Keyboard Shortcuts
ctrl + shift + ? :
Show all keyboard shortcuts
ctrl + g :
Navigate to a group
ctrl + shift + f :
Find
ctrl + / :
Quick actions
esc to dismiss
Likes
Search
[Masalah - 61 = Hadits Hudzaifah Radhiyallahu Anhu]
开云体育HADITS HUDZAIFAH RADHIYALLAHU TA'ALA?'ANHU
?
Oleh
Syaikh Salim bin 'Ied
Al-Hilali
?
Nash
Hadits.
?
Makna
Hadits
?
[1].???
Mengenali Sabilul Mujrimin adalah kewajiban Syar'i.
Perlu diketahui bahwa Manhaj Rabbani
yang abadi yang tertuang dalam uslub Qur'ani yang diturunkan ke hati Penutup
Para Nabi tersebut tidak hanya mengajarkan yang haq saja untuk mengikuti jejak
orang-orang beriman (sabilul Mu'minin). Akan tetapi juga membuka kedok
kebathilan dan menyingkap kekejiannya supaya jelas jalannya orang-orang yang
suka berbuat dosa (sabilul Mujrimin) Allah berfirman.
Yang demikian itu karena
istibanah (kejelasan) jalannya orang-orang yang suka berbuat dosa
(sabilul Mujrimin) secara langsung berakibat pada jelasnya pula
sabilul mu'minin. Oleh karena itu istibanah (kejelasan)
sabilul Mujrimin merupakan salah satu sasaran dari beberapa sasaran
penjelasan ayat-ayat Rabbani. Karena ketidakjelasan sabilul Mujrimin
akan berakibat langsung pada keraguan dan ketidakjelasan sabilul
Muminin. Oleh karena itu, menyingkap rahasia kekufuran dan kekejian adalah
suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk menjelaskan keimanan, kebaikan dan
kemaslahatan.
?
Ada sebagian cendikiawan syair
menyatakan.
Hakikat inilah yang dimengerti oleh
generasi pertama umat ini -Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu 'anhu. Maka ia
berkata : "Manusia bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan
aku bertanya tentang keburukan, karena khawatir akan terjebak di
dalamnya".
?
[2].???
Kekokohan Kita Dihancurkan Dari Dalam
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda berkenan dengan keinginan kaum kafir untuk membinasakan
kaum muslimin dan Islam, seperti yang dinyatakan dalam hadits Tsaubah
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan
bahwa :
Akan tetapi kekhususan tersebut
dibatasi oleh sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Tsauban
yang lalu, yang menyatakan : "Allah akan mencabut rasa takut musuh-musuhmu
terhadap kalian ...".
?
Dari hadits ini mengertilah
kita bahwa kekuatan umat Islam bukanlah terletak pada jumlah dan perbekalannya,
atau pada artileri dan logistiknya. Akan tetapi kekuatannya terletak pada
aqidahnya. Seperti yang kita saksikan ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab pertanyaan yang berkenan dengan jumlah, maka beliau jawab :
"Bahkan ketika itu kalian banyak sekali, akan tetapi kalian seperti buih di
atas aliran air".
?
Kemudian apa yang menjadikan "pohon
yang akarnya menghujam ke bumi dan cabangnya menjulang ke langit" itu seperti
buih yang mengambang di atas air ?
?
Sesungguhnya racun yang meluruhkan
kekuatan kaum muslimin dan melemahkan gerakannya serta merenggut barakahnya
bukanlah senjata dan pedang kaum kafir yang bersatu untuk membuat makar terhadap
Islam, para pemeluknya dan negeri-negerinya. Akan tetapi adalah racun yang
sangat keji yang mengalir dalam jasad kaum muslimin yang disebut oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai "Dakhanun" Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari XIII/36 mengartikannya dengan "hiqd
(kedengkian), atau daghal (penghianatan dan makar), atau
fasadul qalb (kerusakan hati). Semua itu mengisyaratkan bahwa kebaikan
yang datang setelah keburukan tersebut tidak murni, akan tetapi keruh. Dan Imam
Nawawi dalam syarh Shahih Muslim XII/236-237, mengutip perkataan Abu
'Ubaid yang menyatakan bahwa arti dakhanun adalah seperti yang disebut
dalam hadits lain.
Sedangkan makna aslinya adalah
apabila warna kulit binatang itu keruh/suram. Maka seakan-akan mengisyaratkan
bahwa hati mereka tidak bening dan tidak mampu membersihkan antara yang satu
dengan yang lain. Kemudian berkata Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah XV/15
: Bahwa sabda beliau : "Dan didalamnya ada Dakhanun, yakni tidak
ada kebaikan murni, akan tetapi didalamnya ada kekeruhan dan kegelapan". Adapun
Al 'Adzimul Abadi dalam ' Aunil Ma'bud XI/316 menukil perkataan Al-Qari
yang berkata : "Asal kata dakhanun adalah kadurah (kekeruhan)
dan warna yang mendekati hitam. Maka hal ini mengisyaratkan bahwa kebaikan
tersebut tercemar oleh kerusakan (fasad)".
?
Dan sesungguhnya penanam racun yang
keji dan menjalar di kalangan umat ini tidak lain adalah oknum-oknum dari dalam
sendiri. Seperti yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Mereka adalah dari kalangan bangsa kita dan berbahasa dengan bahasa
kita".? Berkata Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Fathul Bari
XIII/36 : "Yakni dari kaum kita, berbahasa seperti kita dan beragama dengan
agama kita. Ini mengisyaratkan bahwa mereka adalah bangsa Arab". Sedangkan
Al-Qabisi menyatakan -seperti dinukil oleh Ibnu Hajar- secara lahir maknanya
adalah bahwa mereka adalah pemeluk dien (agama) kita, akan tetapi
batinnya menyelisihi. Dan kulit sesuatu adalah lahirnya, yang pada hakikatnya
berarti penutup badan". Mereka mempunyai sifat seperti yang dikatakan dalam
hadits riwayat Muslim.
Yakni mereka memberikan
harapan-harapan kepada manusia berupa mashalih (pembangunan),
siyadah (kepemimpinan) dan istiqlal? (kemerdekaan dan
kebebasan) .. dan umat merasa suka dengan propaganda mereka. Untuk itu mereka
mengadakan pertemuan-pertemuan, muktamar-muktamar dan diskusi-diskusi. Oleh
sebab itu mereka diberi predikat sebagai da'i atau du'at -dengan dlamah pada
huruf dal- merupakan bentuk jama' dari da'a yang berarti sekumpulan orang yang
melazimi suatu perkara dan mengajak serta menghasung manusia untuk menerimanya.
[Lihat 'Aunil Ma'bud XI/317].
?
[3].?? Jama'ah
Minal Muslimin Dan Bukan Jama'ah Muslimin/'Umm.
Kalau kita mengamati kenyataan, maka
kita akan melihat bahwa faham hizbiyah (kelompok) telah mengalir di
dalam otak sebagian besar kelompok yang menekuni medan da'wah ilallah,
dimana seolah-olah tidak ada kelompok lain kecuali kelompoknya, dan
menafikan kelompok lain di sekitarnya. Persoalan ini terus berkembang, sehingga
ada sebagian yang menda'wahkan bahwa merekalah Jama'ah Muslimin/Jama'ah
'Umm (Jama'ah Induk) dan pendirinya adalah imam bagi seluruh kaum muslimin,
serta mewajibkan berba'iat kepadanya. Selain itu mereka mengkafirkan sawadul
a'dzam (sebagian besar) muslimin, dan mewajibkan kelompok lain untuk
bergabung dengan mereka serta berlindung di bawah naungan bendera
mereka.
?
Kebanyakan mereka lupa, bahwa mereka
bekerja untuk mengembalikan kejayaan Jama'atul Muslimin. Kalaulah Jama'atul
Muslimin dan imam-nya itu masih ada, maka tidaklah akan terjadi
ikhtilaf? dan perpecahan ini dimana Allah tidak menurunkan sedikit
pun keterangan tentangnya.
?
Sebenarnya para pengamal untuk Islam
itu adalah Jama'ah minal muslimin (kumpulan sebagian dari muslimin) dan
bukan Jama'atul?Muslimin atau Jama'atul 'Umm (Jama'ah
Induk). karena kaum muslimin sekarang ini tidak mempunyai Jama'ah ataupun
Imam.
?
Ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwa
yang disebut Jama'ah Muslimin adalah yang tergabung didalamnya seluruh kaum
muslimin yang mempunyai imam yang melaksanakan hukum-hukum Allah. Adapun jama'ah
yang bekerja untuk mengembalikan daulah khilafah , mereka adalah
jama'ah minal muslimin yang wajib saling tolong menolong dalam
urusannya dan menghilangkan perselisihan yang ada diantara individu supaya ada
kesepakatan di bawah kalimat yang lurus dalam naungan kalimat
tauhid.
?
Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimaullah
dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari Rahimahullah
yang menyatakan : "Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa Jama'ah adalah
Sawadul A'dzam. Kemudian diceritakan dari? Ibnu Sirin dari Abi
Mas'ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika
'Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama'ah, karena Allah tidak akan
mengumpulkan umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan
dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia
berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah sati
firqah. Hindarilah semua firqah itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh
ke dalam keburukan".
?
[4].?Mejauhi Semua
Firqah
Dinyatakan dalam hadits Hudzaifah
tersebut supaya menjauhi semua firqah jika kaum muslimin tidak mempunyai jama'ah
dan tidak pula imam pada hari terjadi keburukan dan fitnah. Semua firqah
tersebut pada dasarnya akan menjerumuskan ke dalam kesesatan, karena mereka
berkumpul di atas perkataan/teori mungkar (mungkari minal qaul) atau
perbuatan mungkar, atau hawa nafsu. Baik yang mendakwakan mashalih
(pembangunan) atau mathami' (ketamakan) dan mathamih
(utopia). Atau yang berkumpul diatas asa pemikiran kafir, seperti ;
sosialisme, komunisme, kapitalisme, dan demokratisme. Atau yang berkumpul di
atas asas kedaerahan, kesukuan, keturunan, kemadzhaban, atau yang lainnya. Sebab
mereka semua itu akan menjerumuskan ke dalam neraka Jahannam, dikarenakan
membawa misi selain Islam atau Islam yang sudah dirubah ..!
?
[5].?Jalan
Penyelesaiannya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah memerintahkan kepada Hudzaifah untuk menjauhi semua firqah yang
menyeru dan menjerumuskan ke neraka Jahannam, dan supaya memegang erat-erat
pokok pohon (ashlu syajarah) hingga ajal menjemputnya sedangkan ia
tetap dalam keadaan seperti itu.
?
Dari pernyataan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
?
Pertama.
Bahwa pernyataan itu mengandung
perintah untuk melazimi Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafuna Shalih.
Hal ini seperti yang diisyaratkan dalam hadits riwayat 'Irbadh Ibnu
Sariyah.
Jika kita menggabungkan kedua hadits
tersebut, yakni hadits Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu 'anhu yang berisi
perintah untuk memegang pokok-pokok pohon (ashlu syajarah)? dengan
hadits 'Irbadh ini, maka terlihat makna yang sangat dalam. Yaitu perintah untuk
ber-iltizam pada As-Sunnah An-Nabawiyah dengan pemahaman Salafuna
As-Shalih Ridlwanalahu Ta'ala 'alaihim manakala muncul firqah-firqah sesat dan
hilangnya Jama'ah Muslimin serta Imamnya.
?
Kedua.
Di sini ditunjukkan pula bahwa lafadz
(an ta'adhdha bi ashli syajarah) dalam hadits Hudzaifah tersebut tidak
dapat diartikan secara dzahir hadits. Tetapi maknanya adalah perintah untuk
berpegang teguh, dan bersabar dalam memegang Al-Haq serta menjauhi firqah-firqah
sesat yang menyaingi Al-Haq. Atau bermakna bahwa pohon Islam yang rimbun
tersebut akan ditiup badai topan hingga mematahkan cabang-cabangnya dan tidak
tinggal kecuali pokok pohonnya saja yang kokoh. Oleh karena itu maka wajib
setiap muslim untuk berada di bawah asuhan pokok pohon ini walaupun harus
ditebus dengan jiwa dan harta. Karena badai topan itu akan datang lagi lebih
dahsyat.
?
Ketiga.
Oleh karena itu menjadi kewajiban
bagi setiap muslim untuk mengulurkan tangannya kepada kelompok (firqah) yang
berpegang teguh dengan pokok pohon itu untuk menghadapi kembalinya fitnah dan
bahaya bala. Kelompok ini seperti disabdakan beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam akan selalu ada dan akan selalu muncul untuk menyokong kebenaran hingga
yang terakhir dibunuh dajjal.
?
Tulisan ini disadur dan diringkas dari
kutaib yang berjudul "Qaulul Mubin fi Jama'atil Muslimin" karangan Salim bin
'Ied Al-Hilali, Penerbit Maktab Islamy Riyadh tanpa tahun, dan dimuat di majalah
As-Sunnah? edisi 07/1/1414-1993 hal. 8-13
Maraji'
|
to navigate to use esc to dismiss