberapa hadits tentang dzikir atau do'a di waktu berbuka puasa, kemudian akan saya terangkan satu persatu derajadnya sekalian. Maka, apa-apa yang telah saya lemahkan (secara ilmu hadits) tidak boleh dipakai atau diamalkan lagi, dan mana yang telah saya nyatakan syah (shahih atau hasan) bolehlah saudara-saudara amalkan. Kemudian saya iringi dengan tambahan keterangan tentang kelemahan beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa yang sering dibacakan di mimbar-mimbar khususnya di bulan Ramadhan. Hadits Pertama Artinya : "Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul 'Alim (artinya : Ya Allah ! untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami berbuka. Ya Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui). (Riwayat : Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya 'Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu'jamul Kabir). Sanad hadits ini sangat Lemah/Dloif Pertama : Ada seorang rawi yang bernama : Abdul Malik bin Harun bin 'Antarah. Dia ini rawi yang sangat lemah. 1. Kata Imam Ahmad bin Hambal : Abdul Malik Dlo'if 2. Kata Imam Yahya : Kadzdzab (pendusta) 3. Kata Imam Ibnu Hibban : pemalsu hadits 4. Kata Imam Dzahabi : di dituduh pemalsu hadits 5. Kata Imam Abu Hatim : Matruk (orang yang ditinggalkan riwayatnya) 6. Kata Imam Sa'dy : Dajjal, pendusta. Kedua : Di sanad hadits ini juga ada bapaknya Abdul Malik yaitu : Harun bin 'Antarah. Dia ini rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Imam Daruquthni telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu Hibban telah berkata : munkarul hadits (orang yang diingkari haditsnya), sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya. Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Al-Albani dll. Periksalah kitab-kitab berikut : 1. Mizanul I'tidal 2/666 2. Majmau Zawaid 3/156 oleh Imam Haitsami 3. Zaadul Ma'ad di kitab Shiam/Puasa oleh Imam Ibnul Qoyyim 4. Irwaul Gholil 4/36-39 oleh Muhaddist Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Hadits Kedua Artinya : "Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi SAW : Apabila berbuka beliau mengucapkan : Bismillah, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rizqika Aftartu (artinya : Dengan nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku berbuka puasa dan atas rizqi dari-Mu aku berbuka) (Riwayat : Thabrani di kitabnya Mu'jam Shogir hal 189 dan Mu'jam Auwshath). Sanad hadits ini Lemah/Dlo'if Pertama : Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly. Dia seorang rawi yang lemah. 1. Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhu'afa : Bukan hanya satu orang saja yang telah melemahkannya. 2. Kata Imam Ibnu 'Ady : Ia menceritakan hadits-hadits yang tidak boleh diturut. 3. Kata Imam Abu Hatim dan Daruquthni : Lemah ! 4. Sepengetahuan saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) : Dia inilah yang meriwayatkan hadits lemah bahwa imam tidak boleh adzan (lihat : Mizanul I'tidal 1/239). Kedua : Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan. 1. Kata Muhammad Nashiruddin Al-Albani : Dia ini lebih jelek dari Ismail bin Amr Al-Bajaly. 2. Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur'ah dan Ibnu Hajar : Matruk. 3. Kata Imam Ibnu 'Ady : Umumnya apa yang ia riwayatkan tidak boleh diturut (lihat Mizanul I'tidal 2/7) 4. Sepengetahuan saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) : Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani ini di Risalah Puasa tapi beliau diam tentang derajad hadits ini ? Hadits Ketiga Artinya : "Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi SAW. Apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu wa 'Alaa Rizqika Aftartu." (Riwayat : Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Suni) Lafadz dan arti bacaan di hadits ini sama dengan riwayat/hadits yang ke 2 kecuali awalnya tidak pakai Bismillah.) Dan sanad hadits ini mempunyai dua penyakit. Pertama : "MURSAL, karena Mu'adz bin (Abi) Zur'ah seorang Tabi'in bukan shahabat Nabi SAW. (hadits Mursal adalah : seorang tabi'in meriwayatkan langsung dari Nabi SAW, tanpa perantara shahabat). Kedua : "Selain itu, Mu'adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi yang MAJHUL. Tidak ada yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta'dil tidak menerangkan tentang celaan dan pujian baginya". Hadits Keempat Artinya : "Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah SAW, apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : DZAHABAZH ZHAAMA-U WABTALLATIL 'URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH (artinya : Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, Inysa allah). (Hadits HASAN, riwayat : Abu Dawud No. 2357, Nasa'i 1/66. Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadits ini HASAN. Hakim 1/422 Baihaqy 4/239) Al-Albani menyetujui apa yang dikatakn Daruquhni.! Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan (tsiqah), kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit kelemahan (Tahdzibut-Tahdzib 2/373). Maka tepatlah kalau dikatakan hadits ini HASAN. Kesimpulan. * Hadits yang ke 1,2 dan 3 karena tidak syah (sangat dloif dan dloif) maka tidak boleh lagi diamalkan. * Sedangkan hadits yang ke 4 karena riwayatnya telah syah maka bolehlah kita amalkan jika kita suka (karena hukumnya sunnat saja). Beberapa Hadits Lemah Tentang Keutamaan Puasa Hadits Pertama Artinya : "Awal bulan Ramadhan merupakan rahmat, sedang pertengahannya merupakan magfhiroh (ampunan), dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka". (Riwayat : Ibnu Abi Dunya, Ibnu Asakir, Dailami dll. dari jalan Abu Hurairah). Derajad hadits ini : DLOIFUN JIDDAN (sangat lemah). Periksalah kitab : Dlo'if Jamius Shogir wa Ziyadatihi no. 2134, Faidhul Qodir No. 2815. Hadits Kedua : Artinya : "Dari Salman Al-Farisi, ia berkata : Rasulullah SAW. Pernah berkhotbah kepada kami di hari terakhir bulan Sya'ban. Beliau bersabda : "Wahai manusia ! Sesungguhnya akan menaungi kamu satu bulan yang agung penuh berkah, bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah telah jadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan shalat malamnya sunat, barang siapa yang beribadat di bulan itu dengan satu cabang kebaikan, adalah dia seperti orang yang menunaikan kewajiban di bulan lainnya, dan barangsiapa yang menunaikan kewajiban di bulan itu adalah dia seperti orang yang menunaikan tujuh puluh kewajiban di bulan lainnya, dia itulah bulan shabar, sedangkan keshabaran itu ganjarannya sorga.... dan dia bulan yang awalnya rahmat, dan tengahnya magfiroh (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka..." (Riwayat : Ibnu Khuzaimah No. hadits 1887 dll). Sanad Hadits ini DLOIF. Karena ada seorang rawi bernama : Ali bin Zaid bin Jud'an. Dia ini rawi yang lemah sebagaimana diterangkan oleh Imam Ahmad, Yahya, Bukhari, Daruqhutni, Abi Hatim, dll. Dan Imam Ibnu Khuzaimah sendiri berkata : Aku tidak berhujah dengannya karena jelek hafalannya, Imam Abu Hatim mengatakan : Hadits ini Munkar !! Periksalah kitab : Silsilah Ahaadits Dloif wal Maudluah No. 871, At-Targhib wat Tarhieb jilid 2 halaman 94, Mizanul I'tidal jilid 3 halaman 127. Hadits Ketiga Artinya : "Orang yang berpuasa itu tetap didalam ibadat meskipun ia tidur di atas kasurnya". (Riwayat : Tamam). Sanad Hadits ini Dlo'if. Karena di sanadnya ada : Yahya bin Abdullah bin Zujaaj dan Muhammad bin Harun bin Muhammad bin Bakkar bin Hilal. Kedua orang ini gelap keadaannnya karena kita tidak jumpai keterangan tentang keduanya di kitab-kitab Jarh Wat-Ta'dil (yaitu kitab yang menerangkan cacat/cela dan pujian tiap-tiap rawi hadits). Selain itu di sanad hadits ini juga ada Hasyim bin Abi Hurairah Al-Himsi seorang rawi yang Majhul (tidak dikenal keadaannya dirinya). Sebagaimana diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Mizanul I'tidal, dan Imam 'Uqail berkata : Munkarul Hadits !! Kemudian hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Dailami di kitabnya Musnad Firdaus dari jalan Anas bin Malik yang lafadnya sebagai berikut : Artinya : "Orang yang berpuasa itu tetap di dalam ibadat meskipun ia tidur diatas kasurnya". Sanad hadits ini Maudlu'/Palsu Karena ada seorang rawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Suhail, dia ini seorang yang tukang pemalsu hadits, demikian diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa. Periksalah kitab : Silsilah Ahaadist Dloif wal Maudl'uah No. 653, Faidlul Qodir No. hadits 5125. Hadits Keempat. Artinya : "Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, dan diamnya merupakan tasbih, dan amalnya (diganjari) berlipat ganda, dan do'anya mustajab, sedang dosanya diampuni". (Riwayat : Baihaqy di kitabnya Su'abul Iman, dari jalan Abdullah bin Abi Aufa). Hadits ini derajadnya sangat Dlo'if atau Maudlu. Di sanadnya ada Sulaiman bin Umar An-Nakha'i, salah seorang pendusta (baca : Faidlul Qodir No. 9293). Hadits Kelima. Artinya : "Puasa itu setengah dari pada sabar" (Riwayat : Ibnu Majah). Kata Imam Ibnu Al-Arabi : Hadits (ini) sangat lemah ! Hadist Keenam. Artinya : "Puasa itu setengah dari pada sabar, dan atas tiap-tiap sesuatu itu ada zakatnya, sedang zakat badan itu ialah puasa". (Riwayat : Baihaqy di kitabnya Su'abul Iman dari jalan Abu Hurairah). Hadits ini sangat lemah ! * Ada Muhammad bin ya'kub, Dia mempunyai riwayat-riwayat yang munkar. Demikian diterangkan oleh Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa * Ada Musa bin 'Ubaid. Ulama ahli hadits. Imam Ahmad berkata : Tidak boleh diterima riwayat dari padanya (baca : Faidlul Qodir no. 5201). Itulah beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa dan bulannya. Selain itu masih banyak lagi hadits-hadits lemah tentang bab ini. Hadits-hadits di atas sering kali kita dengar dibacakan di mimbar-mimbar khususnya pada bulan Ramadhan oleh para penceramah. Judul lengkap bahasan di atas adalah sbb : Derajad Hadits Tentang Bacaan Waktu Berbuka Puasa Dan Kelemahan Beberapa Hadits Tentang Keutamaan/Fadillah Puasa _____ Insya Allah menyusul : * Quyud Hizbiyyah karya Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halaby Al-Atsari. * I'TIKAAF oleh Yazid Abdul Qodir Jawas * Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qodir Jawas _____ <> click here <> Click here! eGroups.com Home: <> www.egroups.com <> - Simplifying group communications |
Re : ????? ?????? ???????
Nusye Jeanita
IKHWAH FILLAH,
SALAAMU'ALAIKUM... ANA TERIMA EMAIL ANTUM YANG BERMINAT ADZKAR SOBAAHAN WAL MASAAN, HANYA SAJA TOLONG INFORM ALAMAT LENGKAP ANTUM, SO ANA BISA KIRIM LANGSUNG KE ALAMAT MASING -MASING. JAZAAKALLAHU KHOIRUL JAZA. NUSYE __________________________________________________ Do You Yahoo!? Thousands of Stores. Millions of Products. All in one place. Yahoo! Shopping: |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 4 = Hukum Meriwayatkan Hadits Maudlu'/Palsu]
Y & R
开云体育?
HUKUM MERIWAYATKAN
Hadits Maudlu'/Palsu
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
?
? ?
"Man haddatsaa 'Annii (wafii
riwaayatin : Man rawaa 'Annii) Bihadiitsiy-yura (wafii lafdzin : yara) Annahu
Kadzibbin, Fahuwa Ahadul-Kadzibiina
(wafii lafdzin :Al-Kadzibayini)"
?
"Barangsiapa yang menceritakan
dariku (dalam riwayat yang
lain :
meriwayatkan dariku) satu hadist yang
ia sangka (dalam satu lafadz :
yang ia telah mengetahui) sesugguhnya hadits tersebut
dusta/palsu,
maka ia termasuk salah seorang dari
para pendusta
(dalam satu lafadz : dua
pendusta)"
?
?
?
Takhrijul Hadits
:
?
Hadits ini derajadnya SHAHIH dan MASYHUR
sebagaimana diterangkan oleh Imam Muslim di muqaddimah shahihnya
(1/7).
?
Dan telah diriwayatkan oleh beberapa
shahabat :
?
1. Samuroh bin Jundud
Dikeluarkan oleh Imam-imam : Muslim (1/7),
Ibnu Majah (No. 39) Ahmad (5/20), Ath-Tahayalis di musnadnya (Hal : 121 No.
895), Ath-Thahawi di kitabnya : Al-Musykilul Atsar" (1/75), Ibnu Abi
Syaibah di mushannafnya (8/595), Ath-Thabrani di kitabnya "Al-Mu'jam
Kabir" (7/215 No. 6757), Ibnu Hiban (No. 29) dan di kitabnya
"Adl-Dlu'afaa" (1/7) dan Al-Khatib Baghdadi di kitabnya "Tarikh
Baghdad" 4/161).
?
2. Mughirah bin Syu'bah
Dikeluarkan oleh Imam-imam : Muslim (1/7),
Ibnu Majah (No. 41), Tirmidzi (4/143-144 di kitabul ilmi), Ahmad 94/252,255),
Ath-Thayalis (Hal : 95 No. 690), Ath-Thahawi di "Musykil" (1/175-176),
Ibnu Hibban di kitabnya "Adl-Dlua'afaa" (1/7).
?
3. Ali bin Abi Thalib
Dikeluarkan oleh Imam-imam : Ibnu Majah (No.
38 & 40), Ibnu Abi Syaibah (8/595), Ahmad (1/113) dan Ath-Thahawi (1/175) di
kitabnya "Musykilul Atsar").
?
Lafadz hadits dari riwayat Imam Muslim dan
lain-lain, dan riwayat yang kedua (man rawa 'anni) dari mereka selain Muslim.
Berkata Tirmidzi : Hadist Hasan Shahih.
?
?
LUGHOTUL HADITS
:
?
Lafadz (yara) ada dua riwayat yang
shahih.
?
1. Dengan lafadz "yura" didlomma
huruf "ya" nya, maknanya "Zhan" atinya : Ia
sangka.
"Yakni : Hadits? tersebut baru ia "sangka-sangka" saja sebagai hadits palsu/maudlu, kemudian ia meriwayatkannya juga, maka ia termasuk kedalam ancaman Nabi SAW di atas". 2. Dengan lafadz "yara" di fat-ha "ya"
nya, yang maknanya "yu'lamu", artinya : Ia telah
??? mengetahui.
"Yakni :? Hadits tersebut telah ia ketahui kepalsuannya, baik ia mengetahuinya sendiri sebagi ahli hadits atau diberitahu oleh Ulama ahli Hadits, kemudian ia meriwayatkan/membawakannya tanpa memberikan bayan/penjelasan akan kepalsuannya, maka ia termasuk ke dalam kelompok pendusta hadits Nabi SAW". ?
Demikian juga lafadz "Alkadzibiina" terdapat dua
riwayat yang shahih :
?
1. Dengan lafadz??
"alkadzibiina"? hurup? "ba"? nya di kasro
yakni dengan bentuk jamak.
??? Artinya : Para pendusta.
2. Dengan ? lafadz "alkadzibayina"?
hurup? "ba"? nya di? fat-ha?? yakni
dengan? bentuk
??? mutsanna (dua orang). Artinya : Dua
pendusta.
??? (Syarah Muslim : 1/64-65 Imam
Nawawi).
?
?
SYARAH HADITS
?
Sabda Nabi SAW : (Barangsiapa yang
menceritakan/meriwayatkan dariku satu/sesuatu hadits saja), yakni baik berupa
perkataan, perbuatan taqrir,atau apa saja yang disandarkan orang kepada Nabi
SAW, apakah menyangkut masalah-masalah ahkam (hukum-hukum), aqidah, tafsir
Qur'an, targhib dan tarhib atau keutamaan-keutamaan amal (fadlaa-ilul a'mal),
tarikh/kisah-kisah dan lain-lain. (Yang ia menyangka/zhan) yakni sifatnya baru
"zhan" tidak meyakini (atau ia telah mengetahui) baik ia sebagai ahli
hadits atau diterangkan oleh ahli hadits (sesungguhnya hadits tersebut
dusta/palsu), kemudian ia meriwayatkannya dengan tidak memberikan penjelasan
akan kepalsuannya, (maka ia termasuk salah seorang dari pendusta/salah seorang
dari dua pendusta) yakni yang membuat hadits palsu dan ia sendiri yang
menyebarkannya.
?
Berkata Imam Ibnu Hibban dalam syarahnya atas hadits ini
di kitabnya "Adl-Dlu'afaa" (1/7-8) : "Di dalam kabar (hadits) ini
ada dalil tentang sahnya apa yang telah kami terangkan, bahwa orang yang
menceritakan hadits apabila ia meriwayatkan apa-apa yang tidak sah dari Nabi
SAW, apa saja yang diadakan orang atas (nama) beliau SAW, sedangkan ia
mengetahuinya, niscaya ia termasuk salah seorang dari
pendusta".
?
Bahkan zhahirnya kabar (hadits) lebih keras lagi, yang
demikian karena beliau telah bersabda: "Barangsiapa yang meriwayatkan
dariku satu hadits padahal ia telah menyangka (zhan) bahwa hadits tersebut
dusta". Beliau tidak mengatakan bahwa ia telah yakin hadits itu dusta
(yakni baru semata-mata zhan saja). Maka setiap orang yang ragu-ragu tentang
apa-apa yang ia marfu'kan (sandarkan kepada Nabi SAW), shahih atau tidak shahih,
masuk kedalam pembicaraan zhahirnya kabar (hadits) ini". (baca kembali
keterangan Nawawi di Masalah ke 2).
?
Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Hadits
ini mengandung beberapa hukum dan faedah yang sangat penting diketahui
:
Kalau ditaqdirkan pada zaman kita sekarang ini tidak ada lagi orang yang memalsukan hadits (walaupun kita tidak menutup kemungkinannya), tetapi tidak sedikit bahkan banyak sekali saudara-saudara kita yang membawakan hadits-hadits yang batil dan palsu. Tersebarlah hadits palsu itu melalui mimbar para khotib, majelis-majelis dan tulisan di kitab-kitab dan majalah-majalah yang tidak sedikit membawa kerusakan bagi kaum muslimin. Innaa lillahi wa inna ilaihi raaji'un ! Mudah-mudahan hadits di atas dan hadits-hadits di Masalah
ke 2 dapat memberikan peringatan dan pelajaran bagi kita supaya berhati-hati
dalam menyandarkan sesuatu kepada Rasulullah SAW. Aamiin ..!
?
? ?Insya Allah menyusul
:
?
?
?
?
?
?
? ? ?
?
?
?
?
?
|
biography Ibn Taimiyah
A L S
BISMILLAHIRROHMANIR ROHIEM
TO: YOU WHO LIKE TO KNOW. Sebuah artikel yang mungkin sudah antum ketahui. WADZAKKIR FAINNA DZIKRO TANFA'UL MUKMINIEN. IBN TAIMIYAH QQQQQQQQQ Biography QQQQQQQQQ COPIED FROM : the-quran.com ______________________________ Taqi ud-Din Abu-l-'Abbas Ahmad Ibn 'Abd al-Halim Ibn 'Abd as-Salam Ibn Taimiyah al-Harrani al-Hanbali, was born on Monday the 10th of Rabi' al-Awwal 66l H./22nd of January 1263 C.E. at Harran. His father fled with his family from Harran to Damascus in the year 667 H./1268 C.E. out of fear of the Tatars who invaded the land of Islam and were very close to Harran. In Damascus, the center of Islamic studies at that time, Ahmad Ibn Taimiyah followed in the footsteps of his father who was a scholar of Islamic studies by studying with the great scholars of his time, among them a woman scholar by the name Zainab bint Makki who taught him hadith. He completed his studies when he was a teenager and at age 19 he became a professor of Islamic studies. Well versed in Qur'anic studies, Hadith, fiqh, theology, Arabic grammar and scholastic theology, etc., he started giving fatwas on religious legal matters without following any of the traditional legal schools, the Hanafi, Maliki, Shafi'i and Hanbali. He defended the sound prophetic traditions by arguments which, although taken from the Qur'an and the Sunnah, had hitherto been unfamiliar to people of his time. The freedom of his polemics made him many enemies among the scholars of the traditional Orthodox Schools, who falsely accused him, of all kinds of heretical beliefs. Among them was the famous Muslim medieval traveler, Ibn Batutah, who visited Damascus while Ibn Taimiyah was in jail. This did not hinder Ibn Batutah in testifying in his book that "he witnessed Ibn Taimiyah on the pulpit saying, 'every night Allah descends to the lower heaven like my descent', and he descended one step down the pulpit".1 From reading this 'aqidah we learn that Ibn Taimiyah accepted the attributes of Allah without questioning (bi-la kaifa).2 He fought heretical innovations in religion which were wide spread during his time all over the Muslim world, especially certain acts and beliefs of some Sufi orders, like saint worship and visiting saints' tombs, and throwing themselves in the fire. His attack on the sufis caused him a lot of trouble with the authorities whose leaders were under the influence of certain sufi leaders. Ibn Taimiyah's fight was not limited to the sufis and the people who followed the heretical innovations; in addition, he fought against the Tatars who attacked the Muslim world and almost reached Damascus. The people of Syria sent him to Egypt to urge the Mamluke Sultan, the Sultan of Egypt and Syria to lead his troops to Syria to save it from the invading Tatars. When he realized that the Sultan was hesitant to do what he asked of him, he threatened the Sultan by saying: "If you turn your back on Syria we will appoint a Sultan over it who can defend it and enjoy it at the time of peace". He was present at the battle of Shaqhab near Damascus against the Tatars which took place during the fasting month of Ramadan and gave a fatwa to the army to break their fast in order to help them against their enemy, as the Prophet Muhammad (peace be upon him) did during the battle of the liberation of Makkah. The Muslims won the battle against the Tatars and drove them away from Damascus and all Syria. Ibn Taimiyah's courage was expressed when he went with a delegation of 'ulama' to talk to Qazan the Khan of the Tatars to stop his attack on the Muslims. Not one of the 'ulama' dared to say anything to him except Ibn Taimiyah who said: "You claim that you are Muslim and you have with you mu'adhdhins, judges, Imam and sheikh but you invaded us and reached our country for what? While your father and your grandfather, Hulago, were non-believers, they did not attack the land of Islam, rather, they promised not to attack and they kept their promise. But you promised and broke your promise."3 All this jihad against the enemies of Islam did not help Ibn Taimiyah with the 'ulama'. The authorities put him in jail many times until he died in jail because of his daring and free progressive opinions on many legal and social issues which angered his opponents, the followers of the Orthodox Schools of law. However when Ibn Taimiyah had the chance to punish his opponents among the 'ulama' who caused him all kinds of trouble and put him in jail many times, he showed the utmost of magnanimity and forgave them when the Sultan an-Nasir Qalawun gave him the chance to do so. He said: "If you kill them you will never find 'ulama' like them." The Sultan said: "They harmed you many times and wanted to kill you!" Ibn Taimiyah said: "Whoever harmed me is absolved, and who harmed the cause of Allah and His Messenger, Allah will punish him."4 The Muslim historians, like adh-Dhahabi, Ibn Kathir, Ibn al-'Imad al-Hanbali and many others praised Ibn Taimiyah and considered him one of the greatest scholars of Islam of all time. Ibn Taimiyah died in jail in Damascus on the night of Sunday-Monday 20th Dhu-l-Qa'dah 728 H./26-27 September 1328 C.E. The people of Damascus, who held him in great honor, gave him a splendid funeral and an estimated 200,000 men and 15,000 women attended his funeral. He was buried at the Sufi cemetery in Damascus5 where his mother was buried. Ibn Taimiyah's Writings In spite of all the turbulence in his life, as discussed earlier, Ibn Taimiyah was able to write many books and pamphlets on all branches of Islamic knowledge. His pupil; Ibn Qayyim al-Jawziyah, compiled a list of the works of Ibn Taimiyah which contains 350 works. Here are some of them: A: Qur'anic Studies and Tafsir: 1. al-Tabyan fi nuzul al-Qur'an. 2. Tafsir surat al-Nur. 3. Tafsir al-Mu'awidhatain (chapter 113 and 114). 4. Tafsir Surat al-Ikhlas (chapter 112) 5. Muqaddimah fi 'Usul al-Tafsir. B: Fiqh (Islamic Law): 1. Majmu'at al-Fatawa al-Kubra. 5 volumes. 2. Majmu' Fatawa Ibn Taimiyah. 37 volumes. 3. al-Qawa'id al-Nuraniyah al-Fiqhiyah. 4. Kitab Manasik al-Hajj. 5. Risalah fi al-'Uqud al-Muharramah. 6. Kitab al-Farq al-Mubin baina al-Talaq wal-Yamin. 7. Kitab fi 'Usul al-Fiqh. 8. Risalah fi Raf al-Hanafi Yadaihi fi al-Salah. 9. Risalah fi Sujud al-Sahwu. 10. Mas'alat al-Half bil-Talaq. C: Tasawwuf (Sufism): 1. al-Furqan baina Awliya' al-Rahman wa-Awliya' al- Shaitan. 2. Amrad al-Qulub wa-Shifa'uha. 3. al-Tuhfah al-'Iraqiyah fi A'mal al-Qulub. 4. al-'Ubudiyah. 5. al-Risalah al-Tadmuriyah. 6. Darajat al-Yaqin. 7. Bughyat al-Murtad (al-sab'iniyah). 8. Ibtal Wahdat al-Wujud. 9. al-Tawassul wal-Wasilah. 10. Risalah fi al-Sama' Wal-Raqs. 11. al-'Ibadat al-Shar'iyah. D: 'Usul al-Din and 'Ilm al-Kalam: 1. Risalah fi 'Usul al-Din. 2. Risalah fi al-Ihtijaj bil-Qadar. 3. Jawab Ahl al-'Ilm wal-Iman. 4. al-Iklil fi al-Mutashabih wal-Ta'wil. 5. al-Risalah al-Madaniyah. 6. Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyah fi Naqd Kalam al-Shi'ah al-Qadariyah. 7. al-Muntaqa min Akhbar al-Mustafa. 8. Sharh al-'Aqidah al-Asfahaniyah. 9. Ma'arij al-Wusul ila Ma'rifat anna Usula al-Din wa-Futu'ahu qadd bayyanaha al-Rasul. 10. Aqwamu ma qila fi al-Mashi'ati wal-Hikinati wal-Qada'i wal-Qadari wal-Ta'lili wa-Butlani al-Jabri wal- Ta'til. 11. Risalah fi al-Qada'i wal-Qadar. 12. Kitab al-Iman. 13. al-Furqan baina al-Haqqi wal-Batil. 14. al-Wasiyah al-Kubra. 15. Naqd Ta'sis al-Taqdis. 16. al-Radd 'ala al-Nusairiyah. E: Al-Radd 'ala As-hab al-Milal: (Responding to other religion's followers): 1. al-Jawab al-Sahih li-man Baddala Dina al-Masih. 2. al-Radd 'ala al-Nasara. 3. Takhjil Ahl al-Injil. 4. al-Risalah al-Qubrusiyah. 5. Iqtida' al-Sirat al-Mustaqim Mukhalafat As-hab al-Jahim. F: Al-Mantiq wal-Falsafah: (Logic and Philosophy): 1. al-Radd 'ala al-Mantiqiyyin. 2. al-Risalah al-Safadiyah. 3. Naqd al-Mantiq. 4. al-Risalah al-'Arshiyah. G: Al-Akhlaq wal-Siyasah wal-Ijtima': (Manners, Administration and Sociology) 1. al-Hasanah wal-Sayyi'ah. 2. al-Wasiyah al-Jami'ah li-Khair al-Dunia wal-Akhirah. 3. Sharh Hadith "Innama al-A'malu bin-Niyyat". 4. al-Siyasah al-Shar'iyah fi Islah al-Ra'i wal-Ra'iyah. 5. al-Hisbah fi al-Islam. 6. al-Mazalim al-Mushtarakah. 7. al-Shatranj. H: Hadith: 1. Ahadith al-Qussas The Reason this Creed was Written Ibn Taimiyah said: "A Shafi'ite judge from Wasit (in Iraq) whose name is Radiy ad-Din al-Wasiti, visited me on his way to Hajj (pilgrimage). This Sheikh was a man of goodness and faith. He complained to me of the people's situation in that country (i.e., Iraq ) under the Tatars (Mongols) rule of ignorance, injustice, and loss of faith and knowledge. He asked me to write him an 'Aqidah (creed) as a reference to him and his family. But I declined saying: Many creeds have been written. Refer to the scholars of the Sunnah. However, he persisted in his request, saying: I do not want any creed but one you write. So I wrote this one for him while I was sitting one afternoon. Many copies of it are dispersed throughout Egypt, Iraq and other provinces. (Majmu' Fatawa Ibn Taimiyah, VIII, p.164) 1-Ibn Batutah - Rihiah, vol.1,p.110,fn.1. 2- See page 21 of this book. 3-Ibn Kathir, al-Bidayah wan-Nihayah, Vol.7, Part 14, pp.91-92 4-Ibn Kathir, al-Bidayah wan-Nihayah, vol.7, part 14, p.56. 5- For description of Ibn Taimiyah's funeral see Ibn Kathir; pp.141-145. _________________________ ______________________________________________________ |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 3 = Dimana ALLAH ?, 3/3]
Y & R
开云体育?
DIMANA ALLAH ?
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
Bagian Terakhir dari Tiga tulisan
[3/3]
? Keempat
Keterangan Para Sahabat Nabi SAW,
dan Ulama-Ulama Islam.
?
Adapun keterangan dari para sahabat Nabi
SAW, dan Imam-imam kita serta para Ulama dalam masalah ini sangat banyak sekali,
yang tidak mungkin kami turunkan satu persatu dalam risalah kecil ini, kecuali
beberapa diantaranya.
?
1. Umar bin Khatab pernah mengatakan
:
??? Artinya :
"Hanyasanya segala urusan itu (datang/keputusannya) dari sini". Sambil Umar mengisyaratkan tangannya ke langit " [Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 103. mengatakan : Sanadnya seperti Matahari (yakni terang benderang keshahihannya)]. ?
2. Ibnu Mas'ud berkata :
??? Artinya :
"'Arsy itu diatas air dan Allah 'Azza wa Jalla di atas 'Arsy, Ia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan". Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Thabrani di kitabnya "Al-Mu'jam Kabir" No. 8987. dan lain-lain Imam. Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 103 berkata : sanadnya shahih,dan Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyetujuinya (beliau meringkas dan mentakhrij hadits ini di kitab Al-Uluw). Tentang 'Arsy Allah di atas air ada firman Allah 'Azza wa Jalla. "Dan adalah 'Arsy-Nya itu di atas air" (Hud : 7) ?
3. Anas bin Malik menerangkan :
??? Artinya :
"Adalah Zainab memegahkan dirinya atas istri-istri Nabi SAW, ia berkata : "Yang mengawinkan kamu (dengan Nabi) adalah keluarga kamu, tetapi yang mengawinkan aku (dengan Nabi) adalah Allah Ta'ala dari ATAS TUJUH LANGIT". Dalam satu lafadz Zainab binti Jahsyin mengatakan : "Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku (dengan Nabi) dari atas langit". (Riwayat Bukhari juz 8 hal:176). Yakni perkawinan Nabi SAW dengan Zainab binti Jahsyin langsung Allah Ta'ala yang menikahinya dari atas 'Arsy-Nya. Firman Allah di dalam surat Al-Ahzab : 57 "Kami kawinkan engkau dengannya (yakni Zainab)". ?
4. Imam Abu Hanifah berkata :
??? Artinya :
"Barangsiapa yang mengingkari sesungguhnya Allah berada di atas langit, maka sesungguhnya ia telah kafir". Adapun terhadap orang yang tawaqquf (diam) dengan mengatakan "aku tidak tahu apakah Tuhanku di langit atau di bumi". Berkata Imam Abu Hanifah : "Sesungguhnya dia telah 'Kafir !". Karena Allah telah berfirman : "Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa". Yakni : Abu Hanifah telah mengkafirkan orang yang mengingkari atau tidak tahu bahwa Allah istiwaa diatas 'Arsy-Nya. ?
5. Imam Malik bin Anas telah berkata :
??? Artinya :
"Allah berada di atas langit, sedangkan ilmunya di tiap-tiap tempat, tidak tersembunyi sesuatupun dari-Nya". ?
6. Imam Asy-Syafi'iy telah berkata
:
??? Artinya :
"Dan sesungguhnya Allah di atas 'Arsy-Nya di atas langit-Nya" ?
7. Imam Ahmad bin Hambal pernah di tanya : "Allah di
atas tujuh langit diatas 'Arsy-
??? Nya, sedangkan kekuasaan-Nya dan
ilmu-Nya berada di tiap-tiap tempat .?
?
??? Jawab Imam Ahmad
:
??? Artinya :
"Benar ! Allah di atas 'Arsy-Nya dan tidak sesuatupun yang tersembunyi dari pengetahuan-nya". ?
8. Imam Ali bin Madini pernah ditanya : "Apa
perkataan Ahlul Jannah ?".
??? Beliau menjawab :
??? Artinya :
"Mereka beriman dengan ru'yah (yakni melihat Allah pada hari kiamat dan di sorga khusus bagi kaum mu'minin), dan dengan kalam (yakni bahwa Allah berkata-kata), dan sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla di atas langit di atas 'Arsy-Nya Ia istiwaa". ?
9. Imam Tirmidzi telah berkata :
??? Artinya :
"Telah berkata ahli ilmu : "Dan Ia (Allah) di atas 'Arsy sebagaimana Ia telah sifatkan diri-Nya". (Baca : "Al-Uluw oleh Imam Dzahabi yang
diringkas oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di hal : 137,140,179,188,189 dan
218. Fatwa Hamawiyyah Kubra oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal: 51,52,53,54
dan 57).
?
10. Telah berkata Imam Ibnu Khuzaimah
-Imamnya para imam- :
??? Artinya :
"Barangsiapa yang tidak menetapkan sesungguhnya Allah Ta'ala di atas 'Arsy-Nya Ia istiwaa di atas tujuh langit-Nya, maka ia telah kafir dengan Tuhannya...". (Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Hakim di kitabnya Ma'rifah "Ulumul Hadits" hal : 84). 11. Telah berkata Syaikhul Islam Imam Abdul Qadir Jailani
-diantara perkataannya- : "Tidak boleh mensifatkan-Nya bahwa Ia berada diatas tiap-tiap tempat, bahkan (wajib) mengatakan : Sesungguhnya Ia di atas langit (yakni) di atas 'Arsy sebagaimana Ia telah berfirman :" Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa (Thaha : 5). Dan patutlah memuthlakkan sifat istiwaa tanpa ta'wil sesungguhnya Ia istiwaa dengan Dzat-Nya di atas 'Arsy. Dan keadaan-Nya di atas 'Arsy telah tersebut pada tiap-tiap kitab yang. Ia turunkan kepada tiap-tiap Nabi yang Ia utus tanpa (bertanya) :"Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy-Nya ?" (Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 87). Yakni : Kita wajib beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala istiwaa di atas 'Arsy-Nya yang menunjukan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas sekalian mahluk-Nya. Tetapi wajib bagi kita meniadakan pertanyaan : "Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy-Nya ?". Karena yang demikian tidak dapat kita mengerti sebagaimana telah diterangkan oleh Imam Malik dan lain-lain Imam. Allah istiwaa sesuai dengan kebesaran-Nya tidak serupa dengan istiwaanya mahluk sebagaiamana kita meniadakan pertanyaan : Bagaimana Dzatnya Allah??. Demikianlah aqidah salaf, salah satunya ialah Imam Abdul
Qadir Jailani yang di Indonesia, di sembah-sembah dijadikan berhala oleh
penyembah-penyembah qubur dan orang-orang bodoh. Kalau sekiranya Imam kita ini
hidup pada zaman kita sekarang ini dan beliau melihat betapa banyaknya
orang-orang yang menyembah dengan meminta-minta kepada beliau dengan
"tawasul", tentu beliau akan mengingkari dengan sangat keras dan
berlepaas diri dari qaum musyrikin tersebut.
Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'un !!.
?
?
Kelima
Kesimpulan
?
Hadits Jariyah (budak perempuan) ini bersama?
hadits-hadits yang lain yang sangat banyak dan berpuluh-puluh ayat Al-Qur'an
dengan tegas dan terang menyatakan : "Sesungguhnya Pencipta kita Allah
'Azza wa Jalla di atas langit yakni di atas 'Arsy-Nya, yang sesuai dengan
kebesaran dan keagungan-Nya". Maha Suci Allah dari menyerupai
mahluk-Nya.!.
?
Dan Maha Suci Allah dari ta'wilnya kaum Jahmiyyah yang
mengatakan Allah ada dimana-mana tempat !??.
?
Dapatlah kami simpulkan sebagai berikut :
?
Tambahan
Sebagian ikhwan telah bertanya kepada saya (Abdul Hakim
bin Amir Abdat) tentang ayat :
Artinya :
"Dan Dia-lah Allah di langit dan di bumi, Dia mengetahui rahasia kamu dan yang kamu nyatakan, dan Dia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan ". (Al-An'am : 3) ?
Saya jawab : Ahli tafsir telah sepakat sebagaimana dinukil
Imam Ibnu Katsir mengingkari kaum Jahmiyyah yang membawakan ayat ini untuk
mengatakan :
?
"Innahu Fii Qulli
Makaan"
"Sesungguhnya Ia (Allah) berada di
tiap-tiap tempat !".
?
Maha Suci Allah dari perktaan kaum Jahmiyyah
ini !
?
Adapun maksud ayat ini ialah :
Ayat tersebut seperti juga firman Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
Artinya :
"Dan Dia-lah yang di langit (sebagai) Tuhan, dan di bumi (sebagai) Tuhan, dan Dia Maha Bijaksana (dan) Maha mengetahui". (Az-Zukhruf : 84) Yakni : Dia-lah Allah Tuhan bagi mahluk yang di langit dan bagi mahluk yang di bumi dan Ia disembah oleh penghuni keduanya. (baca : Tafsir Ibnu Katsir Juz 2 hal 123 dan Juz 4 hal 136). ?
Bukanlah dua ayat di atas maksudnya : Allah ada di langit
dan di bumi atau berada di segala tempat!. Sebagaimana ta'wilnya kaum Jahmiyyah
dan yang sepaham dengan mereka. Atau perkataan orang-orang yang "diam"
Tidak tahu Allah ada di mana !.
?
Mereka selain telah menyalahi ayat-ayat Al-Qur'an dan
Hadits Nabi serta keterangan para sahabat dan Imam-imam Islam seluruhnya, juga
bodoh terhadap bahasa Arab yang dengan bahasa Arab yang terang Al-Quran ini
diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
?
Imam Abu Abdillah Al-Muhasiby dalam keterangan ayat di
atas (A-Zukhruf : 84) menerangkan : "Yakni Tuhan bagi penduduk langit dan
Tuhan bagi penduduk bumi. Dan yang demikian terdapat di dalam bahasa, (umpamanya
) engkau berkata : "Si Fulan penguasa di (negeri) Khirasan, dan di Balkh,
dan di Samarqand", padahal ia berada di satu tempat". Yakni : Tidak
berarti ia berada di tiga tempat meskipun ia menguasai ketiga negeri tersebut.
Kalau dalam bahasa Indonesia, umpamanya kita berkata "Si Fulan penguasa di
Jakarta, dan penguasa di Bogor, dan penguasa di Bandung". Sedangkan ia
berada di satu tempat.
?
Bagi Allah ada perumpamaan/misal yang lebih tinggi (baca :
Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 73).
?
Adapun orang yang "diam" (tawaqquf) dengan
mengatakan : "Kami tidak tahu Dzat Allah di atas 'Arsy atau di bumi",
mereka ini adalah orang-orang yang telah memelihara kebodohan !. Allah Rabbul
'Alamin telah sifatkan diri-Nya dengan sifat-sifat ini, yang salah satunya bahwa
Ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy-Nya supaya kita mengetahui dan
menetapkannya. Oleh karena itu "diam" darinya dengan ucapan "kita
tidak tahu" nyata telah berpaling dari maksud Allah. Pantaslah kalau Abu
Hanifah mengkafirkan orang yang berfaham demikian, sama seperti orang yang
menta'wilnya.
?
? ?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
? ?
? ?
?
? ?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
|
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 3 = Dimana ALLAH ?, 2/3]
Y & R
开云体育?
DIMANA ALLAH ?
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
Bagian Kedua dari Tiga tulisan
[2/3]
? Ketiga
Penunjukan Beberapa Dalil dari
Al-Qur'an dan Hadits yang Shahih.
?
Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Apakah kamu merasa aman terhadap DZAT yang di atas langit, bahwa Ia akan menenggelamkan ke dalam bumi, maka tiba-tiba ia (bumi) bergoncang ?" (Al-Mulk : 16) "Ataukah kamu (memang) merasa aman terhadap DZAT yang di atas langit bahwa Ia akan mengirim kepada kamu angin yang mengandung batu kerikil ? Maka kamu akan mengetahui bagaimana ancaman-Ku". (Al-Mulk : 17). Berkata Imam Ibnu Khuzaimah -setelah
membawakan dua ayat di atas di kitabnya "At-Tauhid" (hal :
115).
Artinya :
"Bukankah Ia telah memberitahukan kepada kita -wahai orang yang berakal- yaitu ; apa yang ada diantara keduanya sesungguhnya Ia di atas langit". Berkata Imam Abul Hasan Al-Asy'ary di
kitabnya "Al-Ibanah Fi Ushulid-diayaanah hal : 48) setelah membawakan ayat
di atas : "Di atas langit-langit itu adalah 'Arsy, maka tatkala 'Arsy
berada di atas langit-langit. Ia berfirman : "Apakah kamu merasa aman
terhadap Dzat yang berada di atas langit ?" Karena sesungguhnya Ia istiwaa
(bersemayam) di atas 'Arsy yang berada di atas langit, dan tiap-tiap yang tinggi
itu dinamakan 'As-Samaa" (langit), maka 'Arsy berada di atas langit.
Bukankah yang dimaksud apabila Ia berfirman : "Apakah kamu merasa aman
terhadap Dzat yang diatas langit ?" yakni seluruh langit ! Tetapi yang Ia
kehendaki adalah 'Arsy yang berada di atas langit".
?
Saya berpandangan (Abdul Hakim bin Amir
Abdat) : Dua ayat di atas sangat tegas sekali yang tidak dapat dibantah dan
ta'wil bahwa lafadz "MAN" tidak mungkin difahami selain dari Allah
'Azza wa Jalla. Bukan Malaikat-Nya sebagaimana dikatakan oleh kaum Jahmiyyah dan
yang sepaham dengannya, yang telah merubah firman Allah 'Azza wa Jalla. Bukankah
dlamir (kata ganti) pada fi'il (kata kerja) "yakhtsif" (Ia
menenggelamkan) dan "yartsil" (Ia mengirim) adalah "huwa"
(Dia) ? siapakah Dia itu kalau bukan Allah 'Azza wa Jalla.
?
Firman Allah :
Artinya :
"Mereka (para Malaikat) takut kepada Tuhan mereka yang berada di atas mereka, dan mereka mengerjakan apa-apa yang diperintahkan". (An-Nahl : 50). Ayat ini tegas sekali menyatakan bahwa Allah 'Azza wa Jalla
berada di atas bukan di mana-mana tempat. Karena lafadz "fawqo" (di
atas) apabila di majrur dengan huruf "min" dalam bahasa Arab
menunjukan akan ketinggian tempat. Dan tidak dapat di ta'wil dengan ketinggian
martabat, sebagaimana dikatakan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka.
Alangkah zhalimnya mereka ini yang selalu merubah-rubah firman Tuhan kita Allah
Jalla Jalaa Luhu.
?
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya
"At-Tauhid"? (hal : 111): "Tidaklah kalian mendengar firman
pencipta kita 'Azza wa Jalla yang mensifatkan diri-Nya.
Artinya :
"Dan Dialah (Allah) yang Maha Kuasa di atas hamba-hamba-Nya". (Al-An'am : 18 & 61). Berkata Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya tersebut :
"Tidakkah kalian mendengar wahai penuntut ilmu. Firman-Nya Subhanahu wa
Ta'ala kepada Isa bin Maryam :
Artinya :
"Wahai Isa ! Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku" (Ali Imran : 55) Ibnu Khuzaimah menerangkan : Bukankah "mengangkat"
sesuatu itu dari bawah ke atas (ke tempat yang tinggi) tidak dari atas ke
bawah!. Dan firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Tetapi Allah telah mengangkat dia (yakni Nabi Isa) kepada-Nya" (An-Nisa' : 158). Karena "Ar-raf'ah" = mengangkat dalam bahasa Arab
yang dengan bahasa mereka kita diajas berbicara (yakni Al-Qur'an) dalam bahasa
Arab yang hanya dapat diartikan dari bawah ke tempat yang tinggi dan di
atas" (kitab At-Tauhid : 111).
?
Sekarang dengarlah wahai orang yang berakal, kisah Fir'aun
bersama Nabi Allah Musa 'Alaihis Salam di dalam kitab-Nya yang mulia, dimana
Fir'aun telah?mendustakan Musa yang telah mengabarkan kepadanya bahwa
Tuhannya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas langit :
Artinya :
"Dan berkata Fir'aun : Hai Haman! Buatkanlah untukku satu bangunan yang tinggi supaya aku (dapat) mencapai jalan-jalan. (Yaitu) jalan-jalan menuju ke langit supaya aku dapat melihat Tuhan(nya) Musa, karena sesungguhnya aku mengira dia itu telah berdusta". (Al-Mu'min : 36-37. Al-Qashash : 38). Perhatikanlah wahai orang yang berakal!. Perintah Fir'aun
kepada Haman -menterinya- untuk membuatkan satu bangunan yang tinggi supaya ia
dapat jalan ke langit untuk melihat Tuhannya Musa. Hal ini menunjukkan bahwa
Nabi Musa telah memberitahukan kepadanya bahwa Tuhannya -Allah Subhanahu wa
Ta'ala- berada di atas langit-.
?
Kalau tidak demikian, yakni misalnya Nabi Musa mengatakan
bahwa Tuhannya ada dimana-mana tempat -sebagaimana dikatakan kaum Jahmiyyah-
tentu Fir'aun yang disebabkan karena kekafirannya dan pengakuannya? sebagai
Tuhan, akan mengerahkan bala tentaranya untuk mencari Tuhannya Musa di
istananya, di rumah-rumah Bani Israil, di pasar-pasar dan di seluruh tempat di
timur dan di barat !?. Tetapi tatkala Nabi Musa dengan perkataannya:
"Sesungguhnya aku mengira dia ini berdusta !". Yakni tentang perkataan
Musa bahwa Tuhannya di atas langit.
?
Perhatikanlah, wahai orang yang berakal !. Keadaan Fir'aun
yang mendustakan Nabi Musa dengan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka
yang telah merubah firman Allah dengan mengatakan : Allah ada di segala tempat
!.
?
Ketahuilah ! Bahwa pemahaman di atas bukanklah hasil dari
pikiran saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat)? tetapi pemahaman Ulama-ulama
kita diantaranya :
Demikianlah penjelasan dari tujuh Imam besar di
dalam Islam tentang ayat di atas, selain masih banyak lagi yang kesimpulannya :
"Bahwa mendustakan Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas langit di atas
'Arsy-Nya, Ia istiwaa (bersemayam) yang sesuai dengan kebesaran dan
keagungan-Nya, adalah ; sunnahnya Fir'aun". Na'udzu
billah !!. ?
Sampai disini pembahasan beberapa dalil dari kitab Allah
-salain masih banyak lagi- yang cukup untuk diambil pelajaran bagi mereka yang
ingin mempelajarinya. Firman Allah Subahanhu wa Ta'ala.
Artinya :
"Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai pandangan !" (Al-Hasyr : 2). Adapun dalil-dalil dari hadits Nabi SAW banyak sekali.
Dibawah ini akan disebutkan beberapa diantaranya :
Nabi kita SAW telah bersabda :
Artinya :
"Orang-orang yang penyayang, mereka itu akan disayang oleh Allah Tabaaraka wa Ta'ala (Yang Maha berkat dan Maha Tinggi). oleh karena itu sayangilah orang-orang yang di muka bumi, niscaya Dzat yang di atas langit akan menyayangi kamu". (Shahih. Diriwayatkan oleh Imam-imam : Abu Dawud No. 4941. Ahmad 2/160. Hakim 4/159. dari jalan Abdullah bin 'Amr bin 'Ash. Hadits ini telah dishahihkan oleh Imam Hakim dan telah pula disetujui oleh Imam Dzahabi. Demikian juga Al-Albani telah? menyatakan hadits ini shahih dikitabnya "Silsilah Shahihah No. 925". "Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang dimuka bumi, niscaya tidak akan di sayang oleh Dzat yang di atas langit". (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Thabrani di kitabnya "Mu'jam Kabir No. 2497 dari jalan Jarir bin Abdullah. Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 83 diringkas oleh Al-Albani) mengatakan : Rawi-rawinya tsiqaat/kepercayaan). "Tidakkah kamu merasa aman kepadaku padahal aku orang kepercayaan Dzat yang di atas langit, datang kepadaku berita (wahyu) dari langit di waktu pagi dan petang". (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim 3/111 dan Ahmad 3/4 dari jalan Abu Sa'id Al-Khudry). "Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya ! Tidak seorang suamipun yang mengajak istrinya ke tempat tidurnya (bersenggama), lalu sang istri menolaknya, melainkan Dzat yang di atas langit murka kepadanya sampai suaminya ridla kepadanya ".(Shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim 4/157 dari jalan Abu Hurarirah). Keterangan : "Dzat yang di atas langit yakni Allah 'Azza wa Jalla (perhatikan empat hadits diatas)". "Silih berganti (datang) kepada kamu Malaikat malam dan Malaikat siang dan mereka berkumpul pada waktu shalat shubuh dan shalat ashar. Kemudian naik malaikat yang bermalam dengan kamu, lalu Tuhan mereka bertanya kepada mereka, padahal Ia lebih tahu keadaan mereka : "Bagaimana (keadaan mereka) sewaktu kamu tinggalkan hamba-hamba-Ku ? Mereka menjawab : "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami datang kepada mereka dalam keadaan shalat". (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari 1/139 dan Muslim 2/113 dll). Keterangan : "Sabda Nabi SAW : "Kemudian NAIK Malaikat-malaikat yang bermalam ...dst" Menunjukan bahwa Pencipta kita Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas. Hal ini juga menunjukan betapa rusaknya pikiran dan fitrahnya kaum Jahmiyyah yang mengatakan Pencipta kita, tidak berada di atas tetapi di segala tempat ? Maha Suci Allah ! Dan Maha Tinggi Allah dari segala ucapan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka !. "Jabir bin Abdullah telah meriwayatkan tentang sifat haji Nabi dalam satu hadits yang panjang yang didalamnya diterangkan khotbah Nabi SAW di padang 'Arafah : "(Jabir? menerangkan) : Lalu Nabi SAW mengangkat jari telunjuknya ke arah langit, kemudian beliau tunjukkan jarinya itu kepada manusia, (kemudian beliau berdo'a) : "Ya Allah saksikanlah ! Ya Allah saksikanlah ! ( Riwayat Imam Muslim 4/41). Sungguh hadits ini merupakan tamparan yang pedas di muka-muka kaum Ahlul
Bid'ah yang selalu melarang kaum muslimin berisyarat dengan jarinya ke arah
langit. Mereka berkata : Kami khawatir orang-orang akan mempunyai i'tiqad bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas langit ! Padahal Allah tidak bertempat
tetapi Ia berada di segala tempat !?.
?
Demikianlah kekhawatiran yang dimaksudkan syaithan ke dalam hati
ketua-ketua mereka. Yang pada hakekatnya mereka ini telah membodohi Nabi SAW
yang telah mengisyaratkan jari beliau ke arah langit.
?
Perhatikanlah perkataan mereka : "Allah tidak bertempat tetapi Ia
berada di segala tempat !?"
?
Perhatikanlah ! Adakah akal yang shahih dan fitrah yang bersih dapat
menerima dan mengerti perkataan di atas !?.
?
Mereka mengatakan Allah tidak bertempat karena akan menyerupai dengan
mahluk-Nya. Tetapi pada saat yang sama mereka tetapkan bahwa Allah berada
disegala tempat atau dimana-mana tempat !?.
?
Ya Subhanallah !
Artinya :
"Dari Ibnu Abbas (ia berkata) : " Bahwa Rasulullah SAW berkhotbah kepada manusia pada hari Nahr (tgl.? 10 Zulhijah) -kemudian Ibnu Abbas menyebutkan khotbah Nabi SAW- kemudian beliau mengangkat kepalanya (ke langit) sambil mengucapkan : Ya Allah bukankah Aku telah menyampaikan ! Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan !. (Riawayat Imam Bukhari Juz 2 hal : 191). Perhatikan wahai orang yang berakal ! Perbuatan Rasulullah SAW mengangkat
kepalanya ke langit mengucapkan : Ya Allah !.
?
Rasulullah SAW menyeru kepada Tuhannya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang
berada di atas langit yakni di atas 'Arsy di atas sekalian mahluk-Nya. Kemudian
perhatikanlah kaum Jahmiyyah yang mengatakan Allah ada di segala tempat, dibawah
mahluk, di jalan-jalan, di tempat-tempat yang kotor, dan di perut-perut hewan
!?
?
Maha Suci Allah ! Maha Suci Allah dari apa yang disifatkan oleh kaum
Jahmiyyah dan yang sama dengan mereka !.
Artinya :
"Dari Aisyah, ia berkata : "Nabi SAW mengangkat kepalanya ke langit. (Riwayat Imam Bukhari 7/122). ?
Bersambung
Keterangan Para Sahabat? Nabi
SAW dan Ulama-Ulama ISLAM
? ?
? ?
?
?
?
? ? ? ? ? ? ? ? ?
?
? ?
? ?
?
?
?
?
|
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 3 = Dimana ALLAH ?, 1/3]
Y & R
开云体育?
DIMANA ALLAH ?
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
Bagian Pertama dari Tiga tulisan
[1/3]
? Saya akan menjelaskan salah satu aqidah
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, yang telah hilang dari dada sebagian kaum muslimin,
yaitu : tentang istiwaa Allah di atas Arsy-Nya yang sesuai dengan?
kebesaran dan kemuliaan-Nya. Sehingga bila kita bertanya kepada saudara kita ;
Dimana Allah ? Kita akan mendapat dua jawaban yang bathil bahkan sebagiannya
kufur..! :
Jawaban yang pertama berasal dari kaum
wihdatul wujud (kesatuan wujud Allah dengan manusia) yang telah dikafirkan oleh
para Ulama kita yang dahulu dan sekarang. Sedangkan jawaban yang kedua keluar
dari kaum Jahmiyyah (faham yang menghilangkan sifat-sifat Allah) dan Mu'tazilah,
serta mereka yang sefaham dengan keduanya dari ahlul bid'ah.
?
Rasulullah SAW pernah mengajukan pertanyaan
kepada seorang budak perempuan milik Mua'wiyah bin Al-Hakam As-Sulamy sebagai
ujian keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya yaitu Mu'awiyah
:
Artinya :
"Beliau bertanya kepadanya : "Di manakah Allah ?. Jawab budak perempuan : "Di atas langit. Beliau bertanya (lagi) : "Siapakah Aku ..?. Jawab budak itu : "Engkau adalah Rasulullah". Beliau bersabda : "Merdekakan ia ! .. karena sesungguhnya ia mu'minah (seorang perempuan yang beriman)". ?
Hadits shahih. Dikeluarkan oleh Jama'ah ahli hadits,
diantaranya :
?
PEMBAHASAN
?
Pertama.
Hadist ini merupakan cemeti dan petir yang menyambar di
kepala dan telinga ahlul bid'ah dari kaum Jahmiyyah dan Mu'tazilah dan yang
sefaham dengan mereka, yaitu ; dari kaum yang menyandarkan aqidah mereka kepada
Imam Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary, yaitu ; mereka mempunyai i'tiqad
(berpendapat) :
"ALLAH BERADA DI TIAP-TIAP TEMPAT ATAU ALLAH BERADA DIMANA-MANA .!?" ?
Katakanlah kepada mereka : Jika demikian, yakni Allah
berada dimana-mana tempat, maka Allah berada di jalan-jalan, di pasar-pasar, di
tempat kotor dan berada di bawah mahluknya !?.
?
Jawablah kepada mereka dengan firman Allah 'Azza wa Jalla
:
Artinya :
"Maha suci Engkau ! ini adalah satu dusta yang sangat besar" (An-Nur : 16) ?"Maha suci Allah dari apa-apa yang mereka sifatkan " (Al-Mu'minun : 91) "Maha Suci Dia ! Dan Maha Tinggi dari apa-apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar". (Al-Isra : 43) Berkata Imam Adz-Dzahabi? setelah membawakan hadits ini, di kitabnya
"Al-Uluw" (hal : 81 diringkas oleh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani).
Artinya :
"Dan demikian ra'yu kami (setuju dengan hadits) setiap orang yang ditanya : "Dimana Allah ? "Dia segera dengan fitrahnya menjawab : Di atas langit !. Didalam hadits ini ada dua masalah : pertama : Disyariatkan pertanyaan seorang muslim : Dimana Allah ?. Kedua : Jawaban orang yang ditanya : (Allah) di atas langit ! Maka barangsiapa yang mengingkari dua masalah ini berarti ia telah mengingkari Al-Musthafa (Nabi) SAW". ?
Dan telah berkata Imam Ad-Daarimi setelah membawakan hadits ini di kitabnya
"Ar-Raddu 'Alal Jahmiyah (hal: 39): "Di dalam hadits Rasulullah SAW
ini, ada dalil bahwa seseorang apabila tidak mengetahui sesungguhnya Allah 'Azza
wa Jalla berada di atas langit bukan bumi, tidaklah ia seorang
mu'min".
?
Tidaklah engkau perhatikan bahwa Rasulullah SAW telah menjadikan
tanda/alamat keimanannya (yaitu budak perempuan) tentang pengetahuannya
sesungguhnya Allah diatas langit. Dan pada pertanyaan Rasulullah SAW (kepada
budak perempuan): "Dimana Allah ?". Mendustakan perkataan orang yang
mengatakan : "Dia (Allah) ada di tiap-tiap tempat (dan) tidak boleh
disifatkan dengan (pertanyaan) : Dimana .?
?
?
Kedua
Lafadz 'As-Samaa" menurut lughoh/bahasa Arab artinya : Setiap yang
tinggi dan berada di atas. Berkata Az-Zujaaj (seorang Imam ahli bahasa)
:
Artinya :
"(Lafadz) As-Samaa/langit di dalam bahasa dikatakan : Bagi tiap-tiap yang tinggi dan berada diatas. Dikatakan : Atap rumah langit-langit rumah". Dinamakan "Awan" itu langit/As-Samaa, karena ia berada di atas
manusia. Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Dan Ia turunkan dari langit Air (hujan)" (Al-Baqarah : 22). Adapun huruf "Fii" dalam lafadz hadits "Fiis-Samaa"
bermakna " 'Alaa" seperti firman Allah 'Azza wa Jalla:
Artinya :
"Maka berjalanlah kamu di atas/di muka bumi" (At-Taubah : 2) "Mereka tersesat di muka bumi" (Al-Ma'dah : 26). Lafadz "Fil Arldhii" dalam dua ayat diatas maknanya " 'Alal
Arldhii", Maksudnya : Allah 'Azza wa Jalla berada dipihak/diarah yang
tinggi -di atas langit- yakni di atas 'Arsy-Nya yang sesuai dengan
kebesaran-Nya. Ia tidak serupa dengan satupun mahluk-Nya dan tidak satupun
mahluk menyerupai-Nya.
?
Firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Tidak ada sesuatupun yang sama dengan-Nya, dan Ia-lah yang Maha Mendengar (dan) Maha Melihat". (As-Syura : 4) "Dan tidak ada satupun yang sama/sebanding dengan-Nya" (Al-ikhlas : 4) "Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa (bersemayam)". (Thaha : 5) "Sesungguhnya Tuhan kamu itu Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy".(Al-A'raf :54). ?
Madzhab Salaf -dan yang mengikuti mereka- seperti Imam yang empat : Abu
Hanifah, Malik, Syafi'iy dan Ahmad bin Hambal dan lain-lain Ulama termasuk Imam
Abul Hasan Al-Asy'ari sendiri, mereka semuanya beriman bahwa ; Allah 'Azza wa
Jalla ISTIWAA diatas 'Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
?
Mereka tidak menta'wil ISTIWAA/ISTAWAA dengan ISTAWLA yang artinya :
Berkuasa. Seperti halnya kaum Jahmiyyah dan yang sefaham dengan mereka yang
mengatakan "Allah istiwaa di atas 'Arsy" itu maknanya : Allah
menguasai 'Arsy !. Bukan Dzat Allah berada di atas langit yakni di atas
'Arsy-Nya, karena Allah berada dimana-mana tempat !?... Mereka ini telah merubah
perkataan dari tempatnya dan telah mengganti perkataan yang tidak pernah
dikatakan Allah kepada mereka sama seperti kaum Yahudi (baca surat Al-baqarah :
58-59).
?
Katakan kepada mereka : Kalau makna istiwaa itu adalah istawla/berkuasa,
maka Allah 'Azza wa Jalla berkuasa atas segala sesuatu bukan hanya menguasai
'Arsy. Ia menguasi langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya dan
sekalian mahluk (selain Allah dinamakan mahluk). Allah 'Azza wa Jalla telah
mengabarkan tentang istawaa-Nya diatas 'Arsy-Nya dalam tujuh tempat di dalam
kitab-Nya Al-Qur'an. Dan semuanya dengan lafadz "istawaa". Ini menjadi
dalil yang sangat besar bahwa yang dikehendaki dengan istawaa ialah secara
hakekat, bukan "istawla" dengan jalan menta'wilnya.
?
Telah berfirman Allah 'Azza wa Jalla di Muhkam
Tanzil-Nya.
Artinya :
"Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istawaa" (Thaha : 5) "Kemudian Ia istawaa (bersemayam) di atas 'Arsy". Pada enam tempat. Ia berfirman di kitab-Nya yaitu
:
Menurut lughoh/bahasa, apabila fi'il istiwaa dimuta'adikan
oleh huruf 'Ala, tidak dapat dipahami/diartikan lain kecuali berada
diatasnya.
Firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Dan berhentilah kapal (Nuh) diatas gunung/bukit Judi" (Hud : 44). Di ayat ini fi'il "istawaa" dimuta'addikan oleh
huruf 'Ala yang tidak dapat dipahami dan diartikan kecuali kapal Nabi Nuh AS
secara hakekat betul-betul berlabuh/berhenti diatas gunung Judi. Dapatkah kita
artikan bahwa "Kapal Nabi Nuh menguasai gunung Judi" yakni menta'wil
lafadz "istawat" dengan lafadz "istawlat"? yang berada
di tempat yang lain bukan di atas gunung Judi..? (yang sama dengan ayat di atas,
baca surat Az-Zukhruf : 13).
?
Berkata Mujahid (seorang Tabi'in besar murid Ibnu
Abbas).
Artinya :
"Ia istawaa (bersemayam) di atas "Arsy" maknanya : "Ia berada tinggi di atas "Arsy" (Riwayat Imam Bukhari di sahihnya Juz 8 hal : 175) Berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para Imam- di
kitabnya "At-Tauhid" (hal: 101):
Artinya :
"Kami beriman dengan khabar dari Allah Jalla wa A'laa (yang? Maha Besar dan Maha tinggi) sesungguhnya pencipta kami (Allah) Ia istiwaa di atas 'Arsy-Nya. Kami tidak akan mengganti/mengubah Kalam (firman) Allah dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada kami sebagimana (kaum) Jahmiyyah yang menghilangkan sifat-sifat Allah, dengan mengatakan "Sesungguhnya Ia (Allah) istawla (menguasai) 'Arsy-Nya tidak istawaa!". Maka mereka telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan? (Allah) kepada mereka seperti perbuatan Yahudi tatkala mereka diperintah mengucapkan : "Hith-thatun (ampunkanlah dosa-dosa kami)" Tetapi mereka mengucapkan : "Hinthah (gandum).?". Mereka (kaum Yahudi) telah menyalahi perintah Allah yang Maha Besar dan Maha tinggi, begitu pula dengan (kaum) Jahmiyyah". Yakni, Allah telah menegaskan pada tujuh tempat di
kitab-Nya yang mulia, bahwa Ia istiwaa di atas 'Arsy-Nya (Dzat Allah
istiwaa/bersemayam di atas 'Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran-Nya, sedangkan
ilmu-Nya berada dimana-mana/tiap-tiap tempat tidak satupun tersembunyi dari
pengetahuan-Nya). Kemudian datanglah kaum Jahmiyyah mengubah firman Allah
istawaa dengan istawla yakni menguasai 'Arsy sedangkan Dzat Allah berada
dimana-mana/tiap-tiap tempat !!!. Maha Suci Allah dari apa-apa yang disifatkan
kaum Jahmiyyah !
?
Adapun madzhab Salaf, mereka telah beriman dengan
menetapkan (istbat) sesungguhnya Allah Azza wa Jalla istiwaa -dan bukan istawla-
di atas 'Arsy-Nya tanpa :
Alangkah bagusnya jawaban Imam Malik ketika beliau ditanya
:
"Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy ?.
Beliau menjawab :
Artinya :
"Istiwaa itu bukanlah sesuatu yang tidak dikenal (yakni telah kita ketahui artinya), tetapi bagaimana caranya (Allah istiwaa) tidaklah dapat dimengerti, sedang iman dengannya (bahwa Allah istiwaa) wajib, tetapi bertanya tentangnya (bagaimana caranya) adalah bid'ah". (baca : Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 45-46). ?
Perhatikan ! ?
?
1.??? 'Arsy adalah mahluk Allah yang paling
tinggi berada diatas tujuh langit dan sangat besar sekali sebagaimana
diterangkan Ibnu Abbas :
Artinya :
"Dan 'Arsy tidak seorangpun dapat mengukur berapa besarnya". Berkata Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" (hal
: 102) : rawi-rawinya tsiqaat (terpercaya).
?
Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengatakan : Sanadnya
shahih semua riwayatnya tsiqaat. (dikeluarkan oleh Imam ibnu Khuzaimah di
kitabnya "At-Tauhid").
?
2.??? Bahwa Allah 'Azza wa Jalla
-istiwaa-Nya di atas 'Arsy- tidak tergantung kepada 'Arsy. Bahkan sekalian
mahluk termasuk 'Arsy bergantung kepada Allah Azza wa Jalla.
?
Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Sesungguhnya Allah Maha Kaya dari sekalian alam" (Al-Ankabut : 6) Yakni : Allah tidak berkeperlaun kepada sekalian mahluk". ?
Bersambung
Penunjukan Beberapa Dalil Dari
Al-Qur'an Dan hadits Yang Shahih
? ?
?
?
?
?
? ?
?
?
? ?
?
? ? ?
?
|
Re: Undangan Bedah Buku Risalah Ramadhan
Suprayitno MCDP
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
toggle quoted message
Show quoted text
UNDANGAN Ikhwan dan Akhwat fillah, kembali ana menginformasikan Acara Bedah Buku " Risalah Romadhon " Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah Acara ini akan dilaksanakan : Ahad, 28 November 1999 Waktu : 09.00 s.d. 15.00 Tempat : Masjid Al Muhajirin PT. TOYOTA-ASTRA MOTOR Assembly Plant Sunter I(jak-ut) Pembahas kitab : Ust. Ahmad Rofi'i Lc. Ana selaku panitia mengundang antum sekalian untuk menghadirinya, buku+konsumsi disediakan panitia, infaq berupa sunduq saja. Syukron atas perhatian antum. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. <<LOKASIBB.ppt>> -----Original Message----- |
to navigate to use esc to dismiss