开云体育

ctrl + shift + ? for shortcuts
© 2025 开云体育
Date

One more Salafi

A L S
 

Assalamu'alikum wr. wb.

Dahulu Rasulullah solallahu 'alai wa ahli wassal, selalu mengingatkan para sahabat Ridwanullahu ajma'in dengan perintah taqwa. Hal tentunya bukan berarti para Sahabat@Ridwanullahu tidak/kurang bertaqwa tentunya, tetapi karena besarnya manfaat dari@tadzkiroh.

Nah berikut ini ada akan sampaikan sedikit tadzkiroh, ana yaqin banyak yang sudah tahu tapi ana juga yaqin banyak yang terlewatkan, terutama bagi yang baru mengenal madzab ahlus sunnah (Salafi) seperti ana sendiri.

Kita semua dapat melihat bahwa SYARIAT ISLAM TELAH BANYAK YANG TIDAK ORISINIL LAGI KARENA BANYAKNYA OPINI DAN AKAL (baca LOGIKA) DIPAKAI UNTUK MENILAI SESUATU ITU BENAR ATAU TIDAK DAN BUKAN QUR'AN DAN SUNNAH.

Opini bisa benar bisa salah. Tapi apa yang datang dari Allah dan Rasul itulah pasti benar adanya.

Wahai para penimba ilmu
Bila kita hendak bertanya kepada seseorang mari kita tinggalkan kalimat@"BAGAIMANA MENURUT ANTUM (BAGAIMANA OPONI ANTUM)" tanpa disadari pertanyaan ini bisa menyesatkan yang ditanya (karena akan beropini bukan berdalil) dan sulit diharapkan untuk mengantarkan ke jawaban yang haq.
InsyaAllah akan lebih selamat (bagi yang bertanya maupun yang ditanya) bila diganti dengan "APAKAH ANTUM MENGETAHUI (PUNYA DALIL) TENTANG ..." atau yang semisal itu.

Kemudian tentu kita semua sudah mafhum bahwa:
Dulu bila seorang sahabat r.a. bertanya kepada sahabat lain r.a. "Apakah anda tahu tentang ..." maka maksudnya adalah "Apakah anda mendengar penjelasan Rasulullah s.a.w. tentang ..." dengan kata lain "Apakah anda punya hadits tentang ...."
Demikian pula diantara para tabi'in dan tabi'it tabi'in. Kalau Imam Syafi'ie bertanya kepada Imam Ahmad "HAL TA'LAM KADZA WAKADZA" maksudnya adalah apakah Al-iman punya hadits atau atsar sahabat berkenaan tentang suatu masalah.
Ilmu bagi mereka adalah "Qur'an, Hadits, dan perkataan/perbuatan sahabat (atsar)".
Seperti yang telah dijelaskan akh Yayat demikanlah diantara pokok madzab Salafi(?!).

Kemudian:
Sungguh kerasulan Muhammad S.AW telah sempurna.
Semua yang bisa mendekatkan kita kepada Allah telah dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w., INILAH ARTI SEMPURNA, DAN BUKAN KARENA TERLAH TERBENTUKNYA DAULAH ISLAMIYAH ATAU KARENA TELAH TERBUKANYA MEKKAH seperti yang dikira sebagian orang yang tidak mengetahui.
Ibnu Mas'ud r.a. telah berkata "Tidak ada satu pun burung yang terbang kecuali ilmunya telah diterangkan"(hadits ini banyak ditemui di kitab aqidah).
Dan orang yang TIDAK berkeyakinan bahwa islam ini telah sempurna, maka ia KUFR (ini sudah jelas hingga tak perlu mengangkat dalil lagi).

Terakhir, barangkali ini banyak keliwatan padahal bisa jadi hujjah yang kuat.
Marilah kita contoh Abu Bakr r.a. dalam menjaga kemurniah Islam seperti diceritakan dalam "Ats-Tsabat 'indal Mamat" Ibnu Jauzi atau dalam "Muhtashor Minhajul Qoshidin", Ibnu Qodhamah.

Ketika menjelang ajal tiba, Abu Bakar ra menutupi wajah dalam keadaan berbaring, kemudian putri kesayangannya, Aisyah Radhiyallhu 'Anha datang seraya mengucapkan bait syair berikut:
"Sesungguhnya benar adanya
harta tiada lagi berguna
bagi manusia yang fana
bilamana nafas pilu telah tiba
saat tersendat pada tenggorokannya
dan sesak dadanya"
Mendengar kata-kata putrinya itu, lalu ia membuka tutup wajahnya dan berkata:
"Bukan begitu! Tetapi katakanlah -seraya mengutip ayat- "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." (QS Qaf:19"

Ikhwan fillah, subhanallah, mari kita cermati syair Aisyah r.a., tidak salah akan tetapi Abu Bakar r.a. menolak dan memintanya memakai ayat qur'an.
Wallahi, bila kita semua mengikuti saran beliau, insyaAllah kemurnian/keorisinalan Islam akan terjaga.
BILA TELAH ADA DI QOR'AN (FIRMAN ALLAH) KENAPA MESTI KATA-KATA KITA?
BILA TELAH ADA HADITS KENAPA MESTI PEMISALAN DARI LOGIKA KITA?
BILA TELAH ADA ATSAR SAHABAT KENAPA MESTI REKA-REKA KITA?
BILA TELAH ADA FATWA AL ULAMA' ALMUKTABAR KENAPA MESTI IKUT FILOSOF?
AH RUGI/BODOHLAH KITA BILA LEBIH SUKA MENGISI MEMORI OTAK KITA DENGAN BUALAN-BUALAN YANG TIDAK JELAS JLUNTRUNGNYA.
AH BUAT APA KITA BACA CERPEN, ESSAY, DLL YANG TIDAK LEBIH DARIPADA CERITA HAYAL, KENAPA TIDAK KITA BACA SAJA CERITA NABI/SAHABAT YANG JELAS ADANYA DAN BENAR ISINYA, BISA BUAT HUJJAH AMAL KITA DAN BERPAHALA TENTUNYA.

Sekain,
Semoga Allah menyatukan kita dalam satu jama'ah, yakni jama'ah ahlus sunnah, jama'ah dimana Rasulullah s.a.w. dan para Sahabat r.a. ada di dalamnya, serta semoga Allah mempertemukan kita di surgaNya.

Amien.
ALS

______________________________________________________


Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

endan
 

开云体育

Surat kepada seorang akhi....

Saudaraku Suharyanto, sesungguhnya Al Islam itu adalah satu dan ditinggalkan oleh Nabi 'alaihi sholatu wa salam dalam keadaan putih bersih. Tidak ada hal yang mendekatkan kita ke surga dan menjauhkan kita dari neraka melainkan telah beliau sampaikan. Pendeknya, syariat Ad-Dienul Islam ini telah sempurna, dan Nabi 'alaihi sholatu wa salam tidak menghendaki adanya pengurangan atau penambahan sedikit pun di dalamnya, walaupun kita menyangka hal itu baik.

Kemudian setelah wafatnya beliau 'alaihi sholatu wa salam, tepatnya selelah wafatnya Kholifatur rosyid 'Umar ibnul Khottob rodhiallahu ‘anhu, muncullah banyak sekali perselisihan, pengurangan dan penambahan pada dien ini baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, manhaj dan sebagainya. Sampai-sampai ada sekelompok orang yang mengkafirkan Abu Bakar Asy-Syiddiq, Umar Ibnul Khottob dan Utsman Ibnu 'Affan rodhiallahu 'alaihim ajma'in, mengingkari taqdir, membuat nama bagi Allah yang Allah sendiri tidak pernah membuat nama seperti yang mereka buat itu, bahkan ada yang murtad dari Islam. Dan hal itu semua sudah dikhabarkan oleh Nabi yang Mulia 'alaihi sholatu wa salam sewaktu beliau masih hidup. Dan hal ini menjadi tanda-tanda kenabian beliau, bahwa apa yang beliau ucapkan itu pasti akan terjadi. (Saudaraku bisa merujuk kepada kitab-kitab fiqh dan hadits, atau majalah As-Sunnah Edisi 1 s.d. 12 tahun pertama, atau bisa menghubungi ana, Alhamdulillah ana juga punya).

Kemudian muncullah para Ulama dan dan para Imam di kalangan kaum muslimin rohimahumullah dari masa tabi'in sampai sekarang yang terus menentang mereka dan memurnikan Ad-Dienul Islam yang sudah sempurna ini, dan mereka itu akan tetap ada sampai hari kiamat kelak. Maka muncullah Al-Imam Ahmad Ibnu Hambal rohimahullah dengan mempopulerkan istilah Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah sebagai pembeda antara kaum muslimin yang berjuang keras untuk tetap menjaga kemurnian Dien ini, semurni sebagaimana ditinggalkan oleh Nabi Muhammad 'alaihi sholatu wa salam dan para shahabat beliau (as-salafush sholih) ridwanullahu ‘alaihim ajma’in dan membedakannya dengan kaum muslimin yang telah terpengaruh dan tercampur aduk oleh manhaj, aqidah, ibadah dan akhlak yang batil. Istiliah Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah sendiri bukanlah hal yang baru (bid’ah), namun sudah beliau isyaratkan melalui banyak sekali haditsnya yang shohih. Maka kemudian Al-Imam Ahmad bin Hambal rohimahullah terkenal dengan Imam Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Selain istilah diatas, para ulama juga mengenal istilah-istilah lain yang digunakan untuk membedakan orang-orang Islam yang tetap berusaha menjaga dien ini dari pengurangan dan tambahan (bid’ah) dan iltizam (komitmen) kepada pemahaman Nabi sholallahu ‘alaihi wasalam serta para shahabatnya rodhiallahu ‘anhum. Istilah-istilah tersebut juga diambil dari sabda-sabda Beliau yang mulia sholallahu ‘alaihi wasalam, di antaranya adalah :

  1. Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
  2. Ahlul Hadits
  3. As-Salaf (yang berpegang kepada para pendahulu (as-salaf) dari dien ini).
  4. Firqotun Naajiyah (golongan yang selamat)
  5. Thoifah al Manshuroh (kelompok yang ditolong)
  6. Al Ghuroba (yang terasing)

Maka siapakah Salafi (Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah) itu ?

Seorang salafi dialah orang yang berpegang teguh kepada kemurnian agama ini sesuai dengan pemahaman Nabi dan para shahabat beliau, yang dia ini akan terlihat ghuraba (asing) di kehidupan yang ramai ini, selalu berpegang kepada sunnah beliau, berimam dan berjama’ah kepada Nabi dan Ulil ‘Amri (ulama wal umaro yang shohih secara syariat), akan ditolong oleh Allah (manshuroh) dan akan menjadi golongan yang selamat (naajiyah). Itulah hakikat seorang Muslim yang sesungguhnya.

Antum bertanya, apakah As-Salafi itu sekarang sudah ada ?

Ya, telah ada dari zaman dulu, dan akan tetap ada hingga hari kiamat nanti dan akan berjuang bersama Al-Imam Mahdi Al-Muntadzor dan menjadi tentaranya Nabi Isa ‘alaihi sholatu wasalam untuk memerangi musuh-musuh Islam.


Dimanakah kelompok As-Salafi itu ?

Mereka ada di mana-mana, di Jakarta, di Bandung, di Jepang, di Saudi, di manapun. Mereka itu ada yang berjama’ah (karena berjama’ah itu adalah syariat Islam) namun mereka tidak bertandzim. Mereka ikuti para imam dan ulama rohimahumullah dan mereka menuntut ilmu kepada para ustadz hafidzahumullah (semoga Allah menjaga mereka), ta’at, patuh dan ‘ittiba kepada mereka karena itulah pemimpin mereka, namun tidak menjadikan mereka sebagai pemimpin tandzim. Ketaatan kepada mereka adalah selama yang diajarkannya adalah sesuai dengan petunjuk Nabi dan para shahabat (salafush sholeh) rodhiallahu ‘anhum.

Namun seorang salafi (ahlu sunnah wal jama’ah) juga belum tentu berjama’ah. Seorang muslim yang tinggal sendirian di atas gunung namun dia beraqidah, beribadah, berakhlaq dan berpemahaman seperti para salafush sholih, tidak mengurangi dan menambahnya walau sedikitpun, maka dia termasuk dari jama’ah ini, walaupun mereka tidak saling mengenal. Silahkan haidtsnya bisa dilihat pada majalah As-Sunnah.

Kenapa ada orang yang mengaku Salafi tapi tidak berakhlaq Salaf?

Saudaraku, betapa banyak di negeri ini yang mengaku sebagai seorang ahlu sunnah wal jama’ah di kampung-kampung tapi aqidahnya, ibadahnya, adabnya dan manhajnya sangat-sangat jauh dari Nabi ‘alaihi sholatu wasalam dan shabatnya rodhiallahu ‘anhum. Dan betapa banyak orang yang mengaku bermazhab Syafi’i, tapi sangat-sangat jauh dari pemahaman Al Imam Asy Syafi’i rohimahullah. Wazannya (timbangannya) adalah selama dia itu beraqidah, beribadah, beradab (berakhlaq) dan bermanhaj seperti yang dicontohkan Rasul dan para shahabatnya, maka dia itu adalah seorang salafi. Antum bisa menilai diri antum sendiri dan juga dapat menilai orang-orang yang mengaku salaf tadi.

Apakah antum, wahai saudaraku Suharyanto, seorang Salafi?

Tentuya kita semua ingin menjadi seorang salafi (ahlu sunnah wal jama’ah). Dan selama antum beraqidah, beribadah, berakhlah dan bermanhaj, seperti yang dipahami oleh para salafush sholeh ridwanullah ‘alaihim jami’an, maka antum adalah seorang salafi. Mudah-mudahan Allah menunjuki saya dan antum menjadi seorang salafi ahlu sunnah waljama’ah dan mendapat keselamatan dan pertolongan Allah...Amien Ya Robbl ‘Alamin....

(Saya menjawab surat antum ini dengan ilmu yang saya miliki, setelah mendengarkan kaset-kaset serta membaca dari majalah As-Sunnah, dll. Silakan antum merujuk sendiri kepada majalah tersebut).


kesalahkaprahan yaumul 'ied

A L S
 

Bismillahir rohmanir rohim

Assalamu'alaikum wr. wb.

Ditengah kehangatan diskusi term "Salafi" (Jazakumullah khoiron katsier atas kontribusinya) afwan ana mau nanya tentang "kesalahkaprahan" menyikapi yaumul 'ied. Mumpung masih bulan syawal.

Tentang kesalahkaprahan makna FITHR, yakni sering diartikan dengan FITHROH atau suci? padahal bukan demikian seharusnya, pernah ana baca di majalah As-Sunnah maupun di kitab karya ustd. Abdul Hakim Abdat. Alhamdulillah fahimna.

Tetapi adakah yang bisa menunjukkan (punya) artikel yang mengulas secara lengkap tentang kesalahkaprapahan menyambut /memperingati 'iedul fithr?

Hal ini penting bagi ana karena ana harus menjelaskan (dengan dalil) kepada mereka yang masih latah merayakan 'iedul fithr dengan:

- Takbiran di malam ied atau ditambah lagi dengan takbiran selama sepekan di awal syawal. Padahal setahu ana hanya saat berangkat sholat sampai Imam naik mimbar (lihat Minhajul Muslimin, oleh Abu Bakr Al Jazairy)
- Mengkhususkan yaumul 'ied sebagai hari saling memaafkan dengan ucapan "MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN" atau
- Saling memberikan ucapan selamat dengan ucapan "IED MUBAROK", atau dengan ucapan "MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN" ucapan yang terakhir ini tidak dikenal ikhwan yang berbahasa Arab setidaknya yang ana temui di Jepang (tentunya ini bukan jaminan haq / bathilnya, tetapi apakah 3 macam ucapan selamat yang terakhir tsb dikenal kalangan ulama' salaf? Sebatas yang ana temukan dalam kitab fiqih maupun di kitab Minhajul Muslimin tsb, dulu para sahabat saling mengucapkan "TAQOBALALLAHU MINNA WAMINKUM" (titik).
- dll, dll.

Agar tersebar@ilmu (yang haq) ditengah masyarakat yang banyak menjauhinya dan demi menghidupkan sunnah ditengah masyarakat yang menganggap "SUNNAH SEBAGAI BID'AH DAN BID'AH SEBAGAI SUNNAH" .
Dan satu diantara hal yang ana takuti hingga perlu hati-hati "Maunya nyebarkan Sunnah tapi (karena jahil) eh malah nyebarkan bid'ah, mau nolong orang ke jalan yang lempeng (karena jahil) eh malah menyesatkan" .

Demikian, ta'awun dari ikhwan yang 'alim (dalam hal ini) sangat ana harapkan wajazakallahu khoiron katsier.

Wassalam
ALS
______________________________________________________


Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Suharyanto
 

开云体育

Assalamau'alaikum wr.wb.
?
Terimakasih kepada saudara Endan.
Alhamdulillah, bertambah lagi ilmu saya dan semua anggota ML Assunnah.
?
Wassalamu'alaikum wr.wb.

----- Original Message -----
From: endan
Sent: Friday, January 21, 2000 1:31 AM
Subject: [assunnah] Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Surat kepada seorang akhi....

Saudaraku Suharyanto, sesungguhnya Al Islam itu adalah satu dan ditinggalkan oleh Nabi 'alaihi sholatu wa salam dalam keadaan putih bersih. Tidak ada hal yang mendekatkan kita ke surga dan menjauhkan kita dari neraka melainkan telah beliau sampaikan. Pendeknya, syariat Ad-Dienul Islam ini telah sempurna, dan Nabi 'alaihi sholatu wa salam tidak menghendaki adanya pengurangan atau penambahan sedikit pun di dalamnya, walaupun kita menyangka hal itu baik.

Kemudian setelah wafatnya beliau 'alaihi sholatu wa salam, tepatnya selelah wafatnya Kholifatur rosyid 'Umar ibnul Khottob rodhiallahu ‘anhu, muncullah banyak sekali perselisihan, pengurangan dan penambahan pada dien ini baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, manhaj dan sebagainya. Sampai-sampai ada sekelompok orang yang mengkafirkan Abu Bakar Asy-Syiddiq, Umar Ibnul Khottob dan Utsman Ibnu 'Affan rodhiallahu 'alaihim ajma'in, mengingkari taqdir, membuat nama bagi Allah yang Allah sendiri tidak pernah membuat nama seperti yang mereka buat itu, bahkan ada yang murtad dari Islam. Dan hal itu semua sudah dikhabarkan oleh Nabi yang Mulia 'alaihi sholatu wa salam sewaktu beliau masih hidup. Dan hal ini menjadi tanda-tanda kenabian beliau, bahwa apa yang beliau ucapkan itu pasti akan terjadi. (Saudaraku bisa merujuk kepada kitab-kitab fiqh dan hadits, atau majalah As-Sunnah Edisi 1 s.d. 12 tahun pertama, atau bisa menghubungi ana, Alhamdulillah ana juga punya).

Kemudian muncullah para Ulama dan dan para Imam di kalangan kaum muslimin rohimahumullah dari masa tabi'in sampai sekarang yang terus menentang mereka dan memurnikan Ad-Dienul Islam yang sudah sempurna ini, dan mereka itu akan tetap ada sampai hari kiamat kelak. Maka muncullah Al-Imam Ahmad Ibnu Hambal rohimahullah dengan mempopulerkan istilah Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah sebagai pembeda antara kaum muslimin yang berjuang keras untuk tetap menjaga kemurnian Dien ini, semurni sebagaimana ditinggalkan oleh Nabi Muhammad 'alaihi sholatu wa salam dan para shahabat beliau (as-salafush sholih) ridwanullahu ‘alaihim ajma’in dan membedakannya dengan kaum muslimin yang telah terpengaruh dan tercampur aduk oleh manhaj, aqidah, ibadah dan akhlak yang batil. Istiliah Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah sendiri bukanlah hal yang baru (bid’ah), namun sudah beliau isyaratkan melalui banyak sekali haditsnya yang shohih. Maka kemudian Al-Imam Ahmad bin Hambal rohimahullah terkenal dengan Imam Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Selain istilah diatas, para ulama juga mengenal istilah-istilah lain yang digunakan untuk membedakan orang-orang Islam yang tetap berusaha menjaga dien ini dari pengurangan dan tambahan (bid’ah) dan iltizam (komitmen) kepada pemahaman Nabi sholallahu ‘alaihi wasalam serta para shahabatnya rodhiallahu ‘anhum. Istilah-istilah tersebut juga diambil dari sabda-sabda Beliau yang mulia sholallahu ‘alaihi wasalam, di antaranya adalah :

  1. Ahlu Sunnah Wal Jama’ah

  2. Ahlul Hadits

  3. As-Salaf (yang berpegang kepada para pendahulu (as-salaf) dari dien ini).

  4. Firqotun Naajiyah (golongan yang selamat)

  5. Thoifah al Manshuroh (kelompok yang ditolong)

  6. Al Ghuroba (yang terasing)

Maka siapakah Salafi (Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah) itu ?

Seorang salafi dialah orang yang berpegang teguh kepada kemurnian agama ini sesuai dengan pemahaman Nabi dan para shahabat beliau, yang dia ini akan terlihat ghuraba (asing) di kehidupan yang ramai ini, selalu berpegang kepada sunnah beliau, berimam dan berjama’ah kepada Nabi dan Ulil ‘Amri (ulama wal umaro yang shohih secara syariat), akan ditolong oleh Allah (manshuroh) dan akan menjadi golongan yang selamat (naajiyah). Itulah hakikat seorang Muslim yang sesungguhnya.

Antum bertanya, apakah As-Salafi itu sekarang sudah ada ?

Ya, telah ada dari zaman dulu, dan akan tetap ada hingga hari kiamat nanti dan akan berjuang bersama Al-Imam Mahdi Al-Muntadzor dan menjadi tentaranya Nabi Isa ‘alaihi sholatu wasalam untuk memerangi musuh-musuh Islam.


Dimanakah kelompok As-Salafi itu ?

Mereka ada di mana-mana, di Jakarta, di Bandung, di Jepang, di Saudi, di manapun. Mereka itu ada yang berjama’ah (karena berjama’ah itu adalah syariat Islam) namun mereka tidak bertandzim. Mereka ikuti para imam dan ulama rohimahumullah dan mereka menuntut ilmu kepada para ustadz hafidzahumullah (semoga Allah menjaga mereka), ta’at, patuh dan ‘ittiba kepada mereka karena itulah pemimpin mereka, namun tidak menjadikan mereka sebagai pemimpin tandzim. Ketaatan kepada mereka adalah selama yang diajarkannya adalah sesuai dengan petunjuk Nabi dan para shahabat (salafush sholeh) rodhiallahu ‘anhum.

Namun seorang salafi (ahlu sunnah wal jama’ah) juga belum tentu berjama’ah. Seorang muslim yang tinggal sendirian di atas gunung namun dia beraqidah, beribadah, berakhlaq dan berpemahaman seperti para salafush sholih, tidak mengurangi dan menambahnya walau sedikitpun, maka dia termasuk dari jama’ah ini, walaupun mereka tidak saling mengenal. Silahkan haidtsnya bisa dilihat pada majalah As-Sunnah.

Kenapa ada orang yang mengaku Salafi tapi tidak berakhlaq Salaf?

Saudaraku, betapa banyak di negeri ini yang mengaku sebagai seorang ahlu sunnah wal jama’ah di kampung-kampung tapi aqidahnya, ibadahnya, adabnya dan manhajnya sangat-sangat jauh dari Nabi ‘alaihi sholatu wasalam dan shabatnya rodhiallahu ‘anhum. Dan betapa banyak orang yang mengaku bermazhab Syafi’i, tapi sangat-sangat jauh dari pemahaman Al Imam Asy Syafi’i rohimahullah. Wazannya (timbangannya) adalah selama dia itu beraqidah, beribadah, beradab (berakhlaq) dan bermanhaj seperti yang dicontohkan Rasul dan para shahabatnya, maka dia itu adalah seorang salafi. Antum bisa menilai diri antum sendiri dan juga dapat menilai orang-orang yang mengaku salaf tadi.

Apakah antum, wahai saudaraku Suharyanto, seorang Salafi?

Tentuya kita semua ingin menjadi seorang salafi (ahlu sunnah wal jama’ah). Dan selama antum beraqidah, beribadah, berakhlah dan bermanhaj, seperti yang dipahami oleh para salafush sholeh ridwanullah ‘alaihim jami’an, maka antum adalah seorang salafi. Mudah-mudahan Allah menunjuki saya dan antum menjadi seorang salafi ahlu sunnah waljama’ah dan mendapat keselamatan dan pertolongan Allah...Amien Ya Robbl ‘Alamin....

(Saya menjawab surat antum ini dengan ilmu yang saya miliki, setelah mendengarkan kaset-kaset serta membaca dari majalah As-Sunnah, dll. Silakan antum merujuk sendiri kepada majalah tersebut).


Post?Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List?owner assunnah-owner@...
eGroups.com Home:
- Simplifying group communications


Untuk Akhi Suharyanto, Re : [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Y & R
 

开云体育

Assalamu'alaikum wr.wb.
?
*Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu
?
Alhamdulillah....
Saya hanya akan mengclarify pertanyaan saja, mudah-mudahan bisa mengobati kebingungan yang sedang antum hadapi, insya Allah.
?
Saya mau tanya berkaitan dengan artikel dibawah ini.
Yang saya tanyakan banyak sekali jama'ah(yg akidahnya lurus) yang saya ketahui mengaku sebagai jama'ah yang bermanhaj salaf. Walaupun ada yang mengaku salaf dan ia mengatakan jama'ah lain bukan salaf, yaa.. ada yang mengatakan?ini lah,itulah, dll, dsb.
?
1. Apakah Sebenarnya Rasulullah, para sahabat dan ulama salaf mengajari hal tersebut?
?
Ini yang membuat saya bingung ada yang mengaku salaf tapi kok tidak seperti Rasul, sahabat dan ulama salaf dalam berdakwah dan menyikapi sesama muslim walaupun ada sedikit perbedaan pendapat.
?
Pertanyaan diatas, sebenarnya sudah antum jawab sendiri, yaitu :
?
".....mengaku salaf tapi kok tidak seperti Rasul, Sahabat dan Ulama Salaf dalam berdakwah dan menyikapi sesama muslim .....".
?
Dengan sendirinya kalimat diatas sudah merupakan jawaban bagi permasalahan yang Antum pertanyakan, karena makna yang saya pahami dari kalimat tersebut sangat luas sekali.
?
Adapun mengenai kalimat "mengajari", yang dimaksud mengajari apa..?
?
?
2.?Saya mau tanya apakah di sini sudah ada jama'ah yang benar-benar salaf?
Mohon jawaban dari ikhwan sekalian.
?
Pertanyaan yang? kedua, sebenarnya di artikel tersebut sudah dijelaskan siapa itu Salaf?(yang benar-benar salaf, menurut istilah akhi Suharyanto).
?
Nukilan dari artikel tersebut adalah sebagai berikut ;
?
"...... Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).
Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara') dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan..."
?
Dan mengenai kalimat "di sini", maksudnya dimana...?
?
Demikian klarifikasi yang dimaksud, dan apabila ada kekurangan dan kekeliruan, sudilah yang lain menambahkan dan meluruskannya.
?
Namun Saya yakin Akhi Suharyanto lebih mengetahui dalam masalah ini, karena bukankan Antum sendiri sebagai Web Admin di Al-Sofwah, dimana tujuan dari yayasan tersebut adalah " ...... berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah menurut pemahaman As-Salafus-Shalih ...".
?
Wallahu 'alam.
Akhukum Fiilah
yayat
?
?
?
?
?


Re: Urun rembug

Suharyanto
 

Assalamu'alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, Ikhwan sekalian.
Semoga jawaban yang antum berikan menjadi pelajaran bagi kita semua untuk
senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As Sunnah.
Semoga kajian di ML ini semakin hidup terjadi komunikasi dari segala arah.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

----- Original Message -----
From: iip hidayat <iipsh@...>
To: <assunnah@...>
Sent: Thursday, January 20, 2000 12:01 AM
Subject: [assunnah] Urun rembug



Assalamu'alaikum......
Menyambung komentar yg diberikan oleh ikhwah disini
atas pertanyaan akhi Suharyanto, memang ada sedikit
"kekeliuran" pertanyaan akhi Suharyanto, dimana makna
SALAFY disejajrkan dengan "JAMA'AH" dalam arti "HIZB".
Sesungguhnya telah jelas ulasan dari Syaikh Al-albani,
bhw sebutan salafy adalah bukan utk menyebut "hizb"
tertentu, kelompok tertentu..tapi utk menyebut orang-orang
baik sendiri atau berkelompok yg mengikuti manhaj ahlussunnah
wal jama'ah, manhaj salaful 'ummah.

Hanya saja, semakin kita khawatir bhw kita bukan salafy,
maka dalam diri kita Insya Alloh akan muncul semangat kehati-hatian
ketika kita akan bertholabul 'ilm. Dan kita akan semakin hati-hati
utk mengikuti gaya "tholabul 'ilm"-nya beberapa kaum hizbiyyun.

Sebenarnya, utk kasus khusus di Indonesia, kita bisa dengan mudah
mengindentify seseorang itu betul sungguh-sungguh ingin ikut salafy
atau hanya omongan saja. Tanya saja sama mereka, apakah anda tahu
siapa Al-albani, siapa syaikh al-utsaimin, siapakah syaikh bin baz,
siapakah syaikh rabi, siapakah syaikh salih al-fawzan dsb......
Sepanjang yg ana perhatikan, ada
beberapa kelompok penjawab :
1. Faham betul tentang ketokohan beliau-beliau dan serius utk
mengkaji fatwa-fatwanya tanpa sikap taklid.
Insya Allah yg ini adalah Salafy, Allohu a'lam.

2. Tahu akan ketokohan beliau-beliau, tapi tidak mengambil ilmu
dari beliau-beliau.
Yang ini "mungkin" diragukan salafy-nya. Allohu a'lam.

3. Tahu akan ketokohan beliau, tapi setengah-setangah mengambil
ilmu dari beliau. Contoh, mengakui kepakaran hadits-nya Syaikh
Al-albani, tetapi tidak mencoba mengikuti penjelasan haditsnya
beliau (sebatas mengambil takhrij-nya saja.
Ini pun "mungkin" diragukan Salafy-nya, Allohu a'lam.

4. Tidak tahu akan ketokohan beliau....
Kalau yg ini, sangat jauh dari salafy.

Mungkin akan muncul pertanyaan, kenapa mesti al-albani, kenapa mesti
al-utsaimin, kenapa mesti bin baz ? toh mereka juga adalah manusia
yg tidak luput dari kesalahan ? Sederhana saja jawabnya, jika manusia
yg tahu banyak hadits saja bisa salah, bagaimana dg "tokoh" yg sedikit
tahu tentang hadits ? Jelas kebenaran akan lebih dekat kepada ulama-
ulama ahlul hadits. Ana jadi inget suatu pembahasan dalam kitab Fathul
Majid tentang Bab "Tho'ifatun Manshuroh", tafsir ulama yg paling
banyak adalah bhw mereka itu "ahlul hadits".

Sementara sekian dulu, mohon ampun kepada Alloh jika ada komentar
yg salah sebagai akibat kejahilan ana.

-abu nisa@bandung-


______________________________________________________

------------------------------------------------------------------------
Post Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List owner assunnah-owner@...

------------------------------------------------------------------------
-- Check out your group's private Chat room
--



Re: Untuk Akhi Suharyanto, Re : [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Suharyanto
 

开云体育

Assalamu'alaikum wr.wb.
?
Alhamdulillah, Ikhwan sekalian.
Semoga jawaban yang antum berikan menjadi pelajaran bagi? kita semua untuk senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As Sunnah.
Semoga kajian di ML ini semakin hidup terjadi komunikasi dari segala arah.
?
Wassalamu'alaikum wr.wb.
?

----- Original Message -----
From: Y & R
Sent: Thursday, January 20, 2000 10:56 AM
Subject: [assunnah] Untuk Akhi Suharyanto, Re : [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Assalamu'alaikum wr.wb.
?
*Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu
?
Alhamdulillah....
Saya hanya akan mengclarify pertanyaan saja, mudah-mudahan bisa mengobati kebingungan yang sedang antum hadapi, insya Allah.
?
Saya mau tanya berkaitan dengan artikel dibawah ini.
Yang saya tanyakan banyak sekali jama'ah(yg akidahnya lurus) yang saya ketahui mengaku sebagai jama'ah yang bermanhaj salaf. Walaupun ada yang mengaku salaf dan ia mengatakan jama'ah lain bukan salaf, yaa.. ada yang mengatakan?ini lah,itulah, dll, dsb.
?
1. Apakah Sebenarnya Rasulullah, para sahabat dan ulama salaf mengajari hal tersebut?
?
Ini yang membuat saya bingung ada yang mengaku salaf tapi kok tidak seperti Rasul, sahabat dan ulama salaf dalam berdakwah dan menyikapi sesama muslim walaupun ada sedikit perbedaan pendapat.
?
Pertanyaan diatas, sebenarnya sudah antum jawab sendiri, yaitu :
?
".....mengaku salaf tapi kok tidak seperti Rasul, Sahabat dan Ulama Salaf dalam berdakwah dan menyikapi sesama muslim .....".
?
Dengan sendirinya kalimat diatas sudah merupakan jawaban bagi permasalahan yang Antum pertanyakan, karena makna yang saya pahami dari kalimat tersebut sangat luas sekali.
?
Adapun mengenai kalimat "mengajari", yang dimaksud mengajari apa..?
?
?
2.?Saya mau tanya apakah di sini sudah ada jama'ah yang benar-benar salaf?
Mohon jawaban dari ikhwan sekalian.
?
Pertanyaan yang? kedua, sebenarnya di artikel tersebut sudah dijelaskan siapa itu Salaf?(yang benar-benar salaf, menurut istilah akhi Suharyanto).
?
Nukilan dari artikel tersebut adalah sebagai berikut ;
?
"...... Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).
Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara') dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan..."
?
Dan mengenai kalimat "di sini", maksudnya dimana...?
?
Demikian klarifikasi yang dimaksud, dan apabila ada kekurangan dan kekeliruan, sudilah yang lain menambahkan dan meluruskannya.
?
Namun Saya yakin Akhi Suharyanto lebih mengetahui dalam masalah ini, karena bukankan Antum sendiri sebagai Web Admin di Al-Sofwah, dimana tujuan dari yayasan tersebut adalah " ...... berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah menurut pemahaman As-Salafus-Shalih ...".
?
Wallahu 'alam.
Akhukum Fiilah
yayat
?
?
?
?
?

Post?Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List?owner assunnah-owner@...
eGroups.com Home:
- Simplifying group communications


Urun rembug

iip hidayat
 

Assalamu'alaikum......
Menyambung komentar yg diberikan oleh ikhwah disini
atas pertanyaan akhi Suharyanto, memang ada sedikit
"kekeliuran" pertanyaan akhi Suharyanto, dimana makna
SALAFY disejajrkan dengan "JAMA'AH" dalam arti "HIZB".
Sesungguhnya telah jelas ulasan dari Syaikh Al-albani,
bhw sebutan salafy adalah bukan utk menyebut "hizb"
tertentu, kelompok tertentu..tapi utk menyebut orang-orang
baik sendiri atau berkelompok yg mengikuti manhaj ahlussunnah
wal jama'ah, manhaj salaful 'ummah.

Hanya saja, semakin kita khawatir bhw kita bukan salafy,
maka dalam diri kita Insya Alloh akan muncul semangat kehati-hatian
ketika kita akan bertholabul 'ilm. Dan kita akan semakin hati-hati
utk mengikuti gaya "tholabul 'ilm"-nya beberapa kaum hizbiyyun.

Sebenarnya, utk kasus khusus di Indonesia, kita bisa dengan mudah
mengindentify seseorang itu betul sungguh-sungguh ingin ikut salafy
atau hanya omongan saja. Tanya saja sama mereka, apakah anda tahu
siapa Al-albani, siapa syaikh al-utsaimin, siapakah syaikh bin baz,
siapakah syaikh rabi, siapakah syaikh salih al-fawzan dsb......
Sepanjang yg ana perhatikan, ada
beberapa kelompok penjawab :
1. Faham betul tentang ketokohan beliau-beliau dan serius utk
mengkaji fatwa-fatwanya tanpa sikap taklid.
Insya Allah yg ini adalah Salafy, Allohu a'lam.

2. Tahu akan ketokohan beliau-beliau, tapi tidak mengambil ilmu
dari beliau-beliau.
Yang ini "mungkin" diragukan salafy-nya. Allohu a'lam.

3. Tahu akan ketokohan beliau, tapi setengah-setangah mengambil
ilmu dari beliau. Contoh, mengakui kepakaran hadits-nya Syaikh
Al-albani, tetapi tidak mencoba mengikuti penjelasan haditsnya
beliau (sebatas mengambil takhrij-nya saja.
Ini pun "mungkin" diragukan Salafy-nya, Allohu a'lam.

4. Tidak tahu akan ketokohan beliau....
Kalau yg ini, sangat jauh dari salafy.

Mungkin akan muncul pertanyaan, kenapa mesti al-albani, kenapa mesti
al-utsaimin, kenapa mesti bin baz ? toh mereka juga adalah manusia
yg tidak luput dari kesalahan ? Sederhana saja jawabnya, jika manusia
yg tahu banyak hadits saja bisa salah, bagaimana dg "tokoh" yg sedikit
tahu tentang hadits ? Jelas kebenaran akan lebih dekat kepada ulama-
ulama ahlul hadits. Ana jadi inget suatu pembahasan dalam kitab Fathul
Majid tentang Bab "Tho'ifatun Manshuroh", tafsir ulama yg paling
banyak adalah bhw mereka itu "ahlul hadits".

Sementara sekian dulu, mohon ampun kepada Alloh jika ada komentar
yg salah sebagai akibat kejahilan ana.

-abu nisa@bandung-


______________________________________________________


Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Y & R
 

开云体育

?MENGAPA HARUS SALAFI ?
?
oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
?

?
?
MUQADIMAH
?
Masih banyak di antara kita yang mempertanyakan apa itu Salafi, dan mengapa harus Salafi .?. Sebagian kaum muslimin malahan menilai bahwa kata-kata Salafi menunjukkan sikap fanatik, bahkan lebih jauh lagi dikatakan sebagai sikap ta'assub terhadap kelompok tertentu serta mengecilkan orang lain, dan yang lebih parah lagi adalah ; mereka mengatakan bahwa Salafi merupakan istilah baru dalam Islam.
?
Benarkah persangkaan tersebut...! Dibawah ini kami nukilkan jawaban dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah di majalah Al-Ashalah edisi 9/Th.II/15 Sya'ban 1414H dan dimuat di majalah As-Sunnah edisi 09/th.III/1419H-1999. Mengenai pertanyaan yang ditujukan kepada beliau, yang tidak jauh berbeda dengan permasalahan di atas.
?
?
MENGAPA HARUS SALAFI..?
?
Pertanyaan yang ditujukan kepada Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, adalah sebagai berikut :
?
"Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah, apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam Islam ..?"
?
Jawaban beliau adalah sebagai berikut :
?
Sesungguhnya kata "As-Salaf" sudah lazim dalam terminologi bahasa Arab maupun syariat Islam. Adapun yang menjadi bahasan kita kali ini adalah aspek syari'atnya. Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang wafat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah radyillahu 'anha :
"Artinya : Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik "As-Salaf" bagimu adalah Aku".
Dalam kenyataannya di kalangan para ulama sering menggunakan istilah "As-Salaf". Satu contoh penggunaan "As-Salaf" yang biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid'ah :
"Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang? Salaf".
"Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf".
Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari nisbat (penyandaran diri) pada istillah SALAF karena mereka menyangka bahwa hal tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata : "Seorang muslim tidak boleh mengatakan "saya seorang salafi". Secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa seorang muslim tidak boleh mengikuti Salafus Shalih baik dalam hal aqidah, ibadah ataupun ahlaq".
?
Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).
Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara') dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.
?
Orang yang mengingkari istilah ini, bukankah dia juga menyandarkan diri pada suatu madzhab, baik secara akidah atau fikih ..?. Bisa jadi ia seorang Asy'ari, Maturidi, Ahli Hadits, Hanafi, Syafi'i, Maliki atau Hambali semata yang masih masuk dalam sebutan Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
?
Padahal orang-orang yang bersandar kepada madzhab Asy'ari dan pengikut madzhab yang empat adalah bersandar kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum. Walau ada juga ulama di kalangan mereka yang benar. Mengapa penisbatan-penisbatan kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum ini tidak diingkari ..?
?
Adapun orang yang berintisab kepada Salafus Shalih, dia menyandarkan diri kepada ISHMAH (kemaksuman/terjaga dari kesalahan) secara umum. Rasul telah mendiskripsikan tanda-tanda Firqah Najiah yaitu komitmennya dalam memegang sunnah Nabi dan para sahabatnya. Dengan demikian siapa yang berpegang dengan manhaj Salafus Shalih maka yakinlah dia berada atas petunjuk Allah 'Azza wa Jalla.
?
Salafiyah merupakan predikat yang akan memuliakan dan memudahkan jalan menuju "Firqah Najiyah". Dan hal itu tidak akan didapatkan bagi orang yang menisbatkan kepada nisbat apapun selainnya. Sebab nisbat kepada selain Salafiyah tidak akan terlepas dari dua perkara :
  • Pertama, menisbatkan diri kepada pribadi yang tidak maksum.
  • Kedua, menisbatkan diri kepada orang-orang yang mengikuti manhaj pribadi yang tidak maksum.
Jadi tidak terjaga dari kesalahan, dan ini berbeda dengan ISHMAH para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan supaya kita berpegang teguh terhadap sunnahnya dan sunnah para sahabat setelahnya.
?
Kita tetap terus dan senantiasa menyerukan agar pemahaman kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah selaras dengan manhaj para sahabat, sehingga tetap dalam naungan ISHMAH (terjaga dari kesalahan) dan tidak melenceng maupun menyimpang dengan pemahaman tertentu yang tanpa pondasi dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
?
Mengapa sandaran terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah belum cukup ..?
?
Sebabnya kembali kepada dua hal, yaitu hubungannya dengan dalil syar'i dan fenomena Jama'ah Islamiyah yang ada.
?
Berkenan dengan sebab pertama.
Kita dapati dalam nash-nash yang berupa perintah untuk menta'ati hal lain disamping Al-Kitab dan As-Sunnah sebagaimana dalam firman Allah :
"Artinya : Dan taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri diantara kalian".
(An-Nisaa : 59).
Jika ada Waliyul Amri yang dibaiat kaum Muslimin maka menjadi wajib ditaati seperti keharusan taat terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah. Walau terkadang muncul kesalahan dari dirinya dan bawahannya. Taat kepadanya tetap wajib untuk menepis akibat buruk dari perbedaan pendapat dengan menjunjung tinggi syarat yang sudah dikenal yaitu :
"Artinya : Tidak ada ketaatan kepada mahluk di dalam bemaksiat kepada Al-Khalik". (Lihat As-Shahihah No. 179).
"Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannan dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (An-Nisaa : 115).
Allah Maha Tinggi dan jauh dari main-main. Tidak disangkal lagi, penyebutan SABIILIL MU'MINIIN (Jalan kaum mukminin) pasti mengandung hikmah dan manfa'at yang besar. Ayat itu membuktikan adanya kewajiban penting yaitu agar ittiba' kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah harus sesuai dengan pemahaman generasi Islam yang pertama (generasi sahabat). Inilah yang diserukan dan ditekankan oleh dakwah Salafiyah di dalam inti dakwah dan manhaj tarbiyahnya.
?
Sesungguhnya Dakwah Salafiyah benar-benar akan menyatukan umat. Sedangkan dakwah lainnya hanya akan mencabik-cabiknya. Allah berfirman :
"Artinya : Dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar". (At-Taubah : 119).
Siapa saja yang memisahkan antara Al-Kitab dan As-Sunnah dengan As-Salafus Shalih bukanlah seorang yang benar selama-lamanya.
?
Adapun berkenan dengan sebab kedua.
Bahwa kelompok-kelompok dan golongan-golongan (umat Islam) sekarang ini sama sekali tidak memperhatikan untuk mengikuti jalan kaum mukminin yang telah disinggung ayat di atas dan dipertegas oleh beberapa hadits.
?
Diantaranya hadits tentang firqah yang berjumlah tujuh puluh tiga golongan, semua masuk neraka kecuali satu. Rasul mendeskripsikannya sebagai :
"Dia (golongan itu) adalah yang berada di atas pijakanku dan para sahabatku hari ini".
Hadits ini senada dengan ayat yang menyitir tentang jalan kaum mukminin. Di antara hadits yang juga senada maknanya adalah, hadits Irbadl bin Sariyah, yang di dalamnya memuat :
"Artinya : Pegangilah sunnahku dan sunnah Khulafair Rasyidin sepeninggalku".
Jadi di sana ada dua sunnah yang harus di ikuti : sunnah Rasul dan sunnah Khulafaur Rasyidin.
?
Menjadi keharusan atas kita -generasi mutaakhirin- untuk merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah dan jalan kaum mukminin. Kita tidak boleh berkata : "Kami mandiri dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa petunjuk Salafus As-Shalih".
?
Demikian juga kita harus memiliki nama yang membedakan antara yang haq dan batil di jaman ini. Belum cukup kalau kita hanya mengucapkan :"Saya seorang muslim (saja) atau bermadzhab Islam. Sebab semua firqah juga mengaku demikian baik Syiah, Ibadhiyyah (salah satu firqah dalam Khawarij), Ahmadiyyah dan yang lain. Apa yang membedakan kita dengan mereka ..?
?
Kalau kita berkata : Saya seorang muslim yang memegangi Al-Kitab dan As-Sunnah. ini juga belum memadai. Karena firqah-firqah sesat juga mengklaim ittiba' terhadap keduanya.
?
Tidak syak lagi, nama yang jelas, terang dan membedakan dari kelompok sempalan adalah ungkapan : "Saya seorang muslim yang konsisten dengan Al-Kitab dan As-Sunnah serta bermanhaj Salaf", atau disingkat "Saya Salafi".
?
Kita harus yakin, bersandar kepada Al-Kitab dan As-Sunnah saja, tanpa manhaj Salaf yang berperan sebagai penjelas dalam masalah metode pemahaman, pemikiran, ilmu, amal, dakwah, dan jihad, belumlah cukup.?
?
Kita paham para sahabat tidak berta'ashub terhadap madzhab atau individu tertentu. Tidak ada dari mereka yang disebut-sebut sebagai Bakri, Umari, Utsmani atau Alawi (pengikut Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali). Bahkan bila seorang di antara mereka bisa bertanya kepada Abu Bakar, Umar atau Abu Hurairah maka bertanyalah ia. Sebab mereka meyakini bahwa tidak boleh memurnikan ittiba' kecuali kepada satu orang saja yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang tidak berkata dengan kemauan nafsunya, ucapannya tiada lain wahyu yang diwahyukan.
?
Taruhlah misalnya kita terima bantahan para pengkritik itu, yaitu kita hanya menyebut diri sebagai muslimin saja tanpa penyandaran kepada manhaj Salaf ; padahal manhaj Salaf merupakan nisbat yang mulia dan benar. Lalu apakah mereka (pengkritik) akan terbebas dari penamaan diri dengan nama-nama golongan madzhab atau nama-nama tarekat mereka .? Padahal sebutan itu tidak syar'i dan salah?..!?.
?
Allah adalah Dzat Maha pemberi petunjuk menuju jalan lurus. Wallahu al-Musta'in.
?
Demikianlah jawaban kami. Istilah Salaf bukan menunjukkan sikap fanatik atau ta'assub pada kelompok tertentu, tetapi menunjukkan pada komitmennya untuk mengikuti Manhaj Salafus Shalih dalam memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah.
?
Wallahu Waliyyut-Taufiq.
?

?
Insya Allah menyusul :
  • Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas
?


Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Luqman Hakim
 

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh..

Menaggapi pertanyaan akhi suharyanto..saya ingin sedikit memberikan
penjelasan dari apa yang saya ketahui...

" As-Salaf " (Ahlu Sunnah Wal Jama'ah), bukanlah sebuah jama'ah atau
Firqoh, yang sebagian saudara kita mengistilahkannya, sehingga mereka
sebagian menilainya dengan "sebelah mata". As-Salaf adalah sebuah Manhaj yang agung dan Mulia, yang merupakan jalan yang pernah di tempuh oleh Rasululloh, para sahabat, tabi'in & tabiuttabi'in, yang merupakan generasi yang Rasullulloh sebutkan dalam Hadist, adalah generasi terbaik.
Siapapun yang mengikuti manhaj ini secara murni dan istiqomah...
dia disebut Ahlu sunnah waljamaah.
Jadi untuk menilai "Salaf", tidak bisa dengan melihat tingkah lakunya orangnya, karena setiap pribadi yang mengaku salaf, tidak menjamin
dia istiqomah dalam merealisasikannya.....semua perbuatan dan tingkah laku seseorang muslim tidak selalu sesuai sunnah, adakalanya dia melenceng dari sunnah karena kejahilannya.
Artikel dari Syekh Nashiruddin ini, menurut saya, hanya ingin menjelaskan kepada kaum Muslimin apa itu "As-Salaf". Bukan berarti
Fanatik Hizbiyah.
Manhaj Salaf tidak mengenal Jama'ah-jama'ah, yang ada hanya satu, yaitu "Al-Jama'ah", yang Rasullulloh SAW sebutkan dalam hadist.
Wallahu'alam....

sekian penjelasan singkat saya, yang masih dalam tahap belajar...
saya yakin akhi Suharyanto lebih 'Alim dari saya.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh..

Al-Faqir Muhammad Luqman.H



From: "Suharyanto" <suharyanto@...>
Reply-To: assunnah@...
To: <assunnah@...>
Subject: [assunnah] Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]
Date: Wed, 19 Jan 2000 15:22:45 +0700

Assalamu'alaikum wr.wb.

Saya mau tanya berkaitan dengan artikel dibawah ini.
Yang saya tanyakan banyak sekali jama'ah(yg akidahnya lurus) yang saya ketahui mengaku sebagai jama'ah yang bermanhaj salaf. Walaupun ada yang mengaku salaf dan ia mengatakan jama'ah lain bukan salaf, yaa.. ada yang mengatakan ini lah,itulah, dll, dsb.
1. Apakah Sebenarnya Rasulullah, para sahabat dan ulama salaf mengajari hal tersebut?
Ini yang membuat saya bingung ada yang mengaku salaf tapi kok tidak seperti Rasul, sahabat dan ulama salaf dalam berdakwah dan menyikapi sesama muslim walaupun ada sedikit perbedaan pendapat.
2. Saya mau tanya apakah di sini sudah ada jama'ah yang benar-benar salaf?
Mohon jawaban dari ikhwan sekalian.

Wassalamu'alaikum wr.wb.
----- Original Message -----
From: Y & R
To: assunnah@...
Sent: Wednesday, January 19, 2000 11:10 PM
Subject: [assunnah] Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]


MENGAPA HARUS SALAFI ?

oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani


------------------------------------------------------------------------------


MUQADIMAH

Masih banyak di antara kita yang mempertanyakan apa itu Salafi, dan mengapa harus Salafi .?. Sebagian kaum muslimin malahan menilai bahwa kata-kata Salafi menunjukkan sikap fanatik, bahkan lebih jauh lagi dikatakan sebagai sikap ta'assub terhadap kelompok tertentu serta mengecilkan orang lain, dan yang lebih parah lagi adalah ; mereka mengatakan bahwa Salafi merupakan istilah baru dalam Islam.

Benarkah persangkaan tersebut...! Dibawah ini kami nukilkan jawaban dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah di majalah Al-Ashalah edisi 9/Th.II/15 Sya'ban 1414H dan dimuat di majalah As-Sunnah edisi 09/th.III/1419H-1999. Mengenai pertanyaan yang ditujukan kepada beliau, yang tidak jauh berbeda dengan permasalahan di atas.


MENGAPA HARUS SALAFI..?

Pertanyaan yang ditujukan kepada Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, adalah sebagai berikut :

"Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah, apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam Islam ..?"

Jawaban beliau adalah sebagai berikut :

Sesungguhnya kata "As-Salaf" sudah lazim dalam terminologi bahasa Arab maupun syariat Islam. Adapun yang menjadi bahasan kita kali ini adalah aspek syari'atnya. Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang wafat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah radyillahu 'anha :
"Artinya : Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik "As-Salaf" bagimu adalah Aku".
Dalam kenyataannya di kalangan para ulama sering menggunakan istilah "As-Salaf". Satu contoh penggunaan "As-Salaf" yang biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid'ah :
"Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang Salaf".
"Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf".
Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari nisbat (penyandaran diri) pada istillah SALAF karena mereka menyangka bahwa hal tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata : "Seorang muslim tidak boleh mengatakan "saya seorang salafi". Secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa seorang muslim tidak boleh mengikuti Salafus Shalih baik dalam hal aqidah, ibadah ataupun ahlaq".

Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).
Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara') dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.

Orang yang mengingkari istilah ini, bukankah dia juga menyandarkan diri pada suatu madzhab, baik secara akidah atau fikih ..?. Bisa jadi ia seorang Asy'ari, Maturidi, Ahli Hadits, Hanafi, Syafi'i, Maliki atau Hambali semata yang masih masuk dalam sebutan Ahlu Sunnah wal Jama'ah.

Padahal orang-orang yang bersandar kepada madzhab Asy'ari dan pengikut madzhab yang empat adalah bersandar kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum. Walau ada juga ulama di kalangan mereka yang benar. Mengapa penisbatan-penisbatan kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum ini tidak diingkari ..?

Adapun orang yang berintisab kepada Salafus Shalih, dia menyandarkan diri kepada ISHMAH (kemaksuman/terjaga dari kesalahan) secara umum. Rasul telah mendiskripsikan tanda-tanda Firqah Najiah yaitu komitmennya dalam memegang sunnah Nabi dan para sahabatnya. Dengan demikian siapa yang berpegang dengan manhaj Salafus Shalih maka yakinlah dia berada atas petunjuk Allah 'Azza wa Jalla.

Salafiyah merupakan predikat yang akan memuliakan dan memudahkan jalan menuju "Firqah Najiyah". Dan hal itu tidak akan didapatkan bagi orang yang menisbatkan kepada nisbat apapun selainnya. Sebab nisbat kepada selain Salafiyah tidak akan terlepas dari dua perkara :
a.. Pertama, menisbatkan diri kepada pribadi yang tidak maksum.
b.. Kedua, menisbatkan diri kepada orang-orang yang mengikuti manhaj pribadi yang tidak maksum.
Jadi tidak terjaga dari kesalahan, dan ini berbeda dengan ISHMAH para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan supaya kita berpegang teguh terhadap sunnahnya dan sunnah para sahabat setelahnya.

Kita tetap terus dan senantiasa menyerukan agar pemahaman kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah selaras dengan manhaj para sahabat, sehingga tetap dalam naungan ISHMAH (terjaga dari kesalahan) dan tidak melenceng maupun menyimpang dengan pemahaman tertentu yang tanpa pondasi dari Al-Kitab dan As-Sunnah.

Mengapa sandaran terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah belum cukup ..?

Sebabnya kembali kepada dua hal, yaitu hubungannya dengan dalil syar'i dan fenomena Jama'ah Islamiyah yang ada.

Berkenan dengan sebab pertama.
Kita dapati dalam nash-nash yang berupa perintah untuk menta'ati hal lain disamping Al-Kitab dan As-Sunnah sebagaimana dalam firman Allah :
"Artinya : Dan taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri diantara kalian".
(An-Nisaa : 59).
Jika ada Waliyul Amri yang dibaiat kaum Muslimin maka menjadi wajib ditaati seperti keharusan taat terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah. Walau terkadang muncul kesalahan dari dirinya dan bawahannya. Taat kepadanya tetap wajib untuk menepis akibat buruk dari perbedaan pendapat dengan menjunjung tinggi syarat yang sudah dikenal yaitu :
"Artinya : Tidak ada ketaatan kepada mahluk di dalam bemaksiat kepada Al-Khalik". (Lihat As-Shahihah No. 179).
"Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannan dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (An-Nisaa : 115).
Allah Maha Tinggi dan jauh dari main-main. Tidak disangkal lagi, penyebutan SABIILIL MU'MINIIN (Jalan kaum mukminin) pasti mengandung hikmah dan manfa'at yang besar. Ayat itu membuktikan adanya kewajiban penting yaitu agar ittiba' kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah harus sesuai dengan pemahaman generasi Islam yang pertama (generasi sahabat). Inilah yang diserukan dan ditekankan oleh dakwah Salafiyah di dalam inti dakwah dan manhaj tarbiyahnya.

Sesungguhnya Dakwah Salafiyah benar-benar akan menyatukan umat. Sedangkan dakwah lainnya hanya akan mencabik-cabiknya. Allah berfirman :
"Artinya : Dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar". (At-Taubah : 119).
Siapa saja yang memisahkan antara Al-Kitab dan As-Sunnah dengan As-Salafus Shalih bukanlah seorang yang benar selama-lamanya.

Adapun berkenan dengan sebab kedua.
Bahwa kelompok-kelompok dan golongan-golongan (umat Islam) sekarang ini sama sekali tidak memperhatikan untuk mengikuti jalan kaum mukminin yang telah disinggung ayat di atas dan dipertegas oleh beberapa hadits.

Diantaranya hadits tentang firqah yang berjumlah tujuh puluh tiga golongan, semua masuk neraka kecuali satu. Rasul mendeskripsikannya sebagai :
"Dia (golongan itu) adalah yang berada di atas pijakanku dan para sahabatku hari ini".
Hadits ini senada dengan ayat yang menyitir tentang jalan kaum mukminin. Di antara hadits yang juga senada maknanya adalah, hadits Irbadl bin Sariyah, yang di dalamnya memuat :
"Artinya : Pegangilah sunnahku dan sunnah Khulafair Rasyidin sepeninggalku".
Jadi di sana ada dua sunnah yang harus di ikuti : sunnah Rasul dan sunnah Khulafaur Rasyidin.

Menjadi keharusan atas kita -generasi mutaakhirin- untuk merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah dan jalan kaum mukminin. Kita tidak boleh berkata : "Kami mandiri dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa petunjuk Salafus As-Shalih".

Demikian juga kita harus memiliki nama yang membedakan antara yang haq dan batil di jaman ini. Belum cukup kalau kita hanya mengucapkan :"Saya seorang muslim (saja) atau bermadzhab Islam. Sebab semua firqah juga mengaku demikian baik Syiah, Ibadhiyyah (salah satu firqah dalam Khawarij), Ahmadiyyah dan yang lain. Apa yang membedakan kita dengan mereka ..?

Kalau kita berkata : Saya seorang muslim yang memegangi Al-Kitab dan As-Sunnah. ini juga belum memadai. Karena firqah-firqah sesat juga mengklaim ittiba' terhadap keduanya.

Tidak syak lagi, nama yang jelas, terang dan membedakan dari kelompok sempalan adalah ungkapan : "Saya seorang muslim yang konsisten dengan Al-Kitab dan As-Sunnah serta bermanhaj Salaf", atau disingkat "Saya Salafi".

Kita harus yakin, bersandar kepada Al-Kitab dan As-Sunnah saja, tanpa manhaj Salaf yang berperan sebagai penjelas dalam masalah metode pemahaman, pemikiran, ilmu, amal, dakwah, dan jihad, belumlah cukup.

Kita paham para sahabat tidak berta'ashub terhadap madzhab atau individu tertentu. Tidak ada dari mereka yang disebut-sebut sebagai Bakri, Umari, Utsmani atau Alawi (pengikut Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali). Bahkan bila seorang di antara mereka bisa bertanya kepada Abu Bakar, Umar atau Abu Hurairah maka bertanyalah ia. Sebab mereka meyakini bahwa tidak boleh memurnikan ittiba' kecuali kepada satu orang saja yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang tidak berkata dengan kemauan nafsunya, ucapannya tiada lain wahyu yang diwahyukan.

Taruhlah misalnya kita terima bantahan para pengkritik itu, yaitu kita hanya menyebut diri sebagai muslimin saja tanpa penyandaran kepada manhaj Salaf ; padahal manhaj Salaf merupakan nisbat yang mulia dan benar. Lalu apakah mereka (pengkritik) akan terbebas dari penamaan diri dengan nama-nama golongan madzhab atau nama-nama tarekat mereka .? Padahal sebutan itu tidak syar'i dan salah ..!?.

Allah adalah Dzat Maha pemberi petunjuk menuju jalan lurus. Wallahu al-Musta'in.

Demikianlah jawaban kami. Istilah Salaf bukan menunjukkan sikap fanatik atau ta'assub pada kelompok tertentu, tetapi menunjukkan pada komitmennya untuk mengikuti Manhaj Salafus Shalih dalam memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Wallahu Waliyyut-Taufiq.


------------------------------------------------------------------------------

Insya Allah menyusul :
a.. Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas


------------------------------------------------------------------------------
Post Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List owner assunnah-owner@...
------------------------------------------------------------------------------


eGroups.com Home:
www.egroups.com - Simplifying group communications



------------------------------------------------------------------------
PostMessage assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
Listowner assunnah-owner@...

------------------------------------------------------------------------
-- Talk to your group with your own voice!
--
______________________________________________________


Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

Suharyanto
 

开云体育

Assalamu'alaikum wr.wb.
?
Saya mau tanya berkaitan dengan artikel dibawah ini.
Yang saya tanyakan banyak sekali jama'ah(yg akidahnya lurus) yang saya ketahui mengaku sebagai jama'ah yang bermanhaj salaf. Walaupun ada yang mengaku salaf dan ia mengatakan jama'ah lain bukan salaf, yaa.. ada yang mengatakan?ini lah,itulah, dll, dsb.
1. Apakah Sebenarnya Rasulullah, para sahabat dan ulama salaf mengajari hal tersebut?
Ini yang membuat saya bingung ada yang mengaku salaf tapi kok tidak seperti Rasul, sahabat dan ulama salaf dalam berdakwah dan menyikapi sesama muslim walaupun ada sedikit perbedaan pendapat.
2.?Saya mau tanya apakah di sini sudah ada jama'ah yang benar-benar salaf?
Mohon jawaban dari ikhwan sekalian.
?
Wassalamu'alaikum wr.wb.

----- Original Message -----
From: Y & R
Sent: Wednesday, January 19, 2000 11:10 PM
Subject: [assunnah] Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]

?MENGAPA HARUS SALAFI ?
?
oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
?

?
?
MUQADIMAH
?
Masih banyak di antara kita yang mempertanyakan apa itu Salafi, dan mengapa harus Salafi .?. Sebagian kaum muslimin malahan menilai bahwa kata-kata Salafi menunjukkan sikap fanatik, bahkan lebih jauh lagi dikatakan sebagai sikap ta'assub terhadap kelompok tertentu serta mengecilkan orang lain, dan yang lebih parah lagi adalah ; mereka mengatakan bahwa Salafi merupakan istilah baru dalam Islam.
?
Benarkah persangkaan tersebut...! Dibawah ini kami nukilkan jawaban dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah di majalah Al-Ashalah edisi 9/Th.II/15 Sya'ban 1414H dan dimuat di majalah As-Sunnah edisi 09/th.III/1419H-1999. Mengenai pertanyaan yang ditujukan kepada beliau, yang tidak jauh berbeda dengan permasalahan di atas.
?
?
MENGAPA HARUS SALAFI..?
?
Pertanyaan yang ditujukan kepada Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, adalah sebagai berikut :
?
"Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah, apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam Islam ..?"
?
Jawaban beliau adalah sebagai berikut :
?
Sesungguhnya kata "As-Salaf" sudah lazim dalam terminologi bahasa Arab maupun syariat Islam. Adapun yang menjadi bahasan kita kali ini adalah aspek syari'atnya. Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang wafat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah radyillahu 'anha :
"Artinya : Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik "As-Salaf" bagimu adalah Aku".
Dalam kenyataannya di kalangan para ulama sering menggunakan istilah "As-Salaf". Satu contoh penggunaan "As-Salaf" yang biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid'ah :
"Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang? Salaf".
"Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf".
Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari nisbat (penyandaran diri) pada istillah SALAF karena mereka menyangka bahwa hal tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata : "Seorang muslim tidak boleh mengatakan "saya seorang salafi". Secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa seorang muslim tidak boleh mengikuti Salafus Shalih baik dalam hal aqidah, ibadah ataupun ahlaq".
?
Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).
Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara') dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.
?
Orang yang mengingkari istilah ini, bukankah dia juga menyandarkan diri pada suatu madzhab, baik secara akidah atau fikih ..?. Bisa jadi ia seorang Asy'ari, Maturidi, Ahli Hadits, Hanafi, Syafi'i, Maliki atau Hambali semata yang masih masuk dalam sebutan Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
?
Padahal orang-orang yang bersandar kepada madzhab Asy'ari dan pengikut madzhab yang empat adalah bersandar kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum. Walau ada juga ulama di kalangan mereka yang benar. Mengapa penisbatan-penisbatan kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum ini tidak diingkari ..?
?
Adapun orang yang berintisab kepada Salafus Shalih, dia menyandarkan diri kepada ISHMAH (kemaksuman/terjaga dari kesalahan) secara umum. Rasul telah mendiskripsikan tanda-tanda Firqah Najiah yaitu komitmennya dalam memegang sunnah Nabi dan para sahabatnya. Dengan demikian siapa yang berpegang dengan manhaj Salafus Shalih maka yakinlah dia berada atas petunjuk Allah 'Azza wa Jalla.
?
Salafiyah merupakan predikat yang akan memuliakan dan memudahkan jalan menuju "Firqah Najiyah". Dan hal itu tidak akan didapatkan bagi orang yang menisbatkan kepada nisbat apapun selainnya. Sebab nisbat kepada selain Salafiyah tidak akan terlepas dari dua perkara :
  • Pertama, menisbatkan diri kepada pribadi yang tidak maksum.
  • Kedua, menisbatkan diri kepada orang-orang yang mengikuti manhaj pribadi yang tidak maksum.
Jadi tidak terjaga dari kesalahan, dan ini berbeda dengan ISHMAH para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan supaya kita berpegang teguh terhadap sunnahnya dan sunnah para sahabat setelahnya.
?
Kita tetap terus dan senantiasa menyerukan agar pemahaman kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah selaras dengan manhaj para sahabat, sehingga tetap dalam naungan ISHMAH (terjaga dari kesalahan) dan tidak melenceng maupun menyimpang dengan pemahaman tertentu yang tanpa pondasi dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
?
Mengapa sandaran terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah belum cukup ..?
?
Sebabnya kembali kepada dua hal, yaitu hubungannya dengan dalil syar'i dan fenomena Jama'ah Islamiyah yang ada.
?
Berkenan dengan sebab pertama.
Kita dapati dalam nash-nash yang berupa perintah untuk menta'ati hal lain disamping Al-Kitab dan As-Sunnah sebagaimana dalam firman Allah :
"Artinya : Dan taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri diantara kalian".
(An-Nisaa : 59).
Jika ada Waliyul Amri yang dibaiat kaum Muslimin maka menjadi wajib ditaati seperti keharusan taat terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah. Walau terkadang muncul kesalahan dari dirinya dan bawahannya. Taat kepadanya tetap wajib untuk menepis akibat buruk dari perbedaan pendapat dengan menjunjung tinggi syarat yang sudah dikenal yaitu :
"Artinya : Tidak ada ketaatan kepada mahluk di dalam bemaksiat kepada Al-Khalik". (Lihat As-Shahihah No. 179).
"Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannan dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (An-Nisaa : 115).
Allah Maha Tinggi dan jauh dari main-main. Tidak disangkal lagi, penyebutan SABIILIL MU'MINIIN (Jalan kaum mukminin) pasti mengandung hikmah dan manfa'at yang besar. Ayat itu membuktikan adanya kewajiban penting yaitu agar ittiba' kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah harus sesuai dengan pemahaman generasi Islam yang pertama (generasi sahabat). Inilah yang diserukan dan ditekankan oleh dakwah Salafiyah di dalam inti dakwah dan manhaj tarbiyahnya.
?
Sesungguhnya Dakwah Salafiyah benar-benar akan menyatukan umat. Sedangkan dakwah lainnya hanya akan mencabik-cabiknya. Allah berfirman :
"Artinya : Dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar". (At-Taubah : 119).
Siapa saja yang memisahkan antara Al-Kitab dan As-Sunnah dengan As-Salafus Shalih bukanlah seorang yang benar selama-lamanya.
?
Adapun berkenan dengan sebab kedua.
Bahwa kelompok-kelompok dan golongan-golongan (umat Islam) sekarang ini sama sekali tidak memperhatikan untuk mengikuti jalan kaum mukminin yang telah disinggung ayat di atas dan dipertegas oleh beberapa hadits.
?
Diantaranya hadits tentang firqah yang berjumlah tujuh puluh tiga golongan, semua masuk neraka kecuali satu. Rasul mendeskripsikannya sebagai :
"Dia (golongan itu) adalah yang berada di atas pijakanku dan para sahabatku hari ini".
Hadits ini senada dengan ayat yang menyitir tentang jalan kaum mukminin. Di antara hadits yang juga senada maknanya adalah, hadits Irbadl bin Sariyah, yang di dalamnya memuat :
"Artinya : Pegangilah sunnahku dan sunnah Khulafair Rasyidin sepeninggalku".
Jadi di sana ada dua sunnah yang harus di ikuti : sunnah Rasul dan sunnah Khulafaur Rasyidin.
?
Menjadi keharusan atas kita -generasi mutaakhirin- untuk merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah dan jalan kaum mukminin. Kita tidak boleh berkata : "Kami mandiri dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa petunjuk Salafus As-Shalih".
?
Demikian juga kita harus memiliki nama yang membedakan antara yang haq dan batil di jaman ini. Belum cukup kalau kita hanya mengucapkan :"Saya seorang muslim (saja) atau bermadzhab Islam. Sebab semua firqah juga mengaku demikian baik Syiah, Ibadhiyyah (salah satu firqah dalam Khawarij), Ahmadiyyah dan yang lain. Apa yang membedakan kita dengan mereka ..?
?
Kalau kita berkata : Saya seorang muslim yang memegangi Al-Kitab dan As-Sunnah. ini juga belum memadai. Karena firqah-firqah sesat juga mengklaim ittiba' terhadap keduanya.
?
Tidak syak lagi, nama yang jelas, terang dan membedakan dari kelompok sempalan adalah ungkapan : "Saya seorang muslim yang konsisten dengan Al-Kitab dan As-Sunnah serta bermanhaj Salaf", atau disingkat "Saya Salafi".
?
Kita harus yakin, bersandar kepada Al-Kitab dan As-Sunnah saja, tanpa manhaj Salaf yang berperan sebagai penjelas dalam masalah metode pemahaman, pemikiran, ilmu, amal, dakwah, dan jihad, belumlah cukup.?
?
Kita paham para sahabat tidak berta'ashub terhadap madzhab atau individu tertentu. Tidak ada dari mereka yang disebut-sebut sebagai Bakri, Umari, Utsmani atau Alawi (pengikut Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali). Bahkan bila seorang di antara mereka bisa bertanya kepada Abu Bakar, Umar atau Abu Hurairah maka bertanyalah ia. Sebab mereka meyakini bahwa tidak boleh memurnikan ittiba' kecuali kepada satu orang saja yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang tidak berkata dengan kemauan nafsunya, ucapannya tiada lain wahyu yang diwahyukan.
?
Taruhlah misalnya kita terima bantahan para pengkritik itu, yaitu kita hanya menyebut diri sebagai muslimin saja tanpa penyandaran kepada manhaj Salaf ; padahal manhaj Salaf merupakan nisbat yang mulia dan benar. Lalu apakah mereka (pengkritik) akan terbebas dari penamaan diri dengan nama-nama golongan madzhab atau nama-nama tarekat mereka .? Padahal sebutan itu tidak syar'i dan salah?..!?.
?
Allah adalah Dzat Maha pemberi petunjuk menuju jalan lurus. Wallahu al-Musta'in.
?
Demikianlah jawaban kami. Istilah Salaf bukan menunjukkan sikap fanatik atau ta'assub pada kelompok tertentu, tetapi menunjukkan pada komitmennya untuk mengikuti Manhaj Salafus Shalih dalam memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah.
?
Wallahu Waliyyut-Taufiq.
?

?
Insya Allah menyusul :
  • Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas
?

Post?Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List?owner assunnah-owner@...
eGroups.com Home:
- Simplifying group communications


tanya

 

assalamualaikum

alhamdulillah, sholat dan salam atas Rosul Allah Muhammad.
ikhwan fillah mudah-mudahan sehat dan dalam hidayahNya selalu.

ada beberapa hal yang ingin ana tanyakan (terutama bagi ikhwan yang tinggal dinegara kafir) :
daging (ayam atau sapi) dijepang hukumnya menjadi haram karena disembelih secara nonsyariat.
*bagaimana hukumnya makan dengan piring bekas digunakan memakan babi (tentu aja udah dicuci bersih dengan sabun pencuci) karena sebagian ikhwan ragu dan mensyaratkan untuk dicucinya dengan menggunakan tanah dan juga menggunakan alat yang dipakai bekas daging tak halal (dicuci dgn sabun)
*sampai sejauh mana kita harus memeriksa kehalalan suatu makanan, maksud saya disini ada ingredients makanan yang ditulis abura (minyak) sedang minyak ini bisa aja minyak nabati atau hewani (haram). ada teman yang berkata bahwa selama tidak pasti haram maka kita yakin aja bahwa itu abura nabati dan boleh memakannya. dan kadang kalau makan diluar kita bertanya aja semampu kita misal bahan utama makanan itu apa dan dengan keyakinan kita makan. dengan alasan ada sahabat yang terkena cipratan air dari atas tapi diam tidak bertanya air apa itu padahal dia bisa bertanya untuk mengetahui air itu najis atau bukan (seingat ana)

kalau ada ketidakjelasan dalam pertanyaan ana mohon ditanya ulang sebab ini penting sekali menurut ana

jazakallah khairan katsiran
ahmad iqbal (jepang)
______________________________________________________


Re: Utk akhi Yanto

iip hidayat
 

Assalamualaikum..


Buat akh Iip, bila ke Okayama silahkan mampir ke Kobe.
Insya Alloh. Syukur-syukur kalau antum bisa
ngongkosin..heheh
Bagaimana antum & keluarga disana ?
Apa ada kontak dg ikhwan-ikhwan lain yang masih
"terdampar" di jepang ?

Akh Iqbal, kalau antum nanya menikah dengan siapanya, ana kasih jawabnya.
Pada ana menunggu akhwat yang siap menikah nih!!
(Afwan urusan pribadi).
Wah, rupanya antum sekarang punya profesi sampingan
yah ?..:-)

Wass.,
-Iip-
______________________________________________________


Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 14 = Bahaya HIZBIYAH]

Y & R
 

开云体育

?
BAHAYA HIZBIYAH
?
oleh
Muhammad Al-Abadah
?

?
Tidak ada satupun yang lebih berbahaya bagi da'wah Islamiyah dewasa ini ketimbang Fanatisme Hizbiyah (Fanatik Golongan). Ia merupakan penyakit berbahaya yang bakal mencerai beraikan ukhuwah Islamiyah. Ia pasti akan memutuskan ikatan-ikatan kuat tali ukhuwah, dan akhirnya akan mengotori kesuciannya.
?
Adakah dibenarkan seorang muslim menunjukan wajah ceria, senyum lebar dan salam hangatnya hanya kepada orang satu kelompok atau satu jama'ah saja ..? Sementara kepada orang dari kelompok lain ia bermuka masam, bersikap dingin dan hambar ..? Adakah dibenarkan seorang muslim mengabaikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan shahabat kelompoknya, sementara apabila orang lain melakukan kesalahan yang sama, ia rajin menggunjingkan dan menyebarluaskannya..?
?
Apabila seorang di antara anggota kelompok (hizbiyah) ini anda beri peringatan karena fikrah atau tashawwur (orientasi berfikir)nya menyimpang (munharif), maka ia akan segera memberikan pembelaan-pembelaan dengan dalih : "Ini hanyalah kekeliruan, tetapi tidak merusak prinsip".
?
Disebabkan fanatisme hizbiyah inilah maka anda lihat, seseorang tidak akan mau melakukan tela'ah, belajar atau menimba ilmu, melainkan hanya dari satu arah saja, yaitu hanya dari buku-buku, tulisan orang sekelompoknya dan dari orang-orang tertentu yang telah diwasiatkan tidak boleh belajar melainkan hanya kepada mereka.
?
Dari situlah lahir cakrawala berpikir sempit, dan manusia-manusia yang berkepribadian keji. Ia tidak melihat melainkan hanya dari satu sudut pandang,dan tidak tahu menahu (persoalan) melainkan hanya pemikiran itu satu-satunya.
?
Namun, mengapa hizbiyah semacam ini bisa menyusup ke dalam shaf (barisan) da'wah ..? Siapakah pula pendukungnya sehingga ia tetap berlangsung..?
?
Sesungguhnya telah jelas bahwa hizbiyah adalah suatu pola dari sebuah tarbiyah buruk yang dilakukan guna menangani penggarapan diri seorang manusia, kemudian dikatakannyalah padanya (bahwa) :"Kamilah kelompok paling afdhal, sedangkan selain kami, masing-masing mempunyai kekurangan itu ....". Semua itu karena setiap kelompok hizbiyah ingin menghimpun dan memperbanyak jumlah anggota.
?
Sebagai konsekwensinya, maka mereka harus menjatuhkan nama kelompok lain supaya orang jangan sampai masuk menjadi kelompok lain tersebut. Seakan-akan kita ini menjadi kelompok-kelompok kontetstan dari beberapa partai yang bersaing guna merebut kemenangan dalam suatu pemilihan umum. Sampai-sampai terkadang perlu membeli suara massa dengan klaim-klaim memikat dan dengan harta benda.
?
Dari tarbiyah seperti inilah, akhirnya seseorang harus sudah terpisah dari majlis-majlis para ulama atau orang-orang berilmu semenjak pertama ia menerjuni dunia da'wah atau ketika untuk pertama kalinya ia ingin mencari ilmu, sehingga ia tidak bisa mengenyam tarbiyah para ulama yang mentarbiyah dengan adab, akhlaq dan pengalaman mereka.
?
Kalau demikian keadaannya, maka niscaya dia bakal menyerap (ilmu) dari orang-orang yang aktif menjalankan amaliyah tarbiyah. Jika kebetulan orang itu memiliki ilmu dan tidak mempunyai ambisi kepemimpinan, bisa jadi tarbiyahnya mendekati benar. Tetapi seandainya orang-orang itu (ternyata) menyukai kedudukan atau dalam dirinya terdapat unsur penipuan ilmu, maka tentu, dari tarbiyah ini akan terlahir pemuda-pemuda buruk yang fanatik terhadap kelompok.
?
Tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari penyakit ini, kecuali orang yang selalu mengambil perhatian sejak awal, dan mengerti bahwa ada beberapa bentuk tarbiyah yang secara pasti akan menunjukkan hizbiyah. Untuk itu dia akan merasa takut dan berusaha membentengi diri. Dia akan selalu mawas diri, selalu melihat ke belakang, selalu memperbaharui langkah-langkahnya dan selalu melakukan pembaharuan setiap saat, sehingga dirinya tidak terjatuh ke dalam cengkeraman penyakit berbahaya yang keburukan serta malapetakanya merajalela ini.
?
Diterjemahkan secara bebas dari majalah
Al-Bayan, No. 59 Rajab 1413H, Januari 1993M. hal. 46-47
[Majalah As-sunnah tanpa edisi]
?

?
Insya Allah menyusul :
  • Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas
?


Re: Petunjuk mengenai Ibadah Haji

 

Assalamualaikum Wr Wb.

Terimakasih. Saya sudah download informasinya dan akan dipelajari seksama.
Bukunya bisa beli di toko buku biasa (mis. Toko Koperasi Al Azhar atau TB
Walisongo ?).

Wassalam,

-----Original Message-----
From: Suharyanto [mailto:suharyanto@...]
Sent: Monday, January 17, 2000 11:46 AM
To: assunnah@...
Subject: [assunnah] Re: Petunjuk mengenai Ibadah Haji


Assalamu'alaikum wr.wb.

Ibu Rikrik,
Anda bisa lihat di website
Disana anda dapat lihat tuntunan ibadah haji.
Kami juga menjual buku tentang tuntunan ibadah haji tersebut.


Wassalamu'alaikum wr.wb.

----- Original Message -----
From: <Rikrik.Ilyas@...>
To: <assunnah@...>
Sent: Monday, January 17, 2000 10:52 AM
Subject: [assunnah] Petunjuk mengenai Ibadah Haji


Assalamualaikum Wr Wb,

Saya akan berterimasih sekali jika ada yang berkenan membagi ilmu dan tips
praktis mengenai Ibadah haji.

Kalau bisa yang tidak terlalu "berat" (maklum ilmu saya masih rendah
sekali)
atau yang mencakup filosofi dari tiap aturan, kewajiban dan larangan yang
ada dalam melaksanakan ibadah haji.

Juga tips praktis, misalnya mengenai jenis sabun yang boleh digunakan saat
ihram, siwak / odol, baju, kaus kaki, tandu dan kursi roda (karena mungkin
suami saya agak sakit), suhu udara saat ini .......

Atau buku / wbsite yang baik dibaca atau digunakan sebagai acuan ...

Wassalam,

Ny. Rikrik Mardjono

------------------------------------------------------------------------
Post Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List owner assunnah-owner@...

------------------------------------------------------------------------
For the fastest and easiest way to backup your files and, access them from
anywhere. Try @backup Free for 30 days. Click here for a chance to win a
digital camera.


-- Talk to your group with your own voice!
--



------------------------------------------------------------------------
Post?Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List?owner assunnah-owner@...

------------------------------------------------------------------------
For the fastest and easiest way to backup your files and, access them from
anywhere. Try @backup Free for 30 days. Click here for a chance to win a
digital camera.


-- Create a poll/survey for your group!
--


Re: Petunjuk mengenai Ibadah Haji

Suharyanto
 

Assalamu'alaikum wr.wb.

Ibu Rikrik,
Anda bisa lihat di website
Disana anda dapat lihat tuntunan ibadah haji.
Kami juga menjual buku tentang tuntunan ibadah haji tersebut.


Wassalamu'alaikum wr.wb.

----- Original Message -----
From: <Rikrik.Ilyas@...>
To: <assunnah@...>
Sent: Monday, January 17, 2000 10:52 AM
Subject: [assunnah] Petunjuk mengenai Ibadah Haji


Assalamualaikum Wr Wb,

Saya akan berterimasih sekali jika ada yang berkenan membagi ilmu dan tips
praktis mengenai Ibadah haji.

Kalau bisa yang tidak terlalu "berat" (maklum ilmu saya masih rendah
sekali)
atau yang mencakup filosofi dari tiap aturan, kewajiban dan larangan yang
ada dalam melaksanakan ibadah haji.

Juga tips praktis, misalnya mengenai jenis sabun yang boleh digunakan saat
ihram, siwak / odol, baju, kaus kaki, tandu dan kursi roda (karena mungkin
suami saya agak sakit), suhu udara saat ini .......

Atau buku / wbsite yang baik dibaca atau digunakan sebagai acuan ...

Wassalam,

Ny. Rikrik Mardjono

------------------------------------------------------------------------
Post Message assunnah@...
Subscribe assunnah-subscribe@...
Unsubscribe assunnah-unsubscribe@...
List owner assunnah-owner@...

------------------------------------------------------------------------
For the fastest and easiest way to backup your files and, access them from
anywhere. Try @backup Free for 30 days. Click here for a chance to win a
digital camera.


-- Talk to your group with your own voice!
--



Petunjuk mengenai Ibadah Haji

 

Assalamualaikum Wr Wb,

Saya akan berterimasih sekali jika ada yang berkenan membagi ilmu dan tips
praktis mengenai Ibadah haji.

Kalau bisa yang tidak terlalu "berat" (maklum ilmu saya masih rendah sekali)
atau yang mencakup filosofi dari tiap aturan, kewajiban dan larangan yang
ada dalam melaksanakan ibadah haji.

Juga tips praktis, misalnya mengenai jenis sabun yang boleh digunakan saat
ihram, siwak / odol, baju, kaus kaki, tandu dan kursi roda (karena mungkin
suami saya agak sakit), suhu udara saat ini .......

Atau buku / wbsite yang baik dibaca atau digunakan sebagai acuan ...

Wassalam,

Ny. Rikrik Mardjono


Tips ringan bagi yang suka Hotmail

Ibnu F
 

开云体育

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
?
Ikhwah Fillah,
Saya melihat beberapa member ML ini menggunakan?email gratis dari hotmail.com.?Kalo belum, saya anjurkan?agar meng-kolaborasikan antara Hotmail dengan?Outlook Express yg?included pada Internet Explorer 5.0. Keuntungannya :
  1. Manajemen email menjadi lebih mudah, seperti delete mail, move, copy, attachment file, etc.
  2. Format email tidak lagi Plain Text, tapi Rich Text yg tentunya menambah keindahan email Anda.
  3. Tidak perlu LOGIN lagi (mengisi username & password) yang berarti tidak perlu masuk ke web site hotmail.com, tapi Anda cukup menjalankan Outlook Express dari Windows 95/98.??
  4. Dan kemudahan-kemudahan lainnya !
Berikut ini langkah-langkahnya :
  1. Boleh saja jika Anda belum punya Account?Hotmail, tapi diasumsikan?sudah punya misalnya : fulan@...
  2. Jalankan Outlook Express, pilih?Tools pada menu bar.
  3. Pilih Accounts..., selanjutnya Anda dibawa ke?dialog box : Internet Accounts
  4. Klik?tab menu : Mail
  5. Klik tombol Add, lalu?pilih Mail...?selanjutnya muncul dialog box : Internet Connection Wizard
  6. Isilah field Display Name dengan nama Anda, mis :?Fulan bin Fulan
  7. Klik tombol Next, pilih radio button I already have an e-mail address that I'd like to use.?Isilah? E-mail address Anda, misalnya :?fulan@...
  8. Klik tombol Next,?jendela selanjutnya adalah menentukan?nama server (E-mail Server Name). Isilah My incoming mail server is a : pilih HTTP server dan My HTTP mail service provider is :? pilih Hotmail
  9. Klik tombol Next, masuk ke jendela Internet Mail Logon.
    Isilah :?

    ?????????? Account Name? :??fulan?? (?adalah username yg telah?terdaftar di hotmail )???
    ?????????? Password???????? :? ketik kata sandi, sama dengan password pada?account hotmail
  10. Ketik Next, dan..Congratulations, klik tombol Finish, Anda dibawa ke jendela Internet Accounts.
  11. Perhatikan di bawah kolom Account terdapat kata "Hotmail".
  12. Klik account tersebut, lalu klik tombol Set As Default, jika account ini akan?dijadikan default mail??
  13. Klik tombol Properties, dan terlihat kotak dialog Hotmail Properties.
  14. Sekarang posisi pada?tab menu General,?lengkapi?Mail Account dan User Information, misalnya : kata Hotmail diganti dengan Fulan on Hotmail,?isilah field Organization?dan Reply address (optional).
  15. Klik tab menu Server,?periksa pada Server URL, jika masih kosong isilah dengan :
    ? Pastikan juga?Login name dan Password telah terisi dengan benar.
  16. Klik tab menu Connection. Aktifkan check box Always connect to this account using :
    Pilih nama koneksi ke Internet Service Provider (ISP) Anda. Misalnya nama koneksi ke ISP adalah IndoSat, klik pilihan tersebut !
  17. Klik tombol OK.?
  18. Klik tombol Close untuk menyudahi proses setting.?
  19. Pastikan sekarang telah terhubung ke provider !? Perhatikan, pada Outlook Express selain terdapat Local Folder (Inbox, Outbox, Sent Items, etc) juga terdapat Fulan on Hotmail. Klik folder tersebut, jawab Yes jika ada pertanyaan untuk melihat folder-folder yang tersedia.
Selamat mencoba,
Selamat 'Idul Fitri 1420 H. Mohon maaf lahir dan batin.
?
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
?
:-) Ibnu.
?
?


Re: Persoalan Hadith Mengenai Najd

Y & R
 

开云体育

Date: Fri, 14 Jan 2000 12:49:48 +0800
From: "Dr. Tanpa Nama 98" [Namanya siapa ...?]
To: assunnah@...
Subject: [assunnah] Persoalan Hadith Mengenai Najd

Assalamualaikum warahmatullah,

* Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu.

Buat sahabat yg berada di seberang yg cukup berpengalaman. Saya di sini ingin menanyakan soalan mengenai? tajuk di atas. Saya pernah melihat perbalahan antara kaum sufi dan salafi. Kaum sufi menggunakan Hadith mengenai Najd (tempat timbulnya tanduk syaitan, fitnah etc) sebagai hujjah utk menghentam kaum salafi dgn gelaran wahabbi di? mana pengasas gerakan Wahabbi berasal dari Najd.

Oleh itu, saya mohon mana-mana sahabat yg berpengetahuan tinggi agar dapat clarify tentang hadith tentang Najd serta penafsirannya sekali. Adakah hadith tersebut merujuk kpd Iraq ataupun Najd di Riyadh ataupun sebaliknya?

Jazakallah khair saya ucapkan.

Wslm.

========

Alhamdulillahirrabbil 'alamin, wa-ba'du.

Saya hanya akan membantu menjelaskan soalan diatas, adapun mengenai clarify dan penafsiran mengenai hadits Najd, insya allah akan ditanyakan kepada yang lebih mengetahui atau berpengetahuan tinggi tentang ilmu hadits.

Adapun keterangan yang dapat saya jelaskan adalah sebagai berikut :

Dalam sebuah artikel "Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Sosok Penegak Panji-Panji Tauhid", oleh Abu Aufa di Majalah As-Sunnah edisi 11/1/1415-1994 hal. 57. dijelaskan :

"Adalah suatu hal yang sudah ma'ruf bahwasanya sangkaan dan tuduhan yang dilancarkan oleh musuh-musuh beliau, adalah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya sangat jauh berbeda dengan kelompok Khawarij dalam hal-hal yang sudah jelas, khusunya dalam masalah aqidah. ...... dst".

"Diantara para musuh beliau ada yang mengatakan bahwa tempat munculnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini sama dengan tempat munculnya Musailimah Al-Kadzab. Sebagaiaman mereka mengatakan bahwasanya ada riwayat-riwayat yang mencela negeri Najd. Selain itu mereka juga mengatakan bahwasanya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini adalah keturunan Dzil Khuwaishirah, yang mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan tentang mereka bahwasanya nanti ada dari kalangan mereka yang keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya. [Shawaiq, karya Sulaiman bin Abdul Wahhab hal. 30-35].

Namun dengan mudahnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya membantah perkataan tadi. Mereka menjawab. Sesungguhnya tempat tidak pantas untuk dijadikan sebagai ukuran (mizan) terhadap sesuatu bahkan tidak didapati seorang nabi berada di suatu daerah kecuali daerah tadi adalah daerah yang sangat rusak.

Selanjutnya mereka mengatakan : "Sesungguhnya Najd yang ada dalam hadits adalah Najdul Iraq bukan Najd Saudi, dan maksud dari apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya dari keturunan Dzil Khuwaishirah ada yang keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya adalah keturunan Dzil Khuwaishirah yang berada di daerah Hururiyyah yang mengadakan pemberontakan terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radliyallahu 'anhu". [Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Hayatuhu wa Fikruhu, Ta'lif Asy-Syaikh Abdullah Ash-Sholih Al-Utsaimain hal. 107]

Demikian penjelasan singkat ini, mudah-mudahan ada manfa'at dan faedahnya.

Wallahu a'lam.

yayat@...

*** Bagaimana perkembangan dakwah di Malaysia ..?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?


Re: Persoalan Hadith Mengenai Najd

Dr. Tanpa Nama 98
 

Y & R wrote:
Date: Fri, 14 Jan 2000 12:49:48 +0800
From: "Dr. Tanpa Nama 98" [Namanya siapa ...?]
========
--------------------
>>>>Nama Saya: Abu Az-Zuhri bin Zulkifli, Drtn98 merupakan nama pena saya.<<<<<<<<
Alhamdulillahirrabbil 'alamin, wa-ba'du.

Saya hanya akan membantu menjelaskan soalan diatas, adapun mengenai clarify dan penafsiran mengenai hadits Najd, insya allah akan ditanyakan kepada yang lebih mengetahui atau berpengetahuan tinggi tentang ilmu hadits.

Adapun keterangan yang dapat saya jelaskan adalah sebagai berikut :

Dalam sebuah artikel "Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Sosok Penegak Panji-Panji Tauhid", oleh Abu Aufa di Majalah As-Sunnah edisi 11/1/1415-1994 hal. 57. dijelaskan :

"Adalah suatu hal yang sudah ma'ruf bahwasanya sangkaan dan tuduhan yang dilancarkan oleh musuh-musuh beliau, adalah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya sangat jauh berbeda dengan kelompok Khawarij dalam hal-hal yang sudah jelas, khusunya dalam masalah aqidah. ...... dst".
"Diantara para musuh beliau ada yang mengatakan bahwa tempat munculnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini sama dengan tempat munculnya Musailimah Al-Kadzab. Sebagaiaman mereka mengatakan bahwasanya ada riwayat-riwayat yang mencela negeri Najd. Selain itu mereka juga mengatakan bahwasanya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini adalah keturunan Dzil Khuwaishirah, yang mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan tentang mereka bahwasanya nanti ada dari kalangan mereka yang keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya. [Shawaiq, karya Sulaiman bin Abdul Wahhab hal. 30-35].

Namun dengan mudahnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya membantah perkataan tadi. Mereka menjawab. Sesungguhnya tempat tidak pantas untuk dijadikan sebagai ukuran (mizan) terhadap sesuatu bahkan tidak didapati seorang nabi berada di suatu daerah kecuali daerah tadi adalah daerah yang sangat rusak.

Selanjutnya mereka mengatakan : "Sesungguhnya Najd yang ada dalam hadits adalah Najdul Iraq bukan Najd Saudi, dan maksud dari apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya dari keturunan Dzil Khuwaishirah ada yang keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya adalah keturunan Dzil Khuwaishirah yang berada di daerah Hururiyyah yang mengadakan pemberontakan terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radliyallahu 'anhu". [Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Hayatuhu wa Fikruhu, Ta'lif Asy-Syaikh Abdullah Ash-Sholih Al-Utsaimain hal. 107]

Demikian penjelasan singkat ini, mudah-mudahan ada manfa'at dan faedahnya.

Wallahu a'lam.

yayat@...

*** Bagaimana perkembangan dakwah di Malaysia ..?

---------------------
Assalamualaikum warahmatullah,

Jazakallah khair di atas penerangan yang serba ringkas. 'Ala kullihal, saya mengharapkan penjelasan yg lebih lanjut mengenai perkara di atas. Saya berharap, saudara dapat mengusahakannya.

Perkembangan dakwah di Malaysia? Sudah semestinya dakwah akan mengharungi duri ranjau dan mehnah; kalau tidak, ia tidak dinamakan dakwah. Walaubagaimanapun, ada juga positifnya. Dan doakan para da'ie yg benar mendapat kemenangan suatu hari nanti apabila syarat kemenangan sudah dipenuhi.

Wslm.