Keyboard Shortcuts
ctrl + shift + ? :
Show all keyboard shortcuts
ctrl + g :
Navigate to a group
ctrl + shift + f :
Find
ctrl + / :
Quick actions
esc to dismiss
Likes
Search
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 19 = Mengapa Harus Salafi ?]
Y & R
开云体育?MENGAPA HARUS SALAFI ?
?
oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani
?
? ?
MUQADIMAH
?
Masih banyak di antara kita yang
mempertanyakan apa itu Salafi, dan mengapa harus Salafi .?. Sebagian kaum
muslimin malahan menilai bahwa kata-kata Salafi menunjukkan sikap fanatik,
bahkan lebih jauh lagi dikatakan sebagai sikap ta'assub terhadap kelompok
tertentu serta mengecilkan orang lain, dan yang lebih parah lagi adalah ; mereka
mengatakan bahwa Salafi merupakan istilah baru dalam Islam.
?
Benarkah persangkaan tersebut...! Dibawah
ini kami nukilkan jawaban dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah di majalah Al-Ashalah edisi 9/Th.II/15 Sya'ban 1414H dan dimuat di
majalah As-Sunnah edisi 09/th.III/1419H-1999. Mengenai pertanyaan yang ditujukan
kepada beliau, yang tidak jauh berbeda dengan permasalahan di atas.
?
?
MENGAPA HARUS
SALAFI..?
?
Pertanyaan yang ditujukan kepada
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, adalah sebagai berikut
:
?
"Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah,
apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam
Islam ..?"
?
Jawaban beliau adalah sebagai berikut
:
?
Sesungguhnya kata "As-Salaf" sudah lazim dalam
terminologi bahasa Arab maupun syariat Islam. Adapun yang menjadi bahasan kita
kali ini adalah aspek syari'atnya. Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang
wafat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah
radyillahu 'anha :
"Artinya : Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik "As-Salaf" bagimu adalah Aku". Dalam kenyataannya di kalangan para ulama sering menggunakan
istilah "As-Salaf". Satu contoh penggunaan "As-Salaf" yang
biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid'ah :
"Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang? Salaf". "Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf". Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari
nisbat (penyandaran diri) pada istillah SALAF karena mereka menyangka bahwa hal
tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata : "Seorang muslim tidak boleh
mengatakan "saya seorang salafi". Secara tidak langsung mereka
beranggapan bahwa seorang muslim tidak boleh mengikuti Salafus Shalih baik dalam
hal aqidah, ibadah ataupun ahlaq".
?
Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau
begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar
yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim). Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara') dari penyandaran
kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari
penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli
ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.
?
Orang yang mengingkari istilah ini, bukankah dia juga menyandarkan diri
pada suatu madzhab, baik secara akidah atau fikih ..?. Bisa jadi ia seorang
Asy'ari, Maturidi, Ahli Hadits, Hanafi, Syafi'i, Maliki atau Hambali semata yang
masih masuk dalam sebutan Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
?
Padahal orang-orang yang bersandar kepada madzhab Asy'ari dan
pengikut madzhab yang empat adalah bersandar kepada pribadi-pribadi yang tidak
maksum. Walau ada juga ulama di kalangan mereka yang benar. Mengapa
penisbatan-penisbatan kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum ini tidak
diingkari ..?
?
Adapun orang yang berintisab kepada Salafus Shalih, dia
menyandarkan diri kepada ISHMAH (kemaksuman/terjaga dari kesalahan) secara umum.
Rasul telah mendiskripsikan tanda-tanda Firqah Najiah yaitu komitmennya dalam
memegang sunnah Nabi dan para sahabatnya. Dengan demikian siapa yang berpegang
dengan manhaj Salafus Shalih maka yakinlah dia berada atas petunjuk Allah 'Azza
wa Jalla.
?
Salafiyah merupakan predikat yang akan memuliakan dan memudahkan
jalan menuju "Firqah Najiyah". Dan hal itu tidak akan didapatkan bagi
orang yang menisbatkan kepada nisbat apapun selainnya. Sebab nisbat kepada
selain Salafiyah tidak akan terlepas dari dua perkara :
Jadi tidak terjaga dari kesalahan, dan ini berbeda dengan
ISHMAH para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mana Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan supaya kita berpegang teguh terhadap
sunnahnya dan sunnah para sahabat setelahnya.
?
Kita tetap terus dan senantiasa menyerukan agar pemahaman
kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah selaras dengan manhaj para sahabat,
sehingga tetap dalam naungan ISHMAH (terjaga dari kesalahan) dan tidak melenceng
maupun menyimpang dengan pemahaman tertentu yang tanpa pondasi dari Al-Kitab dan
As-Sunnah.
?
Mengapa sandaran terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah belum cukup
..?
?
Sebabnya kembali kepada dua hal, yaitu hubungannya
dengan dalil syar'i dan fenomena Jama'ah Islamiyah yang
ada.
?
Berkenan dengan sebab pertama.
Kita dapati dalam nash-nash yang berupa perintah untuk
menta'ati hal lain disamping Al-Kitab dan As-Sunnah sebagaimana dalam firman
Allah :
"Artinya : Dan taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri diantara kalian". (An-Nisaa : 59). Jika ada Waliyul Amri yang dibaiat kaum Muslimin maka menjadi
wajib ditaati seperti keharusan taat terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah. Walau
terkadang muncul kesalahan dari dirinya dan bawahannya. Taat kepadanya tetap
wajib untuk menepis akibat buruk dari perbedaan pendapat dengan menjunjung
tinggi syarat yang sudah dikenal yaitu :
"Artinya : Tidak ada ketaatan kepada mahluk di dalam bemaksiat kepada Al-Khalik". (Lihat As-Shahihah No. 179). "Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannan dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (An-Nisaa : 115). Allah Maha Tinggi dan jauh dari main-main. Tidak disangkal lagi, penyebutan
SABIILIL MU'MINIIN (Jalan kaum mukminin) pasti mengandung hikmah dan manfa'at
yang besar. Ayat itu membuktikan adanya kewajiban penting yaitu agar ittiba'
kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah harus sesuai dengan pemahaman generasi
Islam yang pertama (generasi sahabat). Inilah yang diserukan dan ditekankan oleh
dakwah Salafiyah di dalam inti dakwah dan manhaj tarbiyahnya.
?
Sesungguhnya Dakwah Salafiyah benar-benar akan menyatukan umat. Sedangkan
dakwah lainnya hanya akan mencabik-cabiknya. Allah berfirman :
"Artinya : Dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar". (At-Taubah : 119). Siapa saja yang memisahkan antara Al-Kitab dan As-Sunnah dengan As-Salafus
Shalih bukanlah seorang yang benar selama-lamanya.
?
Adapun berkenan dengan sebab kedua. Bahwa
kelompok-kelompok dan golongan-golongan (umat Islam) sekarang ini sama sekali
tidak memperhatikan untuk mengikuti jalan kaum mukminin yang telah disinggung
ayat di atas dan dipertegas oleh beberapa hadits.?
Diantaranya hadits tentang firqah yang berjumlah tujuh puluh
tiga golongan, semua masuk neraka kecuali satu. Rasul mendeskripsikannya sebagai
:
"Dia (golongan itu) adalah yang berada di atas pijakanku dan para sahabatku hari ini". Hadits ini senada dengan ayat yang menyitir tentang jalan
kaum mukminin. Di antara hadits yang juga senada maknanya adalah, hadits Irbadl
bin Sariyah, yang di dalamnya memuat :
"Artinya : Pegangilah sunnahku dan sunnah Khulafair Rasyidin sepeninggalku". Jadi di sana ada dua sunnah yang harus di ikuti : sunnah
Rasul dan sunnah Khulafaur Rasyidin.
?
Menjadi keharusan atas kita -generasi mutaakhirin- untuk
merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah dan jalan kaum mukminin. Kita tidak boleh
berkata : "Kami mandiri dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa
petunjuk Salafus As-Shalih".
?
Demikian juga kita harus memiliki nama yang membedakan antara
yang haq dan batil di jaman ini. Belum cukup kalau kita hanya mengucapkan
:"Saya seorang muslim (saja) atau bermadzhab Islam. Sebab semua firqah juga
mengaku demikian baik Syiah, Ibadhiyyah (salah satu firqah dalam Khawarij),
Ahmadiyyah dan yang lain. Apa yang membedakan kita dengan mereka ..?
?
Kalau kita berkata : Saya seorang muslim yang memegangi
Al-Kitab dan As-Sunnah. ini juga belum memadai. Karena firqah-firqah sesat juga
mengklaim ittiba' terhadap keduanya.
?
Tidak syak lagi, nama yang jelas, terang dan membedakan dari
kelompok sempalan adalah ungkapan : "Saya seorang muslim yang konsisten
dengan Al-Kitab dan As-Sunnah serta bermanhaj Salaf", atau disingkat
"Saya Salafi".
?
Kita harus yakin, bersandar kepada Al-Kitab dan As-Sunnah
saja, tanpa manhaj Salaf yang berperan sebagai penjelas dalam masalah metode
pemahaman, pemikiran, ilmu, amal, dakwah, dan jihad, belumlah cukup.?
?
Kita paham para sahabat tidak berta'ashub terhadap madzhab
atau individu tertentu. Tidak ada dari mereka yang disebut-sebut sebagai Bakri,
Umari, Utsmani atau Alawi (pengikut Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali). Bahkan bila
seorang di antara mereka bisa bertanya kepada Abu Bakar, Umar atau Abu Hurairah
maka bertanyalah ia. Sebab mereka meyakini bahwa tidak boleh memurnikan ittiba'
kecuali kepada satu orang saja yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
yang tidak berkata dengan kemauan nafsunya, ucapannya tiada lain wahyu yang
diwahyukan.
?
Taruhlah misalnya kita terima bantahan para pengkritik itu,
yaitu kita hanya menyebut diri sebagai muslimin saja tanpa penyandaran kepada
manhaj Salaf ; padahal manhaj Salaf merupakan nisbat yang mulia dan benar. Lalu
apakah mereka (pengkritik) akan terbebas dari penamaan diri dengan nama-nama
golongan madzhab atau nama-nama tarekat mereka .? Padahal sebutan itu tidak
syar'i dan salah?..!?.
?
Allah adalah Dzat Maha pemberi petunjuk menuju jalan lurus.
Wallahu al-Musta'in.
?
Demikianlah jawaban kami. Istilah Salaf bukan menunjukkan
sikap fanatik atau ta'assub pada kelompok tertentu, tetapi menunjukkan pada
komitmennya untuk mengikuti Manhaj Salafus Shalih dalam memahami Al-Qur'an dan
As-Sunnah.
?
Wallahu Waliyyut-Taufiq.
?
? Insya Allah menyusul
:
?
|
to navigate to use esc to dismiss