Keyboard Shortcuts
Likes
- Assunnah
- Messages
Search
Warga Baru
Ibnu F
开云体育Assalamu'alaikum Wr.Wb. Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas hidayah dan inayahNya yang masih diberikan kepada kita. Terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih kepada Manajer assunnah@... yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk nimbrung di mailing list ini.?Juga kepada seluruh member assunnah, wabil khusus buat?saudara saya ( member assunnah juga ) yang?telah membimbing saya hingga sampai di ML ini.?? Sudah 2 minggu saya di assunnah@..., rasanya belum sempurna kalo saya tidak ikutan ta'aruf ke antum semua. Nama saya Ibnu Fallah ( eLnya dobel ),?lahir di Kab. Wonosobo - Jateng, lulus SMAN1 Wonosobo th. 1991, dan sekarang tinggal di Jakarta. Sebagai awal perkenalan, berikut ini saya kirimkan alamat situs-situs Islami yang mudah-mudahan bisa dijadikan rujukan untuk study banding.?Mohon maaf kalo informasi ini termasuk kadaluwarsa karena saya percaya sebagian?besar member assunnah sudah mengunjunginya. Saya hanya mencoba mengingat sabda Rosululloh SAW bahwa : Sebaik-baik manusia adalah yang ber(memberi)-manfaat bagi manusia lainnya. ?? Alamat-alamat tersebut :
Serta beberapa site Islam yang lain seperti :
Terima kasih, Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
?
:-) Ibnu Fallah
?
?
|
e-mail problems
Y & R
开云体育Bismillahirrahmanirrahiim.
?
?
Kepada Teman-teman di ML
assunnah
?
Assalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuhu, wa-ba'du.
Saya ada sedikit problem dengan ML assunnah,
yaitu
"Bisa KIRIM tapi tidak bisa TERIMA e-mail dari assunnah" Awwalnya, memang e-mail yang masuk dari
assunnah agak tersendat-sendat, dan sekarang total tidak pernah terima
lagi.
?
Sudah pernah unsubscribe dan subscribe
ulang, namun hasilnya masih seperti diatas, apakah ini problemnya di server
jaringan tempat saya atau gimana ...?
?
Mohon yang mengetahui masalah tersebut, bisa
menjelaskannya.
?
Ahukum Fillah
?
?
?
?
|
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 15 = Disunnahkannya Shalat Tarawih Berjamaah]
Y & R
开云体育?
PENJELASAN TENTANG
Disunnahkannya Shalat
Tarawih
DENGAN BERJAMA'AH
oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani
?
? ?
KATA PENGANTAR
?
Di permasalahan ke 6, ML assunnah telah
memuat penjelasan lengkap mengenai Derajat Hadits Shalat Tarawih 20 Raka'at,
kemudian ada usulan dari beberapa ikhwan (khususnya yang tinggal di Jepang)
untuk mejelaskan juga hadits yang shahihnya, agak lama kami mencari makalah yang
membahas masalah tersebut. Alhamdulillah Ahad kemarin tgl. 18 Ramadhan 1420 H
kami mendapatkan sebuah buku terjemahan yang sangat bagus sekali karya Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, dengan judul "Kelemahan Hadits
Tarawih 20 Raka'at", cet. 1989 oleh penerbit Fitrah.
?
Buku tersebut memuat beberapa bab mengenai
Shalat Tarawih, namun tidak semua kami angkat di ML assunnah, hanya 3 bab saja
Insya Allahu Ta'ala, yaitu : "Penjelasan Tentang Disunnahkannya Shalat
Tarawih dengan Berjama'ah", kemudian "Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam tidak Pernah Shalat lebih dari 11 Raka'at" dan? "Perintah
Membaguskan Shalat dan Ancaman bagi yang Melalaikan".
?
Walaupun agak sedikit terlambat,
mudah-mudahan dapat membantu kita dalam rangka membersihkan ibadah kita dari
kekeliruan-kekeliruan yang akan berakibat amalan kita tertolak dan dimasukkan
kedalam kategori bid'ah.
?
?
PENJELASAN TENTANG
DISUNNAHKANNYA
SHALAT TARAWIH DG
BERJAMA'AH
?
Tidak syak lagi bahwa shalat Tarawih dengan
berjama'ah adalah sangat dianjurkan berdasarkan pada :
?
A. TAQRIR Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana riwayat Tsa'labah bin
??? Abi Malik, ia
berkata :
"Artinya : Telah keluar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, suatu malam di bulan Ramadhan, maka beliau melihat orang-orang shalat di tepi masjid, sabdanya : Apa yang mereka lakukan ? Salah seorang berkata : Ya Rasulullah ! Mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat membaca Al-Qur'an dan Ubai bin Ka'ab membacakannya, dan mereka shalat berjama'ah dengannya. Maka sabdanya : Mereka telah mengerjakan yang baik atau telah benar mereka. Dan beliau tidak menampakkan kebencian terhadap mereka tersebut". [Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam sunnanya II:495 ia berkata Hadits ini MURSAL HASAN.] Penjelasan.
?
Hadits ini telah diriwayatkan dengan MAUSHUL (sanad yang
bersambung) melalui jalan lain dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Mutabaat was
Syawahid, sanadnya LA BA'SA BIHI (baik).
?
Dikeluarkan oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul-Lail, hal.90 Abu
Dawud I:217 dan Baihaqi.
?
?
B. FI'IL (Perbuatan) beliau
sendiri. Tentang ini terdapat beberapa hadits.
?
Pertama dari Nu'man bin Basyir ia berkata
:
"Artinya : Kami pernah shalat (malam) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam ke 23 di bulan Ramadhan hingga sepertiga malam yang pertama, kemudian kami shalat lagi bersamanya pada malam ke 25 hingga pertengahan malam, kemudian beliau mengimami kami pada malam ke 27 hingga kami mengira, kami tidak akan mendapatkan waktu "FALAAH". Ia berkata : Kami menyebut "SAHUR" dengan sebutan falaah". [Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf II:90/2, Ibnu Nashr halaman 89, Nasaa'i I:238, Ahmad IV:272, Faryabi dalam Kitab Shiam I/73-II/72. Sanadnya SHAHIH dan dishahkan oleh Hakim] Hakim berkata : Hadits ini merupakan dalil yang terang bahwa Shalat Tarawih di masjid-masjid kaum Muslimin adalah SUNNAH (dianjurkan), dan adalah Ali bin Abi Thalib mengajurkan Umar bin Khattab radyillahu 'anhum untuk melestarikan sunnah ini. Al-Mustadrak I:440. Kedua dari Anas ia berkata :
"Artinya : Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, shalat di bulan Ramadhan, kemudian aku datang dan aku berdiri di sampingnya, kemudian datang yang lain, kemudian yang lain lagi, sehingga waktu itu kami menjadi kelompok (berjumlah lebih kurang 10 orang). Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merasa bahwasanya kami berada di belakangnya, beliau meringkas shalatnya, kemudian masuk rumahnya. Ketika beliau masuk rumahnya, beliau mengerjakan shalat yang tidak dikerjakannya bersama kami. Katika kami masuk waktu pagi, kami bertanya : Ya Rasulullah ! Apakah engkau tidak mengetahui kami tadi malam ?. Beliau menjawab : Ya, justru itulah yang mendorongku untuk melakukan apa yang aku perbuat". [Diriwayatkan oleh Ahmad III:199,212 dan 291, juga Ibnu Nashr halaman 89, keduanya dengan sanad yang SHAHIH. Demikian juga Thabrani meriwayatkan hadits ini dalam Al-Aushath dan Al-Jam'u III:173] ?Ketiga dari 'Aisyah
ia berkata :
"Artinya :Pernah orang-orang shalat (malam) di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, pada bulan Ramadhan dengan sendiri-sendiri, orang-orang itu mempunyai sedikit hafalan Al-Qur'an, lalu ada kurang lebih lima atau enam orang, atau lebih sedikit atau lebih banyak dari jumlah itu yang mengikuti shalatnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. ('Aisyah berkata) : Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, menyuruh aku mendirikan tikar di pintu kamarku, lalu aku kerjakan. Kemudian? Ia keluar ke pintu sesudah shalat Isya' yang terkahir. Ia ('Aisyah) berkata :?Lalu orang-orang yang di masjid mengerumuni beliau, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam , shalat bersama mereka, shalat malam yang panjang, kemudian beliau berpaling dan masuk (ke rumah), beliau tinggalkan tikar itu sebagaimana adanya. Ketika pagi hari orang-orang memperbincangkan shalatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama mereka yang di masjid pada malam itu. (Akibatnya) orang-orang berkumpul lebih banyak lagi sehingga masjid menjadi penuh sesak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar pada malam yang kedua, maka orang-orang shalat mengikuti shalatnya. Pada pagi harinya orang-orang menceritakan kejadian itu, sehingga bertambah banyaklah pengunjung di malam yang ke tiga, pada malam itu beliau keluar? dan orang-orang shalat mengikuti shalatnya. (Akhirnya) pada hari keempat masjid tidak mampu lagi menampung pengunjungnya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Isya' bersama mereka, kemudian beliau masuk rumahnya dan orang-orang memastikan hal itu. 'Aisyah melanjutkan : Beliau bertanya kepadaku : Bagaimana orang-orang bisa menjadi seperti itu ya 'Aisyah ?. Aku menjawab : Ya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ! Orang-orang mendengar tentang shalatmu bersama mereka yang di masjid tadi malam, oleh karena itu mereka berkumpul agar engkau mau shalat bersama mereka. Beliau berkata : Gulunglah tikarmu ini ya 'Aisyah, lalu aku kerjakan. Malam itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidur dengan tidak lalai, sedangkan orang-orang mengetahui tempatnya, kemudian masuklah beberapa orang dari mereka sambil berkata : As-Shalat ! hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar untuk shalat Shubuh. Setelah selesai shalat Fajar, beliau menghadap ke orang banyak, kemudian bertasyahhud dan berkata : Amma ba'du ! Wahai orang-orang demi Allah dan Alhamdulillah tadi malam aku tidur pulas, tidak tersembunyi bagiku tempat-tempat kamu, tetapi aku khawatir akan dijadikan kewajiban buat kamu sekalian. Pada riwayat lain : Tetapi aku takut diwajibkan atas kamu shalat malam (itu), dan kamu tidak sanggup mengerjakannya ......" Pada riwayat lain Zuhri menambahkan : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, wafat sedangkan orang-orang dalam keadaan seperti itu, demikian juga pada masa khalifah Abu Bakar dan permulaan kekhalifahan Umar 1) (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud Nasa'i, Ahmad dan Faryabi serta Ibnu Nashr). 1) Lafadz "wal amru 'ala dzalika" = keadaan orang-orang seperti itu mempunyai dua pengertian yaitu : a) meninggalkan jama'ah dalam Tarawih, b) Shalat sendiri-sendiri (mengadakan jama'ah masing-masing). Penulis lebih cenderung pada pengertian yang (b). ?
?Penjelasan.
?
Perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berjama'ah
selama tiga malam bersama mereka, merupakan petunjuk jelas bahwa shalat Tarawih
itu sebaiknya dikerjakan dengan berjama'ah. Adapun sikap Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam tidak hadir bersama mereka pada malam ke empat, tidak dapat
diartikan bahwa anjuran itu sudah dihapuskan, karena ketika itu beliau
menyebutkan illatnya yaitu "aku takut/khawatir akan diwajibkan atas
kamu".
?
Tetapi dengan wafatnya beliau, maka hilang pula
kekhawatiran tersebut, berarti kita kembali kepada hukum yang terdahulu yaitu
anjuran berjama'ah, oleh karena itu Umar radyillahu 'anhum berusaha menghidupkan
kembali tuntunan tersebut sebagaimana disebutkan di atas. Demikian pula sikap
yang diambil oleh Jumhur Ulama'.
?
Keempat, Hudzaifah bin Yaman menceritakan
:
"Artinya : Telah bangun Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam di suatu malam pada bulan Ramadhan di kamarnya yang terbuat dari pelepah korma, kemudian ia menuangkan setimba air, kemudian mengucap "Allahu Akbar Allahu Akbar" tiga kali, Dzal Malakut wal Jabarut wal Kibriyaa' wal 'Azhmah, kemudian beliau membaca surah Al-Baqarah. Ia (Hudzaifah) berkata selanjutnya : Kemudian beliau ruku', dan adalah (lama) ruku'nya seperti (lama) berdirinya, lalu dalam rukunya beliau mengucap "subhana rabbiyal azhim, subhana rabbiyal azhim", kemudian mengangkat kepalanya dari ruku', lalu berdiri sebagaimana ruku'nya dan mengucap : La Rabbil Hamdu. Kemudian beliau sujud, dan adalah sujudnya selama berdirinya. Beliau mengucap dalam sujudnya :"Subhana Rabbiyal A'laa, kemudian mengangkat kepalanya dari sujud, kemudian duduk, pada duduk antara dua sujud beliau mengucap "Rabbigh Firli", lama duduknya sebagaimana sujudnya, kemudian sujud dan berkata : "Subahana Rabbiyal A'laa. Maka beliau shalat empat raka'at dan membaca padanya surah Al-Baqarah dan Ali 'Imran dan An-Nisaa' dan Al-Maidah serta Al-An'am sehingga datang Bilal untuk adzan buat shalat (Fajar)". Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah II:90/2 dan
Ibnu Nashr pada halaman 80-90. Nasa'i dalam sunannya I:246, Ahmad V:400 melalui
Thalhah bin Yazid Al-Anshari dari Hudzaifah, riwayat-riwayatnya ini saling
menambah antara satu dengan yang lain. Juga oleh Imam Tirmidzi I:303 serta Ibnu
Majah dalam I:290 dan Hakim I:271 tentang ucapan duduk antara dua sujud. Hakim
juga mengesahkannya dan Dzahabi menyetujuinya, orang-orangnya kepercayaan,
tetapi Nasa'i menganggap ini Mursal dengan menyebut illatnya bahwa Thalhah bin
Yazid tidak aku ketahui mendengar (hadits ini) dari Hudzaifah.
?
Menurut pedapat saya, sanad hadits ini telah disambung
oleh 'Amr bin Marrah dari Abi Hamzah yang dia itu adalah Thalhah bin Yazid, ia
mendengar dari seorang laki-laki dari Absi, Syu'bah memandang bahwasanya ia
adalah Shillah bin Zufar dari Hudzaibah.? Hadits ini dikeluarkan oleh Abu
Dawud I:139-140, Nasa'i I:172, Thahawi dalam 'Al-Musykil" I:308, Thayalisi
I:115 serta Baihaqi II:121-122, juga Ahmad V:398 dan Baghawi pada hadits Ali bin
Ja'di I:4/1 dari Syu'bah dari 'Amr, sanadnya shahih. Muslim meriwayatkan II:186
melalui jalan Al-Mustaurad bin Ahnaf dari Shillah bin Zufar yang semakna dengan
ini disertai tambahan, pengurangan dan beberapa perubahan kecil.
?
C. Keterangan-keterangan dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (qaul) tentang ???
keutamaan Tarawih dengan
berjama'ah.
"Artinya : Abu Dzar radyillahu 'anhum berkata : Kami pernah berpuasa bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetapi beliau tidak shalat bersama kami, sehingga tinggal tujuh hari dari bulan (Ramadhan), lalu ia shalat (malam) bersama kami hingga larut sepertiga malam, kemudian di hari keenam ia tidak shalat bersama kami lagi, dan ia shalat bersama kami pada malam kelima, hingga larut pertengahan malam, lalu kami bertanya : Ya Rasulullah ! Alangkah baiknya kalau seandainya engkau kerjakan sunnah itu dengan kami dalam sisa malam kami ini. Maka jawabnya : Sesungguhnya barangsiapa yang shalat (malam) bersama imam hingga selesai, akan ditetapkan baginya (seperti) shalat semalam (suntuk). Kemudian setelah itu ia tidak lagi shalat bersama kami hingga tinggal tiga hari dari bulan itu, kemudian ia shalat lagi bersama kami pada malam ketiganya, dan ia ajak keluarga dan istrinya, lalu ia shalat bersama kami, hingga kami khawatir (kehilangan) al-falaah. Aku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apakah Al-Falaah itu ? Jawabnya: Yaitu Sahur". Hadits ini diriwayatkan oleh? Ibnu Abi Syaibah
II:90/2, Abu Dawud I:217, Tirmidzi II:72-73, disahkan oleh Nasa'i I:238 dan Ibnu
Majah I:397 dan Thahawi dalam "Syarhul Ma'aanil Atsar" I:206, dan Ibnu
Nashr hal 89, Faryabi I:71 dan II:72, serta Baihaqi II:494. Semua sanad mereka
SHAHIH.
?
Mendukung hadits ini adalah riwayat Abu Dawud dalam kitab
Al-Masaail hal 62, ia berkata.
"Artinya : Saya mendengar Ahmad ditanya : Mana yang lebih engkau sukai, orang yang shalat di bulan Ramadhan bersama orang banyak atau sendirian ; Ia menjawab : Orang yang shalat bersama orang banyak ; aku juga mendengar ia berkata : Aku menyukai orang-orang yang shalat bersama imam dan witir bersamanya. Nabi shallallhu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya seorang laki-laki apabila ia shalat bersama imam, akan ditetapkan baginya (pahala) di sisi malamnya. Yang seperti ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Nashr, halaman 91 dari Ahmad, kemudian Abu Dawud berkata : "Ahmad ditanya dan aku mendengar : bagaimana tentang mengakhirkan pelaksanaan shalat Tarawih hingga akhir malam ? Ia menjawab : Tidak ada sunnah kaum Muslimin yang lebih baik aku sukai dari pada itu 2) ". 2). Pengertian berjama'ah pada waktu awwal untuk shalat Tarawih lebih afdhal baginya daripada shalat sendirian, walau mengakhirkannya hingga akhir malam. Jadi walaupun menta'khir shalat Tarawih itu mempunyai keutamaan sendiri, tapi melakukan dengan jama'ah adalah lebih utama dengan dasar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya beberapa malam bersama para shahabat, sebagaimana yang diceritakan pada riwayat 'Aisyah terdahulu, dan demikian pula yang dilakukan kaum Muslimin mulai kekhalifahan Umar radyiallahu 'anhum hingga sekarang. Dikutip dari buku
Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah
Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail
? ? Insya Allah menyusul
:
?
|
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 16 = Nabi Tidak Pernah Shalat lebih dari 11 Raka'at]
Y & R
开云体育?
NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Tidak Pernah Shalat
LEBIH DARI 11 RAKA'AT
oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani
?
? ?
Pada fasal terdahulu [masalah ke 15 -pen],
kami ketengahkan beberapa keterangan tentang anjuran berjama'ah
?pada shalat Tarawih, maka pada fasal ini akan diterangkan jumlah
raka'at yang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kerjakan bersama shahabatnya
pada waktu itu.
?
Sehubungan dengan masalah ini kami hanya menyebutkan dua
hadits yaitu :
?
Pertama.
"Artinya : Dari Abi Salamah bin Abdurrahman bahwasanya ia bertanya kepada 'Aisyah radyillahu anha tentang shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadhan. Maka ia menjawab ; Tidak pernah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam kerjakan (tathawwu') di bulan Ramadhan dan tidak pula di lainnya lebih dari sebelas raka'at 1) (yaitu) ia shalat empat (raka'at) jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian ia shalat empat (raka'at) 2) jangan engkau tanya panjang dan bagusnya kemudian ia shalat tiga raka'at". [Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim] Selain oleh Bukhari dan Muslim, hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud I:210, Tirmidzi II:302-303, Nasa'i I:248, Malik I:134, Baihaqi II:495-496 serta Ahmad VI:36,73,104. ------------ 1) Pada riwayat lain bagi Abi Syaibah II:16/1 dan Muslim serta lainnya disebutkan bahwa shalat beliau dibulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya adalah 13 raka'at, termasuk pada jumlah tersebut dua raka'at Fajar/Shubuh. Tetapi pada riwayat lain dari Malik dan juga Bukhari bahwasanya 'Aisyah berkata : Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, shalat malam 13 raka'at, kemudian ketika mendengar adzan shubuh, ia shalat dua raka'at yang ringan. Pada zahirnya kedua riwayat diatas kelihatan bertentangan, tetapi sebenarnya tidak demikian halnya, sebab tambahan dua raka'at yang ada pada riwayat Malik dan Bukhari bisa diartikan ba'diyah Isya' atau shalat Iftitah (Shalat pembukaan sebelum memulai shalat malam). Tentang shalat Iftitah ini Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biasa memulai shalat malam (11 raka'at) itu dengan dua raka'at yang ringan. Adapun perincian 13 raka'at yang dimaksud pada riwayat di atas adalah sebagaimana riwayat Zaid bin Khalid Al-Juhani, bahwasanya ia berkata :"Aku perhatikan shalat malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu (Ia) shalat dua raka'at yang ringan, kemudian ia shalat dua raka'at yang panjang sekali, kemudian shalat dua raka'at, dan dua raka'at ini tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya, kemudian shalat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian shalat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian shalat dua raka'at (tidak sepanjang dua raka'at sebelumnya), kemudian witir satu raka'at, yang demikian adalah 13 raka'at". Diriwayatkan oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr. Untuk penulis lebih cenderung mengatakan dua raka'at yang ringan adalah dua raka'at ba'diyah Isya'; dasarnya adalah riwayat Ibnu Nashr dalam kitab Qiyamul Lail halaman 48 dimana diceritakan : Bahwa kami (shahabat) pulang dari Hudaibiyah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika sampai di Suqya (kota yang terletak antara Mekkah dan Madinah), Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri dan Jabir ada di sisinya, kemudian mereka berdua shalat Isya', kemudian shalat tiga belas raka'at. Kedudukan hadits ini memang tidak begitu kuat karena pada sanadnya terdapat rawi SYARHABIL BIN SA'AD, padanya terdapat kelemahan. Sungguhpun demikian ia dapat dijadikan pertimbangan, bahwa sunnah ba'diyah Isya' masuk dalam jumlah 13 raka'at tersebut. Wallahu 'Alam. 2) Maksudnya dengan satu kali salam, Imam Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan, bahwa disebut demikian, untuk menunjukan bolehnya satu kali salam. Yang lebih afdhal adalah memberi salam dalam setiap dua raka'at sebagaimana sabda beliau :"Shalat malam dan siang, dua raka'at dua raka'at. Sedang penulis memilih pendapat kedua. Begitu pula para pengikut Imam Syafi'i, bahkan mereka beranggapan salam satu kali itu tidak shah shalatnya. Kedua.
"Artinya :Dari Jabir bin Abdullah radyillahu 'anhum, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami di bulan Ramadhan (sebanyak) delapan raka'at dan witir (satu raka'at). Maka pada hari berikutnya kami berkumpul di masjid dan mengharap beliau keluar (untuk shalat), tetapi tidak keluar hingga masuk waktu pagi, kemudian kami masuk kepadanya, lalu kami berkata : Ya Rasulullah ! Tadi malam kami telah berkumpul di masjid dan kami harapkan engkau mau shalat bersama kami, maka sabdanya "Sesungguhnya aku khawatir (shalat itu) akan diwajibkan atas kamu sekalian.". [Hadits Riwayat Thabrani dan Ibnu Nashr]. Catatan :
?
Ibnu Nashr meriwayatkan hadits ini dalam kitabnya? di? halaman
90, sedangkan Thabrani dalam Al-Mu'jamus Shagir, halama108, sanad hadits ini
HASAN karena dikuatkan oleh hadits yang pertama.
?
Dalam kitab Fathul Baari III:10 dan At-Takhlis halaman 119, Al-Hafidz Ibnu
Hajar memberi isyarat penguatannya dengan hadits Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban
yang terdapat dalam kitab shahih mereka berdua.
?
?
KELEMAHAN HADITS 20 RAKA'AT.
?
Dalam kitab Fathul Baari IV:205-206, pada keterangan hadits pertama, Ibnu
Hajar mengatakan : "Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari
hadits Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat
(malam) di bulan Ramadhan 20 raka'at dan beriwitir satu raka'at itu, sanadnya
lemah. Hadits ini bertentangan dengan hadits 'Aisyah yang terdapat dalam
shahihain. Dalam hal ini 'Aisyah lebih mengetahui hal ihwal Nabi shallallahu
alaihi wa sallam pada malam harinya bila dibandingkan dengan yang
lain".
?
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Imam Az-Zaila'i dalam kitab
Nashbur-Raayah : II :153.
?
Penulis berpendapat : Hadits ini memang lemah sekali, seperti yang
dinyatakan Imam Suyuthi dalam Al-Hawi lil Fatawaa II:73 yang menyebabkan
kelemahannya adalah rawi yang bernama ABU SYAIBAH IBRAHIM BIN 'UTSMAN.
?
Dalam kitab At-Taqriib Ibnu Hajar menyebut rawi ini sebagai Matrukul
Hadits. Penulis telah menelusuri sumber-sumbernya tetapi tidak didapati kecuali
melalui jalannya. Ibnu Abi Syaibah mengeluarkan hadits ini dalam Al-Mushannaf
II:90/2, Abdun bin Hamid dalam Al-Muntakhab Minal Musnad 34:I/1, Thabrani dalam
Al-Mu'jamul Kabir III:148 dan Al-Aushath, begitu pula Adz-Dzahabi dalam
Al-Muntaqa Minhu III:2 dan Baihaqi dalam Sunannya II:496.
?
Semua riwayat ini pasti melalui jalan Ibrahim bin 'Utsman dari Hakim dari
Muqsam dari Ibnu Abbas secara marfu' (sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam).
?
Thabrani mengatakan bahwa tidak diriwayatkan dari Ibnu Abbas kecuali dengan
sanad ini. Baihaqi menegaskan bahwa Abi Syaibah bersendirian (tafarada bihi) dan
ia ini lemah. Begitu pula pernyataan Al-Haitsami dalam Majma'uz Zawaid III:172
bahwa dia itu lemah.
?
Yang sebenarnya ia itu sangat lemah sekali, bahkan Ibnu Hajar mengatakan
bahwa ia Matrukul Hadits (ditingalkan haditsnya), maksudnya haditsnya tidak
dipakai.
?
Ibnu Ma'in menyebutnya Laisa bits-tsiqah = tidak termasuk orang
kepercayaan. Jurjani menyebutnya "saaqit"= yang gugur, sedangkan
Syu'bah mendustakannya dalam suatu cerita/qishah. Bukhari berkata : Sakatu'anhu
(Ulama Hadits mendiamkannya).
?
Pada halaman 118 kitab Ikhtisar fi 'Ulumul Hadits, Ibnu Katsir mengatakan :
Bahwa siapa saja yang dikatakan Bukhari "Sakatu'anhu" berarti rawi itu
berada dikedudukan yang paling rendah dan jelek (menurut pandangannya).
?
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas penulis beranggapan bahwa
haditsnya dapat disejajarkan dengan Hadits Maudlu', karena isinya bertentangan
dengan hadits 'Aisyah dan Jabir, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar
'Asqalani dan Zaila'i di atas, dan lebih dari itu Imam Adz-Dzahabi memasukkan
hadits ini dalam kitab Manakirnya (kumpulan hadits-hadits Munkar).
?
Selanjutnya Ibnu Hajar Al-Haitsami dalam kitab "Al-Fatawal Kubra"
I:195 menyebut rawi ini Syadidud-dha'fi yaitu sangat lemah sekali, dan
bahwasanya ia biasa meriwayatkan hadits-hadits maudlu', seperti tentang tidak
dibinasakannya ummat kecuali pada bulan Maret atau hadits hari Kiamat tidak akan
datang kecuali pada bulan Maret dan lain sebagainya. Adapun haditsnya di tentang
shalat Tarawih ini termasuk salah satu hadits Munkarnya.
?
Jadi jelas hadits ini tidak dapat dipakai karena seperti yang dikatakan
As-Subki bahwa salah satu syarat bolehnya mengamalkan hadits lemah itu ialah
apabila hadits itu tidak terlalu lemah, sedangkan hadits ini seperti dimaklumi
adalah sangat lemah.
?
Dari ucapan As-Subki terdapat isyarat halus bahwa Ibnu Hajar Haitsami tidak
akan mengamalkan hadits dua puluh raka'at tersebut.
?
Imam Suyuthi, setelah menyebutkan hadits riwayat Ibnu Hiban beliau berkata
:
"Singkatnya dua puluh raka'at itu, tidak pernah dikerjakan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, adapun hadits riwayat Ibnu Hibban tersebut sudah
sesuai dengan hadits 'Aisyah yang menyebutkan bahwa beliau tidak pernah
mengerjakan lebih dari 11 raka'at, baik dalam bulan Ramadhan atau lainnya, sebab
dalam riwayat Ibnu Hibban tersebut diterangkan bahwa beliau shalat Tarawih
delapan raka'at. Kemudian berwitir tiga raka'at, jadi jumlahnya sebelas
raka'at.
?
Indikasi lain yang menunjukkan Nabi shallallhu 'alaihi wa sallam tidak
pernah mengerjakan lebih dari sebelas raka'at adalah karena Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam (menurut kebiasaannya) apabila mengerjakan sesuatu amalan,
maka ia kerjakan dengan tetap, seperti misalnya mengqadha' dua raka'at ba'diyah
Zhuhur setelah shalat Ashar, shalat ini beliau kerjakan dengan tetap, meskipun
kejadiannya hanya sekali.
?
Jadi kalau memang benar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
mengerjakan 20 raka'at, tentu pekerjaan itu tidak akan beliau tinggalkan sama
sekali dan lebih dari itu 'Aisyah radyiallahu 'anha pun tidak akan berani
membuat pernyataan yang membatas bahwa beliau tidak pernah mengerjakan lebih
dari sebelas raka'at seperti disebutkan diatas".
?
Berdasarkan ini penulis dapat menyimpulkan bahwa Imam Suyuthi cenderung
memilih sebelas raka'at dan sekaligus menolak yang dua puluh raka'at karena
kelemahan riwayatnya.
?
?
Dikutip dari buku Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Abani
rahimahullah
Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail
? ? Insya Allah menyusul
:
?
|
Re: Tanya hukum nasyid !
Ahmad Ridha
dhea s wrote:
assalamu alaikum warahmatullah:Wa 'alaikumus salaam warahmatullahi wabarakaatuh, masukan dari saya:Pertama, mohon maaf jika muncul kesalahpahaman dari komentar saya. Juga terima kasih atas saran Anda. Berkenaan posting saya, tidaklah dimaksudkan sebagai bantahan, dan juga bukan sebagai pemelintiran dengan sepotong-sepotong. Komentar saya ditujukan untuk memperjelas posting Anda agar tidak disalahartikan atau disalahgunakan. Berkenaan penghilangan sebagian posting Anda, tidaklah ada tujuan lain kecuali demi keringkasan. Berkenaan perkataan Anda "bagaimana orang lain akan memiliki kefahaman utuh, jika dipotong-potong??", maka saya katakan "bagaimana orang lain akan memiliki kefahaman utuh, jika definisi perkara yang dibahas belum jelas??". Kebetulan posting Anda belum memasukkan pengertian nasyid yang jelas sehingga dapat disalahartikan bahwa seluruh "nasyid" termasuk yang diiringi alat musik memiliki hukum asal mubah. Tentunya Anda tidak menghendakinya. Agar dapat lebih adil, berikut saya kutipkan lagi posting Anda secara lengkap di akhir e-mail ini. Jika saya tidak salah baca, posting Anda belum memberi peringatan akan "nasyid-nasyid" yang diiringi alat musik. Sekali lagi, mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan. Allahu Ta'ala a'lam. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, -- Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim (l. 1980M/1400H) ------------------------- dhea s wrote: wa alaikumus salam :------------------------- |
[Masalah - 61 = Hadits Hudzaifah Radhiyallahu Anhu]
开云体育HADITS HUDZAIFAH RADHIYALLAHU TA'ALA?'ANHU
?
Oleh
Syaikh Salim bin 'Ied
Al-Hilali
?
Nash
Hadits.
?
Makna
Hadits
?
[1].???
Mengenali Sabilul Mujrimin adalah kewajiban Syar'i.
Perlu diketahui bahwa Manhaj Rabbani
yang abadi yang tertuang dalam uslub Qur'ani yang diturunkan ke hati Penutup
Para Nabi tersebut tidak hanya mengajarkan yang haq saja untuk mengikuti jejak
orang-orang beriman (sabilul Mu'minin). Akan tetapi juga membuka kedok
kebathilan dan menyingkap kekejiannya supaya jelas jalannya orang-orang yang
suka berbuat dosa (sabilul Mujrimin) Allah berfirman.
Yang demikian itu karena
istibanah (kejelasan) jalannya orang-orang yang suka berbuat dosa
(sabilul Mujrimin) secara langsung berakibat pada jelasnya pula
sabilul mu'minin. Oleh karena itu istibanah (kejelasan)
sabilul Mujrimin merupakan salah satu sasaran dari beberapa sasaran
penjelasan ayat-ayat Rabbani. Karena ketidakjelasan sabilul Mujrimin
akan berakibat langsung pada keraguan dan ketidakjelasan sabilul
Muminin. Oleh karena itu, menyingkap rahasia kekufuran dan kekejian adalah
suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk menjelaskan keimanan, kebaikan dan
kemaslahatan.
?
Ada sebagian cendikiawan syair
menyatakan.
Hakikat inilah yang dimengerti oleh
generasi pertama umat ini -Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu 'anhu. Maka ia
berkata : "Manusia bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan
aku bertanya tentang keburukan, karena khawatir akan terjebak di
dalamnya".
?
[2].???
Kekokohan Kita Dihancurkan Dari Dalam
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda berkenan dengan keinginan kaum kafir untuk membinasakan
kaum muslimin dan Islam, seperti yang dinyatakan dalam hadits Tsaubah
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan
bahwa :
Akan tetapi kekhususan tersebut
dibatasi oleh sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Tsauban
yang lalu, yang menyatakan : "Allah akan mencabut rasa takut musuh-musuhmu
terhadap kalian ...".
?
Dari hadits ini mengertilah
kita bahwa kekuatan umat Islam bukanlah terletak pada jumlah dan perbekalannya,
atau pada artileri dan logistiknya. Akan tetapi kekuatannya terletak pada
aqidahnya. Seperti yang kita saksikan ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab pertanyaan yang berkenan dengan jumlah, maka beliau jawab :
"Bahkan ketika itu kalian banyak sekali, akan tetapi kalian seperti buih di
atas aliran air".
?
Kemudian apa yang menjadikan "pohon
yang akarnya menghujam ke bumi dan cabangnya menjulang ke langit" itu seperti
buih yang mengambang di atas air ?
?
Sesungguhnya racun yang meluruhkan
kekuatan kaum muslimin dan melemahkan gerakannya serta merenggut barakahnya
bukanlah senjata dan pedang kaum kafir yang bersatu untuk membuat makar terhadap
Islam, para pemeluknya dan negeri-negerinya. Akan tetapi adalah racun yang
sangat keji yang mengalir dalam jasad kaum muslimin yang disebut oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai "Dakhanun" Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari XIII/36 mengartikannya dengan "hiqd
(kedengkian), atau daghal (penghianatan dan makar), atau
fasadul qalb (kerusakan hati). Semua itu mengisyaratkan bahwa kebaikan
yang datang setelah keburukan tersebut tidak murni, akan tetapi keruh. Dan Imam
Nawawi dalam syarh Shahih Muslim XII/236-237, mengutip perkataan Abu
'Ubaid yang menyatakan bahwa arti dakhanun adalah seperti yang disebut
dalam hadits lain.
Sedangkan makna aslinya adalah
apabila warna kulit binatang itu keruh/suram. Maka seakan-akan mengisyaratkan
bahwa hati mereka tidak bening dan tidak mampu membersihkan antara yang satu
dengan yang lain. Kemudian berkata Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah XV/15
: Bahwa sabda beliau : "Dan didalamnya ada Dakhanun, yakni tidak
ada kebaikan murni, akan tetapi didalamnya ada kekeruhan dan kegelapan". Adapun
Al 'Adzimul Abadi dalam ' Aunil Ma'bud XI/316 menukil perkataan Al-Qari
yang berkata : "Asal kata dakhanun adalah kadurah (kekeruhan)
dan warna yang mendekati hitam. Maka hal ini mengisyaratkan bahwa kebaikan
tersebut tercemar oleh kerusakan (fasad)".
?
Dan sesungguhnya penanam racun yang
keji dan menjalar di kalangan umat ini tidak lain adalah oknum-oknum dari dalam
sendiri. Seperti yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Mereka adalah dari kalangan bangsa kita dan berbahasa dengan bahasa
kita".? Berkata Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Fathul Bari
XIII/36 : "Yakni dari kaum kita, berbahasa seperti kita dan beragama dengan
agama kita. Ini mengisyaratkan bahwa mereka adalah bangsa Arab". Sedangkan
Al-Qabisi menyatakan -seperti dinukil oleh Ibnu Hajar- secara lahir maknanya
adalah bahwa mereka adalah pemeluk dien (agama) kita, akan tetapi
batinnya menyelisihi. Dan kulit sesuatu adalah lahirnya, yang pada hakikatnya
berarti penutup badan". Mereka mempunyai sifat seperti yang dikatakan dalam
hadits riwayat Muslim.
Yakni mereka memberikan
harapan-harapan kepada manusia berupa mashalih (pembangunan),
siyadah (kepemimpinan) dan istiqlal? (kemerdekaan dan
kebebasan) .. dan umat merasa suka dengan propaganda mereka. Untuk itu mereka
mengadakan pertemuan-pertemuan, muktamar-muktamar dan diskusi-diskusi. Oleh
sebab itu mereka diberi predikat sebagai da'i atau du'at -dengan dlamah pada
huruf dal- merupakan bentuk jama' dari da'a yang berarti sekumpulan orang yang
melazimi suatu perkara dan mengajak serta menghasung manusia untuk menerimanya.
[Lihat 'Aunil Ma'bud XI/317].
?
[3].?? Jama'ah
Minal Muslimin Dan Bukan Jama'ah Muslimin/'Umm.
Kalau kita mengamati kenyataan, maka
kita akan melihat bahwa faham hizbiyah (kelompok) telah mengalir di
dalam otak sebagian besar kelompok yang menekuni medan da'wah ilallah,
dimana seolah-olah tidak ada kelompok lain kecuali kelompoknya, dan
menafikan kelompok lain di sekitarnya. Persoalan ini terus berkembang, sehingga
ada sebagian yang menda'wahkan bahwa merekalah Jama'ah Muslimin/Jama'ah
'Umm (Jama'ah Induk) dan pendirinya adalah imam bagi seluruh kaum muslimin,
serta mewajibkan berba'iat kepadanya. Selain itu mereka mengkafirkan sawadul
a'dzam (sebagian besar) muslimin, dan mewajibkan kelompok lain untuk
bergabung dengan mereka serta berlindung di bawah naungan bendera
mereka.
?
Kebanyakan mereka lupa, bahwa mereka
bekerja untuk mengembalikan kejayaan Jama'atul Muslimin. Kalaulah Jama'atul
Muslimin dan imam-nya itu masih ada, maka tidaklah akan terjadi
ikhtilaf? dan perpecahan ini dimana Allah tidak menurunkan sedikit
pun keterangan tentangnya.
?
Sebenarnya para pengamal untuk Islam
itu adalah Jama'ah minal muslimin (kumpulan sebagian dari muslimin) dan
bukan Jama'atul?Muslimin atau Jama'atul 'Umm (Jama'ah
Induk). karena kaum muslimin sekarang ini tidak mempunyai Jama'ah ataupun
Imam.
?
Ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwa
yang disebut Jama'ah Muslimin adalah yang tergabung didalamnya seluruh kaum
muslimin yang mempunyai imam yang melaksanakan hukum-hukum Allah. Adapun jama'ah
yang bekerja untuk mengembalikan daulah khilafah , mereka adalah
jama'ah minal muslimin yang wajib saling tolong menolong dalam
urusannya dan menghilangkan perselisihan yang ada diantara individu supaya ada
kesepakatan di bawah kalimat yang lurus dalam naungan kalimat
tauhid.
?
Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimaullah
dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari Rahimahullah
yang menyatakan : "Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa Jama'ah adalah
Sawadul A'dzam. Kemudian diceritakan dari? Ibnu Sirin dari Abi
Mas'ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika
'Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama'ah, karena Allah tidak akan
mengumpulkan umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan
dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia
berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah sati
firqah. Hindarilah semua firqah itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh
ke dalam keburukan".
?
[4].?Mejauhi Semua
Firqah
Dinyatakan dalam hadits Hudzaifah
tersebut supaya menjauhi semua firqah jika kaum muslimin tidak mempunyai jama'ah
dan tidak pula imam pada hari terjadi keburukan dan fitnah. Semua firqah
tersebut pada dasarnya akan menjerumuskan ke dalam kesesatan, karena mereka
berkumpul di atas perkataan/teori mungkar (mungkari minal qaul) atau
perbuatan mungkar, atau hawa nafsu. Baik yang mendakwakan mashalih
(pembangunan) atau mathami' (ketamakan) dan mathamih
(utopia). Atau yang berkumpul diatas asa pemikiran kafir, seperti ;
sosialisme, komunisme, kapitalisme, dan demokratisme. Atau yang berkumpul di
atas asas kedaerahan, kesukuan, keturunan, kemadzhaban, atau yang lainnya. Sebab
mereka semua itu akan menjerumuskan ke dalam neraka Jahannam, dikarenakan
membawa misi selain Islam atau Islam yang sudah dirubah ..!
?
[5].?Jalan
Penyelesaiannya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah memerintahkan kepada Hudzaifah untuk menjauhi semua firqah yang
menyeru dan menjerumuskan ke neraka Jahannam, dan supaya memegang erat-erat
pokok pohon (ashlu syajarah) hingga ajal menjemputnya sedangkan ia
tetap dalam keadaan seperti itu.
?
Dari pernyataan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
?
Pertama.
Bahwa pernyataan itu mengandung
perintah untuk melazimi Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafuna Shalih.
Hal ini seperti yang diisyaratkan dalam hadits riwayat 'Irbadh Ibnu
Sariyah.
Jika kita menggabungkan kedua hadits
tersebut, yakni hadits Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu 'anhu yang berisi
perintah untuk memegang pokok-pokok pohon (ashlu syajarah)? dengan
hadits 'Irbadh ini, maka terlihat makna yang sangat dalam. Yaitu perintah untuk
ber-iltizam pada As-Sunnah An-Nabawiyah dengan pemahaman Salafuna
As-Shalih Ridlwanalahu Ta'ala 'alaihim manakala muncul firqah-firqah sesat dan
hilangnya Jama'ah Muslimin serta Imamnya.
?
Kedua.
Di sini ditunjukkan pula bahwa lafadz
(an ta'adhdha bi ashli syajarah) dalam hadits Hudzaifah tersebut tidak
dapat diartikan secara dzahir hadits. Tetapi maknanya adalah perintah untuk
berpegang teguh, dan bersabar dalam memegang Al-Haq serta menjauhi firqah-firqah
sesat yang menyaingi Al-Haq. Atau bermakna bahwa pohon Islam yang rimbun
tersebut akan ditiup badai topan hingga mematahkan cabang-cabangnya dan tidak
tinggal kecuali pokok pohonnya saja yang kokoh. Oleh karena itu maka wajib
setiap muslim untuk berada di bawah asuhan pokok pohon ini walaupun harus
ditebus dengan jiwa dan harta. Karena badai topan itu akan datang lagi lebih
dahsyat.
?
Ketiga.
Oleh karena itu menjadi kewajiban
bagi setiap muslim untuk mengulurkan tangannya kepada kelompok (firqah) yang
berpegang teguh dengan pokok pohon itu untuk menghadapi kembalinya fitnah dan
bahaya bala. Kelompok ini seperti disabdakan beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam akan selalu ada dan akan selalu muncul untuk menyokong kebenaran hingga
yang terakhir dibunuh dajjal.
?
Tulisan ini disadur dan diringkas dari
kutaib yang berjudul "Qaulul Mubin fi Jama'atil Muslimin" karangan Salim bin
'Ied Al-Hilali, Penerbit Maktab Islamy Riyadh tanpa tahun, dan dimuat di majalah
As-Sunnah? edisi 07/1/1414-1993 hal. 8-13
Maraji'
|
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = Perintah Membaguskan Shalat]
Assalamu'alaikum wr.wb.
toggle quoted message
Show quoted text
Saya anggota baru group assunnah ini. Pernahkah dibahas hadits-hadits tentang sholat yakni bagaimana cara Nabi SAW mengerjakan sholat dan wudhu). Wassalam, NG -----Original Message-----
From: Y & R [mailto:yayat@...] Sent: Monday, January 03, 2000 9:51 PM To: assunnah@... Subject: [assunnah] Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = Perintah Membaguskan Shalat] PERINTAH MEMBAGUSKAN SHALAT Dan Ancaman Bagi YANG MELALAIKAN oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani _____ Sehubungan dengan bulan suci Ramadhan, maka kita dipanggil untuk menggunakan kesempatan ini buat memperbaiki ibadah kita, khususnya shalat Tarawih sehingga kita dapat mencapai target yaitu mendapat keampunan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Barangsiapa beribadah di (bulan) Ramadhan karena iman dan karena hendak mendapat ganjaran, niscaya diampunkan baginya apa-apa yang telah lalu dari dosanya". (Muttafaq 'alaihi). Dalam hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, telah memberi contoh sebagaimana yang disebutkan hadits 'Aisyah : "...... beliau shalat empat raka'at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya.....". Riwayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaguskan shalatnya, maksudnya memperbanyak/ memanjangkan bacaan-bacaan, thuma'ninah dalam gerakan serta khusyu'. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dibawah ini penulis kemukakan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah tersebut : "Artinya : Dari Abu Hurairah radyillahu 'anhum ia berkata : Bahwasanya seorang laki-laki telah masuk masjid dan shalat, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sisi masjid, maka ia datang (kepadanya) dan memberi salam kepadanya, maka ia menjawab salamnya sambil berkata : "Wa 'alaikas salaam", ulangi shalatmu karena sesungguhnya engkau belum shalat, maka ia kembali dan shalat kemudian memberi salam, ia berkata : "Wa 'alaikas salaam" kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau tidak/belum shalat, pada yang ketiga kali ia berkata : Ajarkanlah kepadaku, maka sabdanya : Apabila engkau akan melaksanakan shalat sempurnakanlah wudhu', kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah, dan bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an kemudian ruku'lah sehingga benar-benar ruku', kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau benar-benar berdiri, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah (tubuhnya) sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri, kemudian lakukan semua itu di shalatmu seluruhnya". Penjelasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari II:191,219 dan 222, II:31,467, Muslim II:10-11, dan selain keduanya. Maksud hadits ini shalat itu harus thuma'ninah, yaitu tenteram dalam gerakan, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk antara dua sujud dan lain sebagainya. "Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Badri ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak mendapat pahala shalat seseorang yang tidak meluruskan punggungnya dalam ruku' dan sujud". Penjelasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud I:136, Nasa'i I:167, Tirmidzi II:51, Ibnu Majah I:284, Ad-Daarimi I:304, Thahawi dalam Al-Musykil I:80, Thayalisi I:97, Ahmad IV:119 dan Daraquthni, Ia berkata : Sanad hadits ini SHAHIH. "Artinya : Dari Abi Hurarirah radyillahu 'anhum, ia berkata : Sesungguhnya sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya. Mereka bertanya : Hai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya". Penjelasan. Dikeluarkan oleh Hakim dan dishahkannya I:229 serta disepakati oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini juga mempunyai beberapa syahid di antaranya hadits Malik I:181 dari Nu'man Murrah, sanadnya Shahih Mursal, juga bagi Thayalisi I:97 dari Abi Sa'id dishahkan oleh Suyuthi dalam kitab "Tanwirul Hawalik". Maksud hadits ini, orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya di ibaratkan orang yang telh mencuri shalatnya. Dari 'Amr bin Ash dan Khalid bin Walid dan Syarhabil bin Hasanah serta Yazid bin Abi Sufyan, mereka berkata : "Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya, dan mematuk dalam sujudnya. Maka sabdanya : Seandainya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, maka ia mati bukan dalam millah Muhammad". Penjelasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Aajiry dalam kitab "Al-Arba'iin" dan Baihaqi II:89 dengan sanad yang Hasan. Mundziri berkata : Hadits ini juga diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dan juga Abu Ya'la dengan sanad yang Hasan serta Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. Hadits ini menerangkan bahwa mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujud seperti burung yang mematuk, berarti telah mengerjakan suatu amalan yang tidak di sukai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari Thalqi bin Ali radyillahu 'anhum ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak meluruskan tulang belakangnya diantara sujudnya dan ruku'nya". Penjelasan. Diriwayatkan oleh Ahmad IV:22, Thabrani dalam Al-Kabir dan Dhiya' Al-Muqaddasi dalam Al-Mukhtarah II:34 dengan sanad yang shahih. Hadits ini mempunyai syahid dalam Al-Musnad II:525. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa sanadnya baik. Perkataan "Allah tidak akan melihat itu" menunjukkan bahwa pekerjaan seperti itu tidak disukai. Hadits-hadits yang disebutkan di atas, terpakai sesuai dengan keumumannya, yaitu baik untuk shalat Fardhu atau Sunnah, siang atau malam, bahkan sebagian ulama seakan menekankan pada shalat Tarawih, seperti Imam Nawawi, beliau menyebutkan hadits-hadits tersebut pada "Bab Adzkaar Shalat Tarawih". Lihat Al-Adzkaar IV:297. Semoga dengan melaksanakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapat keampunan khususnya di bulan suci Ramadhan ini. Dikutip dari buku Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Abani rahimahullah Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail _____ Insya Allah menyusul : * Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas _____ Post Message assunnah@... <mailto:assunnah@...> Subscribe assunnah-subscribe@... <mailto:assunnah-subscribe@...> Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... <mailto:assunnah-unsubscribe@...> List owner assunnah-owner@... <mailto:assunnah-owner@...> _____ <> respond.com eGroups.com Home: <> www.egroups.com <> - Simplifying group communications |
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17= Perintah Membaguskan Shalat]
Suharyanto
开云体育Assalamu'alaikum wr.wb.
?
Anda dapat mengunjungi WebSite Al-Sofwah untuk melihat
hadits-hadts tentang shalat lengkap.
Rubrik Dakwah Khusus :
?
Wassalamu'alaikum wr.wb.
? ----- Original Message -----
From: <Dee.Ngudihadi@...>
To: <assunnah@...>
Sent: Monday, January 03, 2000 9:32 AM
Subject: [assunnah] Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam
[Masalah - 17= Perintah Membaguskan Shalat]
> Saya anggota baru group assunnah ini. Pernahkah dibahas hadits-hadits > tentang sholat yakni? bagaimana cara Nabi SAW mengerjakan sholat dan wudhu). > > Wassalam, > NG > > -----Original Message----- > From: Y & R [mailto:yayat@...] > Sent: Monday, January 03, 2000 9:51 PM > To: assunnah@... > Subject: [assunnah] Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = > Perintah Membaguskan Shalat] > > > ? > PERINTAH MEMBAGUSKAN SHALAT > Dan Ancaman Bagi > YANG MELALAIKAN > oleh > Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani > ? > ? _____? > > ? > ? > Sehubungan dengan bulan suci Ramadhan, maka kita dipanggil untuk menggunakan > kesempatan ini buat memperbaiki ibadah kita, khususnya shalat Tarawih > sehingga kita dapat mencapai target yaitu mendapat keampunan. Nabi > shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : > > "Artinya : Barangsiapa beribadah di (bulan) Ramadhan karena iman dan karena > hendak mendapat ganjaran, niscaya diampunkan baginya apa-apa yang telah lalu > dari dosanya". (Muttafaq 'alaihi). > > Dalam hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, telah memberi contoh > sebagaimana yang disebutkan hadits 'Aisyah : "...... beliau shalat empat > raka'at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya.....". Riwayat ini > menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaguskan > shalatnya, maksudnya memperbanyak/ memanjangkan bacaan-bacaan, thuma'ninah > dalam gerakan serta khusyu'. > ? > Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dibawah ini penulis kemukakan > hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah tersebut : > > "Artinya : Dari Abu Hurairah radyillahu 'anhum ia berkata : Bahwasanya > seorang laki-laki telah masuk masjid dan shalat, sedangkan Rasulullah > shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sisi masjid, maka ia datang > (kepadanya) dan memberi salam kepadanya, maka ia menjawab salamnya sambil > berkata : "Wa 'alaikas salaam", ulangi shalatmu karena sesungguhnya engkau > belum shalat, maka ia kembali dan shalat kemudian memberi salam, ia berkata > : "Wa 'alaikas salaam" kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau > tidak/belum shalat, pada yang ketiga kali ia berkata : Ajarkanlah kepadaku, > maka sabdanya : Apabila engkau akan melaksanakan shalat sempurnakanlah > wudhu', kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah, dan bacalah > apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an kemudian ruku'lah sehingga benar-benar > ruku', kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau benar-benar berdiri, > kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah (tubuhnya) > sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah dengan benar-benar > sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri, kemudian lakukan > semua itu di shalatmu seluruhnya". > > ? > Penjelasan. > Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari II:191,219 dan 222, II:31,467, Muslim > II:10-11, dan selain keduanya. > ? > Maksud hadits ini shalat itu harus thuma'ninah, yaitu tenteram dalam > gerakan, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk antara dua sujud dan lain > sebagainya. > ? > > "Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Badri ia berkata : Telah bersabda Rasulullah > shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak mendapat pahala shalat seseorang yang > tidak meluruskan punggungnya dalam ruku' dan sujud". > > Penjelasan. > Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud I:136, Nasa'i I:167, Tirmidzi II:51, > Ibnu Majah I:284, Ad-Daarimi I:304, Thahawi dalam Al-Musykil I:80, Thayalisi > I:97, Ahmad IV:119 dan Daraquthni, Ia berkata : Sanad hadits ini SHAHIH. > ? > > "Artinya : Dari Abi Hurarirah radyillahu 'anhum, ia berkata : Sesungguhnya > sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya. Mereka bertanya > : Hai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak > menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya". > > Penjelasan. > Dikeluarkan oleh Hakim dan dishahkannya I:229 serta disepakati oleh > Adz-Dzahabi. Hadits ini juga mempunyai beberapa syahid di antaranya hadits > Malik I:181 dari Nu'man Murrah, sanadnya Shahih Mursal, juga bagi Thayalisi > I:97 dari Abi Sa'id dishahkan oleh Suyuthi dalam kitab "Tanwirul Hawalik". > ? > Maksud hadits ini, orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya di > ibaratkan orang yang telh mencuri shalatnya. > ? > Dari 'Amr bin Ash dan Khalid bin Walid dan Syarhabil bin Hasanah serta Yazid > bin Abi Sufyan, mereka berkata : > > "Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melihat seorang > laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya, dan mematuk dalam sujudnya. Maka > sabdanya : Seandainya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, maka ia mati > bukan dalam millah Muhammad". > > Penjelasan. > Hadits ini diriwayatkan oleh Aajiry dalam kitab "Al-Arba'iin" dan Baihaqi > II:89 dengan sanad yang Hasan. Mundziri berkata : Hadits ini juga > diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dan juga Abu Ya'la dengan > sanad yang Hasan serta Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. > ? > Hadits ini menerangkan bahwa mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan > sujud seperti burung yang mematuk, berarti telah mengerjakan suatu amalan > yang tidak di sukai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. > ? > Dari Thalqi bin Ali radyillahu 'anhum ia berkata : Telah bersabda Rasulullah > shallallahu 'alaihi wa sallam. > > "Artinya : Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak > meluruskan tulang belakangnya diantara sujudnya dan ruku'nya". > > Penjelasan. > Diriwayatkan oleh Ahmad IV:22, Thabrani dalam Al-Kabir dan Dhiya' > Al-Muqaddasi dalam Al-Mukhtarah II:34 dengan sanad yang shahih. Hadits ini > mempunyai syahid dalam Al-Musnad II:525. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa > sanadnya baik. > ? > Perkataan "Allah tidak akan melihat itu" menunjukkan bahwa pekerjaan seperti > itu tidak disukai. > ? > Hadits-hadits yang disebutkan di atas, terpakai sesuai dengan keumumannya, > yaitu baik untuk shalat Fardhu atau Sunnah, siang atau malam, bahkan > sebagian ulama seakan menekankan pada shalat Tarawih, seperti Imam Nawawi, > beliau menyebutkan hadits-hadits tersebut pada "Bab Adzkaar Shalat Tarawih". > Lihat Al-Adzkaar IV:297. > ? > Semoga dengan melaksanakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi > shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapat keampunan khususnya di > bulan suci Ramadhan ini. > ? > Dikutip dari buku > Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at > Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Abani rahimahullah > Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail > ? > ? _____? > > ? > Insya Allah menyusul : > > * Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas > > ? > ? _____? > > Post Message assunnah@... <mailto:assunnah@...> > Subscribe assunnah-subscribe@... > <mailto:assunnah-subscribe@...> > Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... > <mailto:assunnah-unsubscribe@...> > List owner assunnah-owner@... <mailto:assunnah-owner@...>? > ? _____? > > ?<> respond.com > > eGroups.com Home: > <> > <>? - Simplifying group communications > > > > ------------------------------------------------------------------------ > Post Message assunnah@... > Subscribe assunnah-subscribe@... > Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... > List owner assunnah-owner@... > > ------------------------------------------------------------------------ > At Esurance.com you can buy customized insurance online. Call 1-800-926-6012 and complete a quote today to start saving money tomorrow or just go to > > > -- Create a poll/survey for your group! > -- > > > |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = Perintah Membaguskan Shalat]
Y & R
开云体育?
PERINTAH MEMBAGUSKAN SHALAT
Dan Ancaman Bagi
YANG MELALAIKAN
oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani
?
? ?
Sehubungan dengan bulan suci Ramadhan, maka
kita dipanggil untuk menggunakan kesempatan ini buat memperbaiki ibadah
kita, khususnya shalat Tarawih sehingga kita dapat mencapai target yaitu
mendapat keampunan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Barangsiapa beribadah di (bulan) Ramadhan karena iman dan karena hendak mendapat ganjaran, niscaya diampunkan baginya apa-apa yang telah lalu dari dosanya". (Muttafaq 'alaihi). Dalam hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, telah
memberi contoh sebagaimana yang disebutkan hadits 'Aisyah : "...... beliau
shalat empat raka'at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya.....".
Riwayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
membaguskan shalatnya, maksudnya memperbanyak/ memanjangkan bacaan-bacaan,
thuma'ninah dalam gerakan serta khusyu'.
?
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dibawah ini penulis
kemukakan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah tersebut :
"Artinya : Dari Abu Hurairah radyillahu 'anhum ia berkata : Bahwasanya seorang laki-laki telah masuk masjid dan shalat, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sisi masjid, maka ia datang (kepadanya) dan memberi salam kepadanya, maka ia menjawab salamnya sambil berkata : "Wa 'alaikas salaam", ulangi shalatmu karena sesungguhnya engkau belum shalat, maka ia kembali dan shalat kemudian memberi salam, ia berkata : "Wa 'alaikas salaam" kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau tidak/belum shalat, pada yang ketiga kali ia berkata : Ajarkanlah kepadaku, maka sabdanya : Apabila engkau akan melaksanakan shalat sempurnakanlah wudhu', kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah, dan bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an kemudian ruku'lah sehingga benar-benar ruku', kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau benar-benar berdiri, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah (tubuhnya) sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri, kemudian lakukan semua itu di shalatmu seluruhnya". ?
Penjelasan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari II:191,219 dan 222,
II:31,467, Muslim II:10-11, dan selain keduanya. ?
Maksud hadits ini shalat itu harus thuma'ninah, yaitu
tenteram dalam gerakan, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk antara dua
sujud dan lain sebagainya.
?
"Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Badri ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak mendapat pahala shalat seseorang yang tidak meluruskan punggungnya dalam ruku' dan sujud". Penjelasan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud I:136, Nasa'i I:167, Tirmidzi II:51,
Ibnu Majah I:284, Ad-Daarimi I:304, Thahawi dalam Al-Musykil I:80, Thayalisi
I:97, Ahmad IV:119 dan Daraquthni, Ia berkata : Sanad hadits ini SHAHIH.
?
"Artinya : Dari Abi Hurarirah radyillahu 'anhum, ia berkata : Sesungguhnya sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya. Mereka bertanya : Hai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya". Penjelasan.
Dikeluarkan oleh Hakim dan dishahkannya I:229 serta
disepakati oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini juga mempunyai beberapa syahid di
antaranya hadits Malik I:181 dari Nu'man Murrah, sanadnya Shahih Mursal, juga
bagi Thayalisi I:97 dari Abi Sa'id dishahkan oleh Suyuthi dalam kitab
"Tanwirul Hawalik".
?
Maksud hadits ini, orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan
sujudnya di ibaratkan orang yang telh mencuri shalatnya.
?
Dari 'Amr bin Ash dan Khalid bin Walid dan Syarhabil bin
Hasanah serta Yazid bin Abi Sufyan, mereka berkata :
"Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya, dan mematuk dalam sujudnya. Maka sabdanya : Seandainya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, maka ia mati bukan dalam millah Muhammad". Penjelasan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Aajiry dalam kitab "Al-Arba'iin" dan
Baihaqi II:89 dengan sanad yang Hasan. Mundziri berkata : Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dan juga Abu Ya'la dengan sanad
yang Hasan serta Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya.
?
Hadits ini menerangkan bahwa mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan
sujud seperti burung yang mematuk, berarti telah mengerjakan suatu amalan yang
tidak di sukai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
?
Dari Thalqi bin Ali radyillahu 'anhum ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak meluruskan tulang belakangnya diantara sujudnya dan ruku'nya". Penjelasan.
Diriwayatkan oleh Ahmad IV:22, Thabrani dalam Al-Kabir dan Dhiya'
Al-Muqaddasi dalam Al-Mukhtarah II:34 dengan sanad yang shahih. Hadits ini
mempunyai syahid dalam Al-Musnad II:525. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa sanadnya
baik.
?
Perkataan "Allah tidak akan melihat itu" menunjukkan bahwa
pekerjaan seperti itu tidak disukai.
?
Hadits-hadits yang disebutkan di atas, terpakai sesuai dengan keumumannya,
yaitu baik untuk shalat Fardhu atau Sunnah, siang atau malam, bahkan sebagian
ulama seakan menekankan pada shalat Tarawih, seperti Imam Nawawi, beliau
menyebutkan hadits-hadits tersebut pada "Bab Adzkaar Shalat Tarawih".
Lihat Al-Adzkaar IV:297.
?
Semoga dengan melaksanakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapat keampunan khususnya di bulan
suci Ramadhan ini.
?
Dikutip dari buku Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at
Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Abani
rahimahullah
Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail
? ? Insya Allah menyusul
:
?
|
Re : Tanya Kajian di Masjid Astra
Assalamualaikum Wr.Wb.
Lokasi masjid ASTRA jakarta ada dijalan Yos sudarso dekat plumpang TG. Priok. Untuk lengkapnya saya kurang tahu. Terima Kasih. Waalaikumsalam Wr. Wb. ------------ < Original Message > ------------ Subject : [assunnah] Tanya Kajian di Masjid Astra Sent by : assunnah@... Date : 6/13/2005 9:55:33 AM To : assunnah@... Assalamu'alaikum afwan., ana blum tahu lokasi masjid astra di jakarta. di mana lokasi tepatnya dan alamat lengkapnya. |
Informasi Kaset mengenai Shifat Wudlu dan Shifat Shalat Nabi SAW
Y & R
开云体育?
Untuk Ng,
?
ML assunnah belum membahas hadits-hadits masalah
shalat.
?
Namun untuk mengetahui bagaimana shifat
wudlu dan shifat shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, silahkan antum
beli kaset mengenai masalah tersebut [kaset No. 60 dan No. 61], Insya Allah
dengan memiliki kaset tersebut, bisa membantu kita untuk mengetahui dan
mengikuti cara-cara wudlu dan shalatnya Nabi shallallhu 'alaihi wa
sallam.
?
?
Dan untuk mengetahui masalah-masalah
lainnya, bisa lihat list dibawah ini.
?
-------------
?
?
KATA PENGANTAR
?
Dalam edisi khusus ini, ML assunah bekerja
sama dengan TASJILAT AT-TAQWA BOGOR, menyajikan informasi kaset-kaset ceramah
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas, kaset tersebut bisa anda miliki sebagai bagian
dari koleksi perpustakaan pribadi yang sangat bermanfa'at.
?
CARA PEMBELIAN
Pemesanan kaset bisa dialamatkan kepada ana_yr@... dan yayat@... atau via surat dengan
alamat ; HERMAWAN - Tasjilat At-Taqwa Bogor, Jl. Anggada 2 No. 10 Bumi Indra
Prasta - Bantarjati Bogor, 16153. Telp. 0821062171.
?
Tulis dengan jelas qty dan judul kaset yang
dipesan.
?
CARA
PEMBAYARAN
Pembayaran bisa dilakukan dengan
transfer? kepada HERMAWAN No. 095-0212021 BCA-BOGOR.
?
PENGIRIMAN
Setiap pembelian kaset akan dikirim langsung
ke tujuan di seluruh Indonesia, inysa Allah, untuk? itu tulis alamat
lengkap anda. [ dan untuk teman-teman yang pesan dan berada di luar INA, teknis
pengiriman sedang dipikirkan].
?
? TASJILAT AT-TAQWA BOGOR
Berusaha Memahami Islam Berdasarkan
Al-Qur'an & As-Sunnah
Menurut Pemahaman Ahlus-Sunnah wal
Jama'ah
?
? Daftar Kaset Ceramah Ustadz Yazid
Abdul Qadir Jawas
?
? ?
|
Menepis Keraguan Islam Politik
Suharyanto
开云体育Menepis Keraguan Islam Politik
?
Resensi: Kaum sekuler alergi jika agama
dicampuradukkan dengan urusan
politik. Padahal, politik menurut perspektif syariah justru mencakupi seluruh kehidupan manusia. ?
Yusuf Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara dalam
Perspektif Islam
?
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999, Cet. I, 295
halaman
?
Kemenangan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur
sebagai presiden ke-4 RI, tak
bisa dimungkiri sebagai pertanda mulai berseminya ukhuwah Islamiah. Pandangannya yang kosmopolit dan universal diyakini mampu membawa kemajuan bangsa. Sebaliknya, kekalahan kaum nasionalis dinilai sebagai "kehancuran" Islamfobia, sekaligus membuka lorong pengakuan hak-hak kaum muslimin yang selama ini telah termarginalkan. ?
Namun, naiknya Gus Dur ke tampuk pimpinan negara
ternyata masih dipandang
penuh curiga. Bukankah Gus Dur adalah pemimpin Nahdhatul Ulama, kelompok Islam kultural yang lahir dari lingkungan madrasah dan pesantren. Mereka mewakili kalangan ulama tradisional konservatif, yang nyaris tak pernah bersentuhan dengan idiom negara modern. Para ulama NU cenderung kaku dalam menerapkan aturan yang dipandang "Islami". ?
Gus Dur pribadi memang telah membuktikan dirinya
kosmopolit dan moderat.
Namun, naiknya para tokoh Islam dalam tampuk kepemimpinan negara dipandang rentan terhadap pemarginalan kelompok nonmuslim. Apakah pemerintahan Islam ini tidak bakal menyulut gelombang legislasi hukum Islam? Kalau benar, tentu ini tidak bisa diterima kalangan nonmuslim yang telanjur basah mencurigai rigiditas hukum Islam. ?
Dalam konteks itu, kesesatan berpikir semacam
inilah yang hendak diluruskan
Yusuf Qardhawy. Lewat bukunya ini--judul asli: As-Siyasah Asy-Syar`iyah Fi Dhau' Nushush Asy-Syari`ah wa Maqasidhiha--intelektual muslim kondang tersebut menunjukkan betapa pemerintahan Islam menjunjung tinggi kesetaraan dan hak asasi manusia. ?
Politik menurut perspektif syariah, kata Qardhawy,
bukan sesuatu yang
statis, jumud, dan tertutup rapat. Tapi, justru dinamis dan membuka koridor pembaruan pemikiran berdasarkan ijtihad untuk masalah-masalah furuiah. Politik menurut perspektif syariah juga terbuka untuk inovasi dan kreasi sistem dan alat yang menggambarkan nilai-nilai luhur dinamika perubahan pemikiran. ?
Hingga kini, penolakan keyakinan "Islam adalah
agama dan politik", yang
didalangi kaum sekuler kian meluas. Mereka yakin, pencampuradukan agama dan politik menyebabkan kehancuran. Tak ada agama dalam politik dan tak ada politik dalam agama. Padahal, kata Qardhawy, Islam adalah akidah dan syariah, agama dan daulah, kebenaran dan kekuatan, ibadah dan kepemimpinan, serta mushhaf dan pedang. ?
Saat rezim Orde Baru muncul, golongan politik
sepakat "modernisasi" adalah
obat mujarab untuk mengobati keterpurukan situasi ekonomi bangsa. Polemik timbul, apakah sistem politik Indonesia harus berorientasi ideologis ataukah berorientasi program. Para cendekiawan sekuler menganggap kekuatan Islam merupakan kendala bagi modernisasi. Buktinya, sistem multipartai berdasarkan ideologi justru menyebabkan instabilitas politik Indonesia. Politik berdasarkan syariah akhirnya cuma sekadar kenangan manis pemerintahan Islam abad pertengahan yang tak mungkin muncul di tengah gempita modernisasi. ?
Keraguan politik berdasarkan syariah seperti inilah
yang memaksa Qardhawy
membuat pertanyaan besar. "Apa yang dimaksudkan dengan syariah, yang kemudian menjadi pangkal tolak dan sandaran politik sehingga politik itu harus syari`yah dalam arti sebenarnya?" Menurut dia, syariah bukan sekadar himpunan pendapat para fuqaha muta'akhirin, cermin ketaklidan pada mazhab, yang membatukan akal Islami dan membungkam kreativitas pemikiran. ?
Satu contoh diberikan Qardhawy. Rasulullah pernah
membunuh sekian banyak
tawanan perang yang kejahatannya terhadap orang muslim terlalu banyak. Tapi beliau mengharuskan pembebasan (pemaafan) tawanan musuh jika musuh membebaskan tawanan orang muslim di tangan mereka. Maka sebenarnya Islamlah yang pertama kali menganjurkan dan menerapkan cara pembebasan tawanan. ?
Dalam buku ini, Qardhawy membedah tuntas
prinsip-prinsip politik,
pemerintahan, dan hukum menurut syariah. Ia menawarkan wacana baru bernegara sesuai syariah Islam. Juga merobohkan prasangka rigiditas politik berdasarkan syariah. Sayang, ia kurang mengungkap hubungan antara rakyat dan pemerintah yang sebenarnya justru merupakan kunci keberhasilan terbentuknya masyarakat madani. ?
Elly Burhaini Faizal
PANJI NO. 30 TH III. 10 NOVEMBER 1999 ================ Fw by adi. ------------------------------------------------------------------ ?Padhang mBulan Net - Padhang mBulan mailing list ---------------------------------------------------------------------------- ----------- ?Untuk registrasi, kirim email dengan subject dan body message kosong ke: ?padhang-mbulan-subscribe@... <mailto:padhang-mbulan-subscribe@...> ?Untuk pengunduran diri, kirim email dengan subject dan body message kosong ke: ?padhang-mbulan-unsubscribe@... <mailto:padhang-mbulan-unsubscribe@...> ?Informasi : padhang-mbulan-owner@... <mailto:padhang-mbulan-owner@...> ?
?
?
?
|
mencari lailatul qadar
selamat hari raya
From: "Concorde" <concorde@...>
Mencari malam Lailatul QadarKini minggu terakhir Ramadan. Satu perkara yang sering diperkatakan dalam minggu terakhir Ramadan setiap tahun oleh umat Islam ialah mengenai malam al-Qadar yang sering disebut sebagai "Lailatul Qadar". Seperti mana yang dimaklumi, malam al-Qadar penuh keberkatan di si si Allah SWT. Ia mempunyai banyak keistimewaan dan kelebihan dan disebut sebagai malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan. Ini seperti mana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam surah al- Qadar ayat 1-6 yang bermaksud, "Sesungguhnya kami menurunkan al-Quran pada malam al-Qadar. Apakah yang dimaksudkan malam al-Qadar itu? "Malam al-Qadar adalah malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan. Turunlah malaikat dan rohnya dengan izin Allah. Selamatlah malam itu hingga terbit fajar." Pada umumnya sudah banyak diperjelaskan sama ada secara tulisan atau lisan (ceramah, forum, bengkel atau seminar) mengenai kelebihan, fadilat, sejarah peristiwa dan gandaan pahala amalan ketika malam berkenaan. Namun, apa yang jelas daripada segala penerangan sama ada tulisan atau lisan, ternyata pada umumnya umat Islam tidak tahu bilakah tarikh atau masa yang tepat bagi memastikan malam al-Qadar. Antara ketentuan yang diperakukan oleh ulama mengenai malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan itu kemungkinan jatuh pada tarikh berikut: - Pada malam 17 Ramadan; atau - Pada malam ganjil mulai dari 10 hari yang terakhir pada Ramadan. Selain itu, banyak sekali hadis yang menyarankan umat Islam supaya mencari malam al-Qadar. Antara hadis yang dapat dikutip dalam kitab fikh yang memperkatakan suruhan atau amalan untuk 'menemui' malam al-Qadar menyebut: i. Dalam Sunah, Abu Daud, Ibn Mas'ud menyatakan, "carilah malam al-Qadar pada malam 17 Ramadan..."; ii. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, "cari lah dengan sedaya upaya malam al-Qadar pada malam ganjil dari 10 malam yang terakhir pada Ramadan"; iii, Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim daripada Ibn Umar, Rasulullah menyebut, "Saya melihat mimpimu bersepakat menetapkan bahawa Lailatul Qadar pada tujuh malam terakhir. Maka sesiapa yang hendak mencari Lailatul Qadar, carilah pada malam tujuh yang terakhir"; iv. Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibn Umar, Rasulullah bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada 10 ma lam terakhir, jika seseorang kamu mencari maka janganlah kamu kalah dalam mencari pada tujuh malam terakhir"; dan v. Bagi al-Qurtubi, seorang ulama menyatakan bahawa, jumhur ulama berpendapat bahawa Lailatul Qadar adalah pada malam 27 Ramadan. Ini berdasarkan Rasulullah SAW bersabda, malam al-Qadar adalah malam 27 Ramadan". Berdasarkan maksud hadis itu ternyata tidak disebutkan dengan jelas tarikh Lailatul Qadar yang tepa t. Apakah hikmah di sebalik rahsia tarikh atau masa sebenar Lailatul Qadar? Menurut Prof Dr T M Hasbi Ash Shiddeqy dalam bukunya Pedoman Puasa, beberapa ulama sependapat bahaw a tarikh berkenaan dirahsiakan supaya umat Islam benar-benar beriman, bertaqwa dan ikhlas beribadat serta berusaha untuk mendapatkannya. Selain itu, dalam konteks yang sama beberapa ulama Salaf memberi beberapa pandangan mengenai hikmah merahsiakan beberapa urusan agama kerana ada kebaikan dan kepentingan di sebaliknya. Antaranya ada lah: - Allah menyembunyikan Lailatul Qadar dalam beberapa malam supaya kita menghidupkan malam-malam itu dengan ibadat dan amalan; - Allah menyembunyikan saat 'ijabah' (saat doa dimakbulkan Allah) pada Jumaat supaya kita sentiasa berdoa sepanjang hari; - Allah menyembunyikan amalan maksiat yang paling dikutuk atau dibenci bagi memastikan supaya kita menghindari segala maksiat; - Allah menyembunyikan waktu kedatangan kiamat supaya kita sentiasa beringat, berwaspada dan sentiasa beriman, bertakwa dan beramal baik; dan - Allah menyembunyikan ajal manusia supaya kita sentiasa beramal dan taat kepadaNya. Semoga pada tahun ini, Allah akan memberikan kita kekuatan untuk melakukan ibadat dalam usaha kita menemui malam yang telah disebutkanNya sebagai malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan. Insya-Allah. ------------------------------------------- Laman web jihad di chechnya : Rasulullah saw bersabda maksudnya: "Siapa yang menjurusi satu jalan untuk mencari ilmu nescaya Allah akan mempermudahkan padanya jalan ke syurga." (Sahih Muslim) Zikir harian anjuran Iman Al Ghazali Jumaat - Ya Allah Sabtu - Laa ila ha il lallah (Tiada Tuhan melainkan Allah) Ahad - Yaa Hayyu Yaa Qayyum (Ya Allah yang maha hidup lagi berdiri dengan sendirinya) Isnin - La hawla wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim (Tidak ada upaya dan kekuatan melainkan dengan kuasa Allah yang maha tinggi dan maha besar) Selasa - Allahumma shalli 'ala saiyidina Muhammad (Ya Allah rahmatilah ke atas Nabi Muhammad s.a.w) Rabu - Astaghfirullahal-'azhim (Aku mohon ampun kepada Allah yang maha besar) Khamis - Subhanallahil-'azhimi wa bihamdih (Maha suci Allah yang maha besar dan pujian kepadaNya) Dipetik dari Buku Amalan harian Sepanjang Zaman Moga Ada Manfaat Lenggang Kangkung Mailing List Untuk Melanggan Lenggang Kangkung List -> Hantar email kosong to: lk-subscribe@... (Free) Untuk Berhenti Melanggan -> Hantar email kosong to: lk- unsubscribe@... Laman Web Lenggang Kangkung : |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 18 = Makna Idul Fithri/Adha]
Y & R
开云体育?MAKNA IDUL FITHRI/ADHA
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
? ?
Pada setiap kali menjelang Idul
Fithri seperti sekarang ini (Ramadhan 1412 H 1*)atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari
para Khotib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu
ma'nanya -menurut persangkaan mereka- ialah kembali kepada FITRAH, yakni kita
kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa
kita ..?
?
Penjelasan mereka di atas, adalah BATIL baik ditinjau dari
lughoh/bahasa ataupun Syara'/Agama. Kesalahan tersebut dapat kami maklumi
-meskipun umat tertipu- karena sebagian dari para khotib tersebut tidak punya
keahlian dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk
menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu
Ta'ala.
?
Pertama :
"Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz FITHRU/ IFTHAAR artinya menurut bahasa = BERBUKA (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi IDUL FITHRI artinya HARI RAYA BERBUKA PUASA. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah sebulan kita berpuasa. Sedangkan FITHRAH tulisannya sebagai berikut [FA-THAA-RA-] dan [TA MARBUTHOH]? bukan [FA-THAA-RA]". ?
Kedua :
"Adapun kesalahan mereka menurut Syara' telah datang hadits yang menerangkan bahwa IDUL FITHRI itu ialah HARI RAYA KITA KEMBALI BERBUKA PUASA. "Artinya :Dari Abi Hurairah (ia berkata), sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda. "Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari KAMU BERBUKA. Dan (Idul) Adha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan korban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan". SHAHIH. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan sanadnya di kitab saya "Riyadlul Jannah" No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi. Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni : "Artinya : Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka". Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah : "Artinya : (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adha pada hari kamu menyembelih hewan". Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud: "Artinya : Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan". Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas
menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak
berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan
terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk
mendirikan shalat I'ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan
hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama.
?
Itulah arti Idul Fithri...! Demikian pemahaman dan keterangan
ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka. Jadi artinya bukan
"kembali kepada fithrah", karena kalau demikian niscaya terjemahan
hadits menjadi : "Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci
!!!.
?
Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali
orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil sunnah dan
lughoh/bahasa.
?
Adapun makna sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa
puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri dan
Adha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha bersama-sama kaum
muslimin (berjama'ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga
berpecah belah sesama kaum muslimin seperti kejadian pada tahun ini
(1412H/1992M).
?
Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan
hadits ini yang maknanya :
"Artinya : Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama'ah dan bersama-sama orang banyak". Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat.
Aamiin ..!!!
?
? ------
1*? Makalah ini dibuat pada tahun 14112 H/1992
M
?
? Insya Allah menyusul
:
?
|
Re: [abim-online] PENTING & HATI-HATI:Virus Explorezip.worm
Md Nasir Ibrahim
Assalamualaikum wmt. wbt.
Saya harap tuan-tuan dan puan-puan berhati-hati dengan email yang mengandungi perkataan yang berikut: "I received your email and I shall send you a reply ASAP. Till then, take a look at the attached zipped file" Saya amat kesal kerana salah seorang daripada ahli kita yang menggunaan nama Megat Mohd Mokhtar b. Megat Ahmad telah cuba menganiaya sesama kita dengan menghantar email yang mengandungi virus yang sangat merbahaya, lebih bahaya daripada virus Melissa. Kalau tuan-tuan menerima email yang mengandungi ayat di atas, sila delete dan jangan cuba membukanya. Untuk maklumat lanjut tentang virus tersebut, sila kunjungi laman web di alamat Semoga Allah memberi balasan yang setimpal kepada Megat Mohd Mokhtar b. Megat Ahmad dan mereka yang cuba dan suka menyusahkan orang lain. Sekian, Wassalam. M. Nasir -- Please click at the following address: |