Keyboard Shortcuts
ctrl + shift + ? :
Show all keyboard shortcuts
ctrl + g :
Navigate to a group
ctrl + shift + f :
Find
ctrl + / :
Quick actions
esc to dismiss
Likes
- Assunnah
- Messages
Search
Tanya
Fachruddin, Kemas M (Kemas)
Assalaamu 'alaikum wr.wb,
Ikhwan fillah, Ana ada pertanyaan, mungkin ada yang mengetahui tentang: "Adakah hadist shohih berkenaan dengan do'a penutup & pembuka tahun", mengingat ada temen yang membawa do'a tersebut tanpa menyebutkan riwayat. Jazaakumullah, Wassalam, Fachruddin |
[Masalah - 34 = Sifat-sifat KHAWARIJ 2/2]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
SIFAT-SIFAT KHAWARIJ
?
Oleh
Muhammad Abdul Hakim
Hamid
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan
[2/2]
?
4.??? Keras Terhadap
Kaum Muslimin
Sesungguhnya kaum Khawarij dikenal bengis
dan kasar, mereka sangat keras dan bengis terhadap muslimin, bahkan kekasaran
mereka telah sampai pada derajat sangat tercela, yaitu menghalalkan darah dan
harta kaum muslimin serta kehormatannya, mereka juga membunuh dan menyebarkan
ketakutan di tengah-tengah kaum muslimin. Adapun para musuh Islam murni dari
kalangan penyembah berhala dan lainnya, mereka mengabaikan, membiarkan serta
tidak menyakitinya.
?
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
telah memberitakan sifat mereka ini dalam sabdanya :
Sejarah telah mencatat dalam
lembaran-lembaran hitamnya tentang Khawarij berkenan dengan cara mereka ini. Di
antara kejadian yang mengerikan adalah kisah sebagai berikut :"Dalam
perjalanannya, orang-orang Khawarij bertemu dengan Abdullah bin Khabab. Mereka
bertanya :"Apakah engkau pernah mendengar dari bapakmu suatu hadits yang
dikatakan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ceritakanlah kepada
kami tentangnya". Berkata : "Ya, aku mendengar dari bapakku, bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang fitnah. Yang duduk ketika itu
lebih baik dari pada yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari pada yang
berjalan, dan yang berjalan lebih baik dari yang berlari. Jika engkau
menemukannya, hendaklah engkau menjadi hamba Allah yang terbunuh". Mereka
berkata :"Engkau mendengar hadits ini dari bapakmu dan memberitakannya dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ?". Beliau menjawab :"Ya". Setelah
mendengar jawaban tersebut, mereka mengajaknya ke hulu sungai, lalu memenggal
lehernya, maka mengalirlah darahnya seolah-olah seperti tali terompah.
Lalu mereka membelah perut budak wanitanya dan
mengeluarkan isi perutnya, padahal ketika itu sedang hamil.
?
Kemudian mereka datang ke sebuah pohon kurma
yang lebat buahnya di Nahrawan. Tiba-tiba jatuhlah buah kurma itu dan diambil
salah seorang di antara mereka lalu ia masukkan ke dalam mulutnya. Berkatalah
salah seorang di antara mereka. "Engkau mengambil tanpa dasar hukum, dan tanpa
harga (tidak membelinya dengan sah)". Akhirnya ia pun meludahkannya kembali dari
mulutnya. Salah seorang yang lain mencabut pedangnya lalu mengayun-ayunkannya.
Kemudian mereka melewati babi milik Ahlu Dzimmah, lalu ia penggal lehernya
kemudian di seret moncongnya. Mereka berkata, "Ini adalah kerusakan di muka
bumi". Setelah mereka bertemu dengan pemilik babi itu maka mereka ganti
harganya". (Lihat Tablis Iblis, hal. 93-94).
?
Inilah sikap kaum Khawarij terhadap kaum
muslimin dan orang-orang kafir. Keras, bengis, kasar terhadap kaum muslimin,
tetapi lemah lembut dan membiarkan orang-orang kafir.
?
Jadi mereka tidak dapat mengambil manfa'at
dari banyaknya tilawah dan dzikir mereka, mengingat mereka tidak mengambil
petunjuk dengan petunjuk-Nya dan tidak menapaki jalan-jalan-Nya. Padahal sang
Pembuat Syari'at telah menerangkan bahwa syari'atnya itu mudah dan lembut. Dan
sesungguhnya yang diperintahkan supaya bersikap keras terhadap orang kafir dan
lemah lembut terhadap orang beriman. Tetapi orang-orang Khawarij itu
membaliknya. (Lihat Fathul Bari, XII/301).
?
5.??? Sedikitnya
Pengetahuan Mereka Tentang Fiqih
Sesungguhnya kesalahan Khawarij yang sangat
besar adalah kelemahan mereka dalam penguasaan fiqih terhadap Kitab Allah dan
Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang kami maksudkan adalah buruknya
pemahaman mereka, sedikitnya tadabbur dan merasa terikat dengan golongan mereka,
serta tidak menempatkan nash-nash dalam tempat yang benar.
?
Dalam masalah ini Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam telah menerangkan kepada kita dalam sabdanya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
telah mempersaksikan akan banyaknya bacaan/tilawah mereka terhadap Al-Qur'an,
tetapi bersamaan dengan itu mereka di cela. Kenapa .? Karena mereka tidak dapat
mengambil manfaat darinya disebabkan kerusakan pemahaman mereka yang tumpul dan
penggambaran yang salah yang menimpa mereka. Oleh karenanya mereka tidak dapat
membaguskan persaksiannya terhadap wahyu yang cemerlang dan terjatuh dalam
kenistaan yang abadi.
?
Berkata? Al-Hafidzh Ibnu Hajar
:"Berkata Imam Nawawi, bahwa yang dimaksud yaitu mereka tidak ada bagian kecuali
hanya melewati lidah mereka, tidak sampai pada kerongkongan mereka, apalagi ke
hati mereka. Padahal yang diminta adalah dengan men-tadaburi-nya supaya
sampai ke hatinya". (Lihat Fathul Baari, XII/293).
?
Kerusakan pemahaman yang buruk dan
dangkalnya pemahaman fiqih mereka mempunyai bahaya yang besar. Kerusakan itu
telah banyak membingungkan umat Islam dan menimbulkan luka yang berbahaya.
Dimana mendorong pelakunya pada pengkafiran orang-orang shalih. menganggap
mereka sesat serta mudah mencela tanpa alasan yang benar. Akhirnya timbullah
dari yang demikian itu perpecahan, permusuhan dan peperangan.
?
Oleh karena itu Imam Bukhari berkata
:"Adalah Ibnu Umar menganggap mereka sebagai Syiraaru Khaliqah
(seburuk-buruk mahluk Allah)". Dan dikatakan bahwa mereka mendapati
ayat-ayat yang diturunkan tentang orang-orang kafir, lalu mereka kenakan untuk
orang-orang beriman". (Lihat Fathul Baari, XII/282). Ketika Sa'id bin Jubair
mendengar pendapat Ibnu Umar itu, ia sangat gembira dengannya dan berkata
:"Sebagian pendapat Haruriyyah yang diikuti orang-orang yang menyerupakan Allah
dengan mahluq (Musyabbihah) adalah firman Allah Yang Maha
Tinggi.
Dan mereka baca bersama ayat di atas
:
Jika melihat seorang Imam menghukumi dengan
tidak benar, mereka akan berkata :"Ia telah kafir, dan barangsiapa yang kafir
berarti menentang Rabb-Nya dan telah mempersekutukan-Nya, dengan demikian dia
telah musyrik". Oleh karena itu mereka melawan dan memeranginya. Tidaklah hal
ini terjadi, melainkan karena mereka menta'wil (dengan ta'wil yang keliru, pen)
ayat ini...".
?
Berkata Nafi':"Sesungguhnya Ibnu Umar jika
ditanya tentang Haruriyyah, beliau menjawab bahwa mereka mengakfirkan kaum
muslimin, menghalalkan darah dan hartanya, menikahi wanita-wanita dalam
'iddahnya. Dan jika di datangkan wanita kepada mereka, maka salah seorang
diantara mereka akan menikahinya, sekalipun wanita itu masih mempunyai suami.
Aku tidak mengetahui seorangpun yang lebih berhak diperangi melainkan mereka".
(Lihat Al-I'tisham, II/183-184).
?
Imam Thabari meriwayatkan dengan sanad yang
shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa ia menyebutkan tentang
Khawarij dan apa yang ia dapati ketika mereka membaca Al-Qur'an dengan
perkataannya :"Mereka beriman dengan yang muhkam dan binasa dalam ayat
mutasyabih". (Lihat Tafsir Ath-Thabari, III/181).
?
Pemahaman mereka yang keliru itu
mengantarkan mereka menyelisihi Ijma' Salaf dalam banyak perkara, hal itu
dikarenakan oleh kebodohan mereka dan kekaguman terhadap pendapat mereka
sendiri, serta tidak bertanya kepada Ahlu Dzikri dalam perkara yang mereka samar
atasnya.
?
Sesungguhnya kerusakan pemahaman mereka yang
dangkal dan sedikitnya penguasaan fiqih menjadikan mereka sesat dalam
istimbat-nya, walaupun mereka banyak membaca dan berdalil dengan
nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah Nabawi, akan tetapi tidak menempatkan pada
tempatnya. Benarlah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika
memberitakan tentang mereka.
?
6.??? Muda Umurnya
dan Berakal Buruk
Termasuk perkara yang dipandang dapat
mengeluarkan dari jalan yang lurus dan penuh petunjuk adalah umur yang masih
muda (hadaatsah as-sinn) dan berakal buruk (safahah al-hil).
Yang demikian itu sesuai dengan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar :"
Ahdaatsul Asnaan artinya "mereka itu pemuda (syabaab)", dan yang
dimaksud dengan sufaha-a al-ahlaam adalah "akal mereka rusak
('uquluhum radi-ah). Berkata Imam Nawawi ;"Sesungguhnya tatsabut
(kemapanan) dan bashirah (wawasan) yang kuat akan muncul ketika
usianya sempurna, banyak pengalaman serta kuat akalnya". (Lihat Fathul Baari,
XII/287).
?
Umur yang masih muda, jika dibarengi dengan
akal yang rusak akan menimbulkan perbuatan yang asing dan tingkah laku yang
aneh, antara lain :
Ibnul Jauzi menggambarkan
kepandiran?dan kerusakan mereka dengan perkataannya :"Mereka menghalalkan
darah anak-anak, tetapi tidak menghalalkan makan buah tanpa dibeli.
Berpayah-payah untuk beribadah dengan tidak tidur pada malam hari (untuk shalat
lail) serta mengeluh ketika hendak di potong lidahnya karena khawatir tidak
dapat berdzikir kepada Allah, tetapi mereka membunuh Imam Ali Radhiyallahu 'anhu
dan menghunus pedang kepada kaum muslimin (sebagaimana keluhan Ibnu Maljam
-pen). Untuk itu tidak mengherankan bila mereka puas terhadap ilmu yang telah
dimiliki dan merasa yakin bahwa mereka lebih pandai/alim daripada Ali
Radhiyallahu 'anhu. Hingga Dzul Kwuaishirah berkata kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Berbuat adillah, sesungguhnya engkau tidak
adil". Tidak sepatutnya Iblis dicontoh dalam perbuatan keji seperti ini. Kami
berlindung kepada Allah dari segala kehinaan". (Lihat Tablis Iblis, hal.
95).
?
Wallahu a'lam bish-Shawab
Maraji'
? |
[Masalah - 34 = Sifat-sifat KHAWARIJ 1/2]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
SIFAT-SIFAT KHAWARIJ
?
Oleh
Muhammad Abdul Hakim
Hamid
Bagian pertama dari Dua Tulisan
[1/2]
?
Kata
Pengantar.
Pada kesempatan kali ini kami angkat masalah
Sifat-sifat Khawarij, yang dinukil dari kitab Zhahirah al-Ghuluw fi
ad-Dien fi al-'Ashri al-Hadits, hal 99-104, oleh Muhammad Abdul
Hakim Hamid cet. I, th. 1991, Daarul Manar al-Haditsah, dterjemahkan Aboe
Hawari, dan dimuat di Majalah As-Sunnah edisi 14/II/1416-1995.
?
?
Muqaddimah
Khawarij mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat
yang menonjol. Sebaik-baik orang yang meluruskan sifat-sifat ini adalah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah mengabarkan sifat-sifat kaum ini dalam hadits-haditsnya yang mulia.
?
Disini akan dipaparkan penjelasan
sifat-sifat tersebut dengan sedikit keterangan, hal itu mengingat terdapat
beberapa perkara penting, antara lain :
Berkenan dengan hal ini akan kami paparkan
sifat-sifat tersebut berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam yang mulia.
?
?
1.??? Suka Mencela
dan Menganggap Sesat
Sifat yang paling nampak dari Khawarij
adalah suka mencela terhadap para Aimatul huda (para Imam), menganggap
mereka sesat, dan menghukum atas mereka sebagai orang-orang yang sudah keluar
dari? keadilan dan kebenaran. Sifat ini jelas tercermin dalam pendirian
Dzul Khuwaishirah terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan
perkataanya : "Wahai Rasulullah berlaku adillah". (Hadits Riwayat Bukhari
VI/617, No. 3610, VIII/97, No. 4351, Muslim II/743-744 No. 1064, Ahmad III/4, 5,
33, 224).
?
Dzul Khuwaishirah telah menganggap dirinya
lebih wara' daripada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menghukumi
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai orang yang curang dan tidak
adil dalam pembagian. Sifat yang demikian ini selalu menyertai sepanjang
sejarah. Hal itu mempunyai efek yang sangat buruk dalam hukum dan amal sebagai
konsekwensinya. Berkata Ibnu Taimiyah tentang Khawarij :"Inti kesesatan mereka
adalah keyakinan mereka berkenan dengan Aimmatul huda (para imam yang
mendapat petunjuk) dan jama'ah muslimin, yaitu bahwa Aimmatul huda dan
jama'ah muslimin semuanya sesat. Pendapat ini kemudian di ambil oleh
orang-orang yang keluar dari sunnah, seperti Rafidhah dan yang lainnya.
Mereka mengkatagorikan apa yang mereka pandang kedzaliman ke dalam kekufuran".
(Al-Fatawa : XXVIII/497).
?
?
2.??? Berprasangka
Buruk (Su'udzan).
Ini adalah sifat Khawarij lainnya yang
tampak dalam hukum Syaikh mereka Dzul Khuwaishirah si pandir dengan tuduhannya
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ikhlas dengan berkata
:
Dzul Khuwaishirah ketika melihat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam membagi harta kepada orang-orang kaya, bukan
kepada orang-orang miskin, ia tidak menerimanya dengan prasangka yang baik atas
pembagian tersebut.
?
Ini adalah sesuatu yang mengherankan.
Kalaulah tidak ada alasan selain pelaku pembagian itu adalah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam cukuplah hal itu mendorong untuk berbaik sangka.
Akan tetapi Dzul Kuwaishirah enggan untuk itu, dan berburuk sangka disebabkan
jiwanya yang sakit. Lalu ia berusaha menutupi alasan ini dengan keadilan. Yang
demikian ini mengundang tertawanya iblis dan terjebak dalam
perangkapnya.
?
Seharusnya seseorang itu introspeksi,
meneliti secara cermat dorongan tindak tanduk? dan maksud tujuan serta
waspada terhadap hawa nafsunya. Hendaklah berjaga-jaga terhadap manuver-manuver
iblis, karena dia banyak menghias-hiasi perbuatan buruk dengan bungkus indah dan
rapi, dan membaguskan tingkah laku yang keji dengan nama dasar-dasar kebenaran
yang mengundang seseorang untuk menentukan sikap menjaga diri dan menyelamatkan
diri dari tipu daya setan dan perangkap-perangkapnya.
?
Jika Dzul Khuwaishirah mempunyai sedikit
saja ilmu atau sekelumit pemahaman, tentu tidak akan terjatuh dalam kubangan
ini.
?
Berikut kami paparkan penjelasan dari para
ulama mengenai keagungan pembagian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
hikmahnya yang tinggi dalam menyelesaikan perkara.
?
Berkata Syaikh Islam Ibnu Taimiyah :" Pada
tahun peperangan Hunain, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membagi
ghanimah (rampasan perang) Hunain pada orang-orang yang hatinya lemah
(muallafah qulubuhum) dari penduduk Najd dan bekas tawanan Quraisy
seperti 'Uyainah bin Hafsh, dan beliau tidak memberi kepada para Muhajirin dan
Anshar sedikitpun.
?
Maksud Beliau memberikan? kepada mereka
adalah untuk mengikat hati mereka dengan Islam, karena keterkaitan hati mereka
dengannya merupakan maslahat umum bagi kaum muslimin, sedangkan yang tidak
beliau beri adalah karena mereka lebih baik di mata Beliau dan mereka adalah
wali-wali Allah yang bertaqwa dan seutama-utamanya hamba Allah yang shalih
setelah para Nabi dan Rasul-rasul.
?
Jika pemberian itu tidak dipertimbangkan
untuk maslahat umum, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak akan memberi
pada aghniya', para pemimpin yang dita'ati dalam perundangan dan akan
memberikannya kepada Muhajirin dan Anshar yang lebih membutuhkan dan lebih
utama.
?
Oleh sebab inilah orang-orang Khawarij
mencela Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dikatakan kepada beliau oleh
pelopornya :"Wahai Muhammad, berbuat adillah. Sesungguhnya engkau tidak berlaku
adil". dan perkataannya :"Sesungguhnya pembagian ini tidak dimaksudkan untuk
wajah Allah .....". Mereka, meskipun banyak shaum (berpuasa), shalat, dan bacaan
Al-Qur'annya, tetapi keluar dari As-Sunnah dan Al-Jama'ah.
?
Memang mereka dikenal sebagai kaum yang suka
beribadah, wara' dan zuhud, akan tetapi tanpa disertai ilmu, sehingga mereka
memutuskan bahwa pemberian itu semestinya tidak diberikan kecuali kepada
orang-orang yang berhajat, bukan kepada para pemimpin yang dita'ati dan
orang-orang kaya itu, jika di dorong untuk mencari keridhaan selain Allah
-menurut persangkaan mereka-.
?
Inilah kebodohan mereka, karena sesungguhnya
pemberian itu menurut kadar maslahah agama Allah. Jika pemberian itu akan
semakin mengundang keta'atan kepada Allah dan semakin bermanfaat bagi agama-Nya,
maka pemberian itu jauh lebih utama. Pemberian kepada orang-orang yang
membutuhkan untuk menegakkan agama, menghinakan musuh-musuhnya, memenangkan dan
meninggikannya lebih agung daripada pemberian yang tidak demikian itu, walaupun
yang kedua lebih membutuhkan". (Lihat Majmu' Fatawa : XXVIII/579-581, dengan
sedikit diringkas).
?
Untuk itu hendaklah seseorang menggunakan
bashirah, lebih memahami fiqh dakwah dan maksud-maksud syar'i, sehingga tidak
akan berada dalam kerancuan dan kebingungan yang mengakibatkan akan terhempas,
hilang dan berburuk sangka serta mudah mencela disertai dengan menegakkan
kewajiban-kewajiban yang terpuji dan mulia.
?
?
3.??? Berlebih Dalam
Beribadah.
Sifat? ini telah ditunjukkan oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya :
Berlebihan dalam ibadah berupa puasa,
shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur'an merupakan perkara yang masyhur di kalangan
orang-orang Khawarij. Dalam Fathu Al-Bari, XII/283 disebutkan :"Mereka
(Khawarij) dikenal sebagai qura' (ahli membaca Al-Qur'an), karena
besarnya kesungguhan mereka dalam tilawah dan ibadah, akan tetapi mereka suka
menta'wil Al-Qur'an dengan ta'wil yang menyimpang dari maksud yang sebenarnya.
Mereka lebih mengutamakan pendapatnya, berlebih-lebihan
dalam zuhud dan khusyu' dan lain sebagainya".
?
Ibnu Abbas juga telah mengisyaratkan
pelampauan batas mereka ini ketika pergi untuk mendebat pendapat mereka. Beliau
berkata :"Aku belum pernah menemui suatu kaum yang bersungguh-sungguh, dahi
mereka luka karena seringnya sujud, tangan mereka seperti lutut unta, dan mereka
mempunyai gamis yang murah, tersingsing, dan berminyak. Wajah mereka menunjukan
kurang tidur karena banyak berjaga di malam hari". (Lihat Tablis Iblis, halaman
91). Pernyataan ini menunjukkan akan ketamakan mereka dalam berdzikir dengan
usaha yang keras.
?
Berkata Ibnul Jauzi :"Ketika Ali
Radhiyallahu 'Anhu meninggal, dikeluarkanlah Ibnu Maljam untuk dibunuh. Abdullah
bin Ja'far memotong kedua tangan dan kedua kakinya, tetapi ia tidak mengeluh dan
tidak berbicara. Lalu dicelak kedua matanya dengan paku panas, ia pun tidak
mengeluh bahkan ia membaca :
Hingga selesai, walaupun kedua matanya
meluluhkan air mata. Kemudian setelah matanya diobati, ia akan di potong
lidahnya, baru dia mengeluh. Ketika ditanyakan kepadanya :"Mengapa engkau
mengeluh ?. "Ia menjawab ;"Aku tidak suka bila di dunia menjadi mayat dalam
keadaan tidak berdzikir kepada Allah". Dia adalah seorang yang ke hitam-hitaman
dahinya bekas dari sujud, semoga laknat Allah padanya". (Tablis Iblis, hal.
94-95).
?
Mekipun kaum Khawarij rajin dalam beribadah,
tetapi ibadah ini tidak bermanfa'at bagi mereka, dan mereka pun tidak dapat
mengambil manfaat darinya. Mereka seolah-olah bagaikan jasad tanpa ruh, pohon
tanpa buah, mengingat ahlaq mereka yang tidak terdidik dengan ibadahnya dan jiwa
mereka tidak bersih karenanya serta hatinya tidak melembut. Padahal
disyari'atkan ibadah adalah untuk itu. Berfirman yang Maha Tinggi :
Tidaklah orang-orang bodoh tersebut
mendapatkan bagian dari qiyamu al-lail-nya kecuali hanya jaga saja,
tidak dari puasanya kecuali lapar saja, dan tidak pula dari tilawah-nya
kecuali parau suaranya.
?
Keadaan Khawarij ini membimbing kita pada
suatu manfaat seperti yang dikatakan Ibnu Hajar tentangnya :"Tidak cukuplah
dalam ta'dil (menganggap adil) dari keadaan lahiriahnya, walau sampai
yang dipersaksikan akan keadilannya itu pada puncak ibadah, miskin, wara',
hingga diketahui keadaan batinnya". (Lihat Fathu Al-Bari XII/302).
?
Bersambung :
4. Keras Terhadap Kaum
Muslimin
?
|
[Masalah - 35 = Salah Faham Terhadap Do'a Nabi]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
SALAH FAHAM TERHADAP DO'A
Nabi Shallallahu 'alaihi wa
Sallam
?
Oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
?
Diantara sekian banyak do'a-do'a yang Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam ajarkan kepada umatnya adalah do'a dibawah ini
:
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah
No. 4126 dan lain-lain. Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini derajatnya :
HASAN. (Lihat pembahasannya di kitab beliau : Irwaul Ghalil No. 861 dan
Silsilah Shahihah No. 308).
?
Setelah kita mengetahui bahwa hadits ini sah
datangnya dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sekarang?perlu kita
mengetahui apa maksud sebutan MISKIN dalam lafadz do'a Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam di atas. Yang sangat saya sesalkan diantara saudara-saudara
kita (tanpa memeriksa lagi keterangan Ulama-ulama kita tentang syarah hadits ini
khususnya tentang gharibul hadits) telah memahami bahwa MISKIN
di sini dalam arti yang biasa kita kenal yaitu : "Orang-orang yang
tidak berkecukupan di dalam hidupnya atau orang-orang yang kekurangan
harta".
?
Dengan arti yang demikian maka timbulah
kesalah pahaman di kalangan umat terhadap do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam di atas, akibatnya :
Padahal yang benar MISKIN di dalam
do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini ialah : "Orang yang
Khusyu dan Mutawaadli (orang yang tunduk dan merendahkan diri
kepada Allah Subhanahu wa ta'ala)". Sebagaimana hal ini telah
diterangkan oleh Ulama-ulama kita :
Setelah kita mengetahui keterangan
ulama-ulama kita tentang maksud miskin dalam do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam di atas baik secara lughah/bahasa meupun maknanya, maka hadits tersebut
artinya menjadi : "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu' dan
tawadlu', dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadlu', dan
kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu' dan
tawadlu".
?
Rasanya kurang lengkap kalau di dalam
risalah ini (sebagai penguat keterangan di atas) saya tidak menerangkan dua
masalah yang perlu diketahui oleh saudara-saudara kaum muslimin.
?
?
Pertama.
Bahwa Islam adalah agama yang memerangi atau
memberantas kefakiran dan kemsikinan di kalangan masyarakat. Hal ini dengan
jelas dapat kita ketahui :
?
Kedua.
Islam tidak menjadi musuh kekayaan?
asalkan si kaya seorang yang taqwa. Bahkan dengan kekayaan itu seorang dapat
memperoleh ganjaran yang besar dan derajat yang tinggi seperti berjihad dengan
harta sebagaimana yang Allah perintahkan, menunaikan zakat harta, infaq dan
shadaqah, ibadah haji, mendirikan masjid-masjid, pesantren dan sekolah-sekolah
Islam, membantu anak yatim dan perempuan-perempuan janda dan lain-lain yang
membutuhkan harta dan kekayaan.
?
Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam pernah
mendo'akan Anas bin Malik :
Hadits ini mengandung? beberapa faedah
:
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda kepada shahabatnya Hakim bin Hizaam : "Wahai Hakim!?
Sesungguhnya harta ini indah (dan) manis, maka barang siapa yang mengambilnya
dengan jiwa yang baik, niscaya mendapat keberkahan, dan barang siapa yang
mengambilnya dengan jiwa yang tamak, niscaya tidak mendapat keberkahan, dan ia
seperti orang yang makan tetapi tidak pernah kenyang, dan tangan? yang
diatas (yang memberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (yang meminta)".
(Hadits Riwayat Bukhari 7/176 dan Muslim 3/94).
?
|
Tanya (urgent)
Eko Prabowo Heru Kurnianto
Bismillahir rahmanir rahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan ikhwannya. Demikian pula untuk majelis dalam mailing list assunnah ini semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNYA kepada kita, yang dengan hidayah Allah akan semakin dekat dengan al-haq. Mengingat pentingnya untuk mendahulukan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan (Imam Al-Bukhari) maka perkenankan ana menanyakan hal yang berhubungan dengan ari-ari/plasenta setelah persalinan. Ana ingin sekali mendapatkan ilmu yang haq dalam memperlakukan ari-ari dari persalinan. Apabila diantara saudaraku ada yang pernah mendengar, menemukan atau malah sudah melakukannya berdasarkan dalil yang haq, sudilah kiranya untuk menularkan ilmunya kepada ana. Jazaakumullahu Khairan. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Eko Prabowo ---- Eko Prabowo Heru Kurnianto eko@... |
[Masalah - 28 = 'Adalatus Shahabah 3/3]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓýSEMUA SHAHABAT RASULULLAH
Shallallahu 'alaihi wa
sallam
ADALAH ADIL DAN HARAM
HUKUMNYA
MENCACI/MENGHINA MEREKA
Oleh
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
Bagian Terakhir dari Tiga Tulisan
[3/3]
?
F.??? Ijma' Ulama
Tentang 'Adaalah (Keadilan) Semua Shahabat Rasulullah
Sebenarnya masih banyak lagi pujian dan
sanjungan para Ulama tentang 'adalah (keadilan) shahabat, tetapi apa yang sudah
disebutkan sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi orang yang punya
bashirah.
?
?
G??? Sikap Para Ulama
Tentang Perselisihan yang Terjadi di Antara Para
??????
Shahabat
Meskipun perselisihan yang terjadi diantara
para shahabat sempat membawa korban jiwa, yakni ada diantara mereka yang gugur,
tetapi mereka segera bertaubat karena mereka adalah orang-orang yang selalu
bertaubat kepada Allah dan Allah-pun menjanjikan taubat atas mereka. Allah
berfirman.
?
H??? Para Shahabat
Tidak Ma'shum.
?
Sesungguhnya persaksian Allah dan Rasul-Nya
terhadap para shahabat tentang hakikat iman mereka dan keridhaan Allah dan
Rasul-Nya kepada mereka tidaklah menunjukkan bahwa mereka ma'shum (terpelihara
dari dosa dan kesalahan) atau mereka bersih dari ketergelinciran, karena mereka
bukan Malaikat dan bukan pula para Nabi. Bahkan pernah diantara mereka segera
istighfar dan taubat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
Abu Bakar Ibnul 'Arabi berkata :"Dosa-dosa
(yang dilakukan para shahabat) tidaklah menggugurkan 'adalah (keadilan), apabila
sudah ada taubat". 19.
?
Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa para
shahabat yang pernah bersalah semuanya bertaubat kepada Allah dan mereka tidak
bisa dikatakan nifaq atau kufur. Semua ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah telah
sepakat bahwa para shahabat yang ikut serta dalam persengketaan, ikut dalam
perang Jamal dan perang Shiffin, mereka adalah orang-orang yang beriman dan
adil. Dan kesalahan mereka yang bersifat individu dan berjama'ah tidak
menggugurkan pujian Allah atas mereka.
?
Abu Ja'far Muhammad bin Ali Al-Husain ketika
ditanya tentang orang-orang (para shahabat) yang ikut serta dalam perang Jamal
ia menjawab :"Mereka (para shahabat) adalah orang-orang yang tetap dalam
keimanan dan mereka bukan orang-orang kafir". 20
?
Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu Mas'ud,
mereka berkata :"Ali bin Abi Thalib menyalatkan jenazah para shahabat yang
memihak Mu'wiyah". 21
?
?
I??? Pendapat para
Ulama tentang Orang-orang yang Mencaci Maki/Menghina
???? Para
Shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
?
J???
Khatimah
?
Apa yang telah saya terangkan dari Al-Qur'an
dan Sunnah kiranya sudah cukup jelas, lebih-lebih lagi dikuatkan dengan pendapat
Jumhur Ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Oleh karena itu sikap kaum Mu'minim
terhadap mereka (para shahabat) adalah sebagaimana yang disebutkan dalam
Al-Qur'an dan Sunnah, yaitu :
?
K???
Kesimpulan
Fote Note
13??? Al-Kifayah fi 'Ilmir-Riwayah hal. 49;
Tanbih Dzawin Najabahilla 'Adaalatis Shahabah oleh Qurasy bin Umar bin
Ahmad
???
??? hal. 23
14??? Al-Iti'ab fi Ma'rifati Ashab Juz I
hal. 9 cet. Daarul Fikr 1398H
15??? Ushulul Hadits hal. 386 dinukil dari
Al-Ihkam fil Ushulil-Ahkam
16??? Al-Baitsul-Hatsits fi Ikhtishar Ulumil
Hadits hal.154
17??? Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah jilid III hal. 406
18??? Al-Ba'itsul Hatsits syarah Ikhtisar
Ulumil hadits hal. 154
19??? Al-'Awashin minal Qawashim tahqiq
Syaikh Muhibudin Al-Khatib hal. 94 Daarul Mathba'ah Salafiayh cet V
Cairo.
20??? Ushulul -Itiqad Ahlis Sunnah wal
Jama'ah oleh Imam Al-Lalikai, tahqiq DR Ahmad Sa'ad Hamdan jilid V & VI hal
1059
???
??? -1060 cet. Daar Thayyibah-Riyadh
21??? idem
22??? Al-Awashim minal Qawashim hal.
34
23??? Al-Khabair Adz-Dahabi, tahqiq Abu
Khalid Al-husain bin Muhammad as-Sa'idl hal. 352-353 Daarul Fikr th 1408H cet.
I
24??? Limaza Kafaral 'ulama Al-Khumaini oleh
Wajih Al-Madini cet. cairo I 1408H; Aqaidus Syi'ah fil Mizan oleh
??????? Dr Muhammad Kamil Al-Hasyimi
cet I, th 1409
|
Artikel
Yayat Ruhiat
Siapa yang bisa membantu saudara kita dari Malaysia ...?
toggle quoted message
Show quoted text
----- Original Message -----
From: Ibnu Hussin <mizan@...> Assalamu'alaikum... |
[Masalah - 28 = 'Adalatus Shahabah 2/3]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓýSEMUA SHAHABAT RASULULLAH
Shallallahu 'alaihi wa
sallam
ADALAH ADIL DAN HARAM
HUKUMNYA
MENCACI/MENGHINA MEREKA
?
Oleh
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
Bagian Kedua dari Tiga Tulisan
[2/3]
?
D??? Makna 'Adalatus
Shabahah
?
1. Menurut Bahasa
?
'Adalah atau 'Adl lawan
dari Jaur artinya kejahatan. Rojulun 'Adl maksudnya :
seseorang dikatakan adil yakni seseorang itu diridhai dan diberi kesaksiannya.
(Lihat Kamus Muktarus-Shihah hal. 417 cet. Darul Fikr).
?
2. Menurut Istilah Ahli Hadits.
?
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : "Yang
dimaksud dengan adil ialah orang yang mempunyai sifat ketaqwaan dan muru'ah".
(Nuzhatun Nazhar Syarah Nukhbatul-Fikar hal. 29 cet. Maktabat Thayibah tahun
1404H).
?
3. Penjelasan Istilah Ahli
Hadits
?
Maksud 'Adalatus Shahabah ialah :"Bahwa
semua shahabat ialah orang-orang yang taqwa dan wara, yakni mereka adalah
orang-orang yang selalu menjauhkan maksiat dan perkara-perkara yang syubhat.
Para shahabat tidak mungkin berdusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam atau menyandarkan sesuatu yang tidak sah dari beliau. Syaikh Waliyullah
Ad-Dahlawi berkata :"Dengan menyelidiki (semua keterangan) maka dapatlah kita
ambil kesimpulan bahwa semua shahabat berkeyakinan bahwasanya berdusta atas nama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebesar-besar dosa, maka mereka menjaga
sungguh-sungguh agar tidak terjatuh dalam berdusta atas nama beliau". 7)
?
Al-Khatib Al-Baghdadi berkata :"Semua hadits
yang bersambung sanadnya dari orang-orang yang meriwayatkan sampai kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak boleh diamalkan kecuali kalau sudah
diperiksa keadilan rawi-rawinya serta wajib memeriksa biografi mereka dan
dikecualikan dari mereka adalah shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, karena 'Adalah (keadilan) mereka sudah pasti dan sudah diketahui dengan
pujian Allah atas mereka. Allah memberitakan tentang bersihnya mereka dan Allah
memilih mereka (sebagai penolong Rasul-Nya) berdasarkan nash Al-Qur'an". 8)
?
Imam Syairaji berkata dalam Tabshirah fi
Ushulil-Fiqh hal. 329 :"Semua shahabat sudah tetap keadilannya, maka tidak perlu
lagi diperiksa tentang keadaan mereka".9).
?
?
E??? Dalil-dalil
Tentang Keadilan Shahabat Dari Al-Qur'an dan Sunnah.
?
1. Allah berfirman.
2. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
menjelaskan bahwa para shahabat dan umat
??? Islam yang mengikuti
jejak mereka adalah orang-orang yang adil.
Sebagaimana
??? sabda
beliau.
4. Allah meridhai mereka (para Shahabat dari
Muhajirin dan Anshar) dan orang-
??? orang yang mengikuti
jejak mereka dengan baik.
5. Sifat-sifat para Shahabat yang disebutkan
dalam Al-Qur'an adalah :
6. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
7. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
Penjelasan.
?
Ayat-ayat dan hadits-hadits diatas
menunjukan dengan jelas bahwa para shahabat Ridwanullahi 'alaihim ajmain adalah
orang-orang yang telah mendapat pujian dan sanjungan dari Allah dan Rasul-Nya,
mereka mempunyai jasa yang besar bagi Islam dan kum Muslimin.
?
Islam yang diterima oleh kaum Muslimin
sampai hari Kiamat adalah berkaitan dengan pengorbanan para shahabat yang ikut
serta dalam perang?Badar dan perang-perang lainnya demi tegaknya agama
Islam. Karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan umat
Islam bahwa apa yang mereka infaq-kan dan belanjakan fii-sabilillah belumlah
dapat menyamai derajat para Shahabat, meskipun umat Islam ini berinfaq sebesar
gunung Uhud berupa emas atau barang-barang berharga lainnya.
?
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu
berkata tentang Shahabat-shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
:"Tidak ada seorangpun dari kalian yang dapat menyamai merka. Mereka? siang
hari bergelimang pasir dan debu (di medan perang), sedang di malam hari mereka
banyak berdiri, ruku' dan sujud (beribadah kepada Allah) silih berganti, tampak
kegesitan dari wajah-wajah mereka, seolah-olah mereka berpijak di bara api bila
mereka ingat akan hari pembalasan (Akhirat), tampak bekas sujud di dahi mereka,
bila mereka Dzikrullah berlinang air mata mereka sampai membasahi baju
mereka, mereka condong laksana condongnya pohon dihembus angin yang lembut
karena takut akan siksa Allah, serta mereka mengharapkan pahala dan ganjaran
dari Allah". 11) Kemudian beliau berkata lagi
:"Mereka adalah shahabat-shabatku yang telah pergi, pantas kita merindukan
mereka dan bersedih karena kepergian mereka" 12)
Bersambung:
Ijma' Ulama Tentang
'Adalah (keadilan) Semua Shahabat Rasulullah
Fote Note.
7??? Tadribur-Rawi 2 hal. 215
8??? Al-Kifayah fi 'Ilmir-Riwayah
hal.93
9??? 'Umul Hadits hal. 329, Libni Shalah ;
Mudzakirah Ushulil-Fiqhlis-Syahqithi hal. 126
10??Lihat Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 469 hal,
Takhrij Syaikh Al-Albani
11?
Najhul Balaghah yang di tahqiq oleh Dr. Shubhi Shaleh cet. Daarul Kutub
Al-Lubnani (Beirut) hal. 143,177,178
?????
dinukil dari Shuratani Mutadhatani, Tarjamah Bey Arifin hal. 16-17
12?
Ibid
|
[Masalah - 33 = Derajat Hadits Fadhilah Surat Yasin]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
DERAJAT HADITS
FADHILAH SURAT YASIN
?
Oleh
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
?
Muqaddimah
?
Kebanyakan kaum muslimin membiasakan membaca
surat Yasin, baik pada malam Jum'at (hari Jum'at menjelang khatib naik mimbar,
tambahan-peny), ketika mengawali atau menutup majlis ta'lim, ketika ada
atau setelah kematian?dan?pada acara-acara lain yang mereka anggap
penting.
?
Saking seringnya surat Yasin dijadikan
bacaan di berbagai pertemuan dan kesempatan, sehingga mengesankan, Al-Qur'an itu
hanyalah berisi surat Yasin saja. Dan kebanyakan orang membacanya memang karena
tergiur oleh fadhilah atau keutamaan surat Yasin dari hadits-hadits
yang banyak mereka dengar, atau menurut keterangan dari guru
mereka.
?
Al-Qur'an yang di wahyukan Allah adalah
terdiri dari 30 juz. Semua surat dari Al-Fatihah sampai An-Nas, jelas memiliki
keutamaan yang setiap umat Islam wajib mengamalkannya. Oleh karena itu sangat
dianjurkan agar umat Islam senantiasa membaca Al-Qur'an. Dan kalau sanggup
hendaknya menghatamkan Al-Qur'an setiap pekan sekali, atau sepuluh hari sekali,
atau dua puluh hari sekali atau khatam setiap bulan sekali. (Hadist Riwayat
Bukhari, Muslim dan lainnya).
?
Sebelum melanjutkan pembahasan, yang perlu
dicamkan dan diingat dari tulisan ini, adalah dengan membahas masalah ini bukan
berarti penulis melarang atau mengharamkan membaca surat Yasin.
?
Sebagaimana surat-surat Al-Qur'an yang lain,
surat Yasin juga harus kita baca. Akan tetapi di sini penulis hanya ingin
menjelaskan kesalahan mereka yang menyandarkan tentang fadhilah dan
keutamaan surat Yasin kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
?
Selain itu, untuk menegaskan bahwa tidak ada
tauladan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat Yasin setiap
malam Jum'at, setiap memulai atau menutup majlis ilmu, ketika dan setelah
kematian dan lain-lain.
?
Mudah-mudahan keterangan berikut ini tidak
membuat patah semangat, tetapi malah memotivasi untuk membaca dan menghafalkan
seluruh isi Al-Qur'an serta mengamalkannya.
?
?
Kelemahan Hadits-hadits Tentang
Fadhilah Surat Yasin.
?
Kebanyakan umat Islam membaca surat Yasin
karena -sebagaimana dikemukakan di atas-? fadhilah dan
ganjaran yang disediakan bagi orang yang membacanya. Tetapi, setelah
penulis melakukan kajian dan penelitian tentang hadits-hadits yang menerangkan
fadhilah surat Yasin, penulis dapati Semuanya Adalah
Lemah.
?
Perlu ditegaskan di sini, jika telah tegak
hujjah dan dalil maka kita tidak boleh berdusta atas nama Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebab ancamannya adalah Neraka. (Hadits
Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad dan lainnya).
?
?
Hadits Dha'if dan
Maudhu'
?
Adapun hadits-hadits yang semuanya
dha'if (lemah) dan atau maudhu' (palsu) yang dijadikan dasar
tentang fadhilah surat Yasin diantaranya adalah sebagai berikut
:
?
Keterangan : Hadits ini
Palsu
Ibnul Jauzi mengatakan, hadits ini dari
semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya. Imam Daruquthni berkata :
Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad hadits ini? adalah
tukang memalsukan hadits. (Periksa : Al-Maudhu'at, Ibnul Jauzi, I/246-247,
Mizanul I'tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul Majmua'ah hal. 268 No.
944).
?
Keterangan : Hadits ini
Lemah.
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitabnya
Mu'jamul Ausath dan As-Shaghir dari Abu Hurairah, tetapi dalam sanadnya ada rawi
Aghlab bin Tamim. Kata Imam Bukhari, ia munkarul hadits. Kata
Ibnu Ma'in, ia tidak ada apa-apanya (tidak kuat). (Periksa : Mizanul I'tidal
I:273-274 dan Lisanul Mizan I : 464-465).
?
Keterangan : Hadits ini
Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam
Mu'jam Shaghir dari Anas, tetapi dalam sanadnya ada Sa'id bin Musa
Al-Azdy, ia seorang pendusta dan dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan
hadits. (Periksa : Tuhfatudz Dzakirin, hal. 340, Mizanul I'tidal II : 159-160,
Lisanul Mizan III : 44-45).
?
Keterangan : Hadits ini
Lemah.
Ia diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari jalur
Al-Walid bin Syuja'. Atha' bin Abi Rabah, pembawa hadits ini tidak
pernah bertemu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebab ia lahir sekitar tahun
24H dan wafat tahun 114H. (Periksa : Sunan Ad-Darimi 2:457, Misykatul Mashabih,
takhrij No. 2177, Mizanul I'tidal III:70 dan Taqribut Tahdzib
II:22).
?
Keterangan : Hadits ini
Palsu.
(Lihat Dha'if Jamiush Shaghir, No. 5801 oleh
Syaikh Al-Albani).
?
Keterangan : Hadits ini
Palsu.
(Lihat Dha'if Jami'ush Shagir, No. 5798 oleh
Syaikh Al-Albani).
?
Keterangan : Hadits ini
Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
(No. 3048) dan Ad-Darimi 2:456. Di dalamnya terdapat Muqatil bin
Sulaiman. Ayah Ibnu Abi Hatim berkata : Aku mendapati hadits ini di awal
kitab yang di susun oleh Muqatil bin Sulaiman. Dan ini adalah hadits batil,
tidak ada asalnya. (Periksa : Silsilah Hadits Dha'if No. 169, hal. 202-203) Imam
Waqi' berkata : Ia adalah tukang dusta. Kata Imam Nasa'i : Muqatil bin Sulaiman
sering dusta. (Periksa : Mizanul I'tidal IV:173).
?
Keterangan : Hadits ini
Lemah.
Hadits ini diriwayatkan Ad-Darimi 2:457 dari
jalur Amr bin Zararah. Dalam sanad hadits ini terdapat Syahr bin
Hausyab. Kata Ibnu Hajar : Ia banyak memursalkan hadits dan banyak keliru.
(Periksa : Taqrib I:355, Mizanul I'tidal II:283).
?
Keterangan : Hadits? ini
Lemah.
Diantara yang meriwayatkan hadits ini adalah
Ibnu Abi Syaibah (4:74 cet. India), Abu Daud No. 3121. Hadits ini lemah karena
Abu Utsman, di antara perawi hadits ini adalah seorang yang majhul
(tidak diketahui), demikian pula dengan ayahnya. Hadits ini juga
mudtharib (goncang sanadnya/tidak jelas).
?
Keterangan : Hadits ini
Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu'aim
dalam kitab Akhbaru Ashbahan I :188. Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan
bin Salim Al Jazari. Imam? Ahmad dan Nasa'i berkata, ia tidak bisa
dipercaya. Imam Bukhari, Muslim dan Abu Hatim berkata, ia munkarul
hadits. Kata Abu 'Arubah Al Harrani, ia sering memalsukan hadits. (Periksa
: Mizanul I'tidal IV : 90-91).
?
?
Penjelasan.
Abdullah bin Mubarak berkata : Aku berat
sangka bahwa orang-orang zindiq (yang pura-pura Islam) itulah yang
telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits tentang fadhilah
surat-surat tertentu). Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata : Semua hadits
yang mengatakan, barangsiapa membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini
dan begitu SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU.
Sesungguhnya? orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah
mengakuinya sendiri. Mereka berkata, tujuan kami membuat hadits-hadits palsu
adalah agar manusia sibuk dengan (membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur'an)
dan menjauhkan mereka dari?isi Al-Qur'an yang lain, juga kitab-kitab selain
Al-Qur'an. (Periksa : Al-Manarul Munffish Shahih Wadh-Dha'if, hal.
113-115).
?
?
Khatimah
Dengan demikian jelaslah bahwa hadit-hadits
tentang fadhilah dan keutamaan surat Yasin, semuanya LEMAH
dan PALSU. Oleh karena itu, hadits-hadits tersebut
tidak dapat dijadikan hujjah untuk menyatakan keutamaan surat ini dan
surat-surat yang lain, dan tidak bisa pula untuk menetapkan ganjaran atau
penghapusan dosa bagi mereka yang membaca surat ini. Memang ada hadits-hadits
shahih tentang keutamaan surat Al-Qur'an selain surat Yasin, tetapi tidak
menyebut soal pahala.
?
Wallahu A'lam.
|
Penerbitan Kembali Kitab Karya Ustd. A. Hakim
praysu itno
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sengaja pemberitahuan ini ana kirimkan melalui assunnah dan bukan kepada yang lebih berhak menerimanya, dikarenakan ana belum mengetahui siapa yang lebih tepat untuk ana tanya. Begini, merujuk dari beberapa pembahasan Al Akh Yayat di millist ini yang beberapa diantaranya di ambil dari Kitab " 25 Masalah - Masalah Penting Dalam Islam " Karya Al Ustadz Abdul Hakim Abdat, ana berkeinginan sangat untuk mendapatkan kembali kitab ini. Dulunya ana sudah memiliki akan tetapi ana berikan kepada orang tua ana. Oleh karena itu kepada Ikhwan / Akhwat sekalian yang kebetulan mengetahui Sumber Penerbitan pertamanya agar menginformasikan kepada Redaksi / Penerbit tsb. untuk mencetak ulang. Ana yakin masih banyak Ikhwan kita yang belum memilikinya dan memang sangat perlu untuk dimiliki karena di dalamnya termaktub dengan jelas kaidah BERAMAL yang sesuai dengan Manhaj Yang Shohih di jalur yang lurus lagi penuh Berkah yaiutu As Salafus Sholih. Disamping itu jika diantara anggota assunnah ini yang baru ber azzam / niat yang kuat untuk meniti jalan tsb. tulisan ini kiranya sebagai informasi bahwa ada Kitab / Buku yang secara Ilmiah membahas permasalahan islam ditinjau dari Ilmu Hadits yang sudah qoth'i / baku. Ini saja yang dapat ana sampaikan, kepada Ikhwan / akhwat yang mengetahui ataupun dapat mengusahakan terbitnya kembali Kitab tsb. ana ucapkan Jazakumullohu Khoiron. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Hamba yang dloif fil 'ilmi syar'i Suprayitno __________________________________________________ Do You Yahoo!? Talk to your friends online with Yahoo! Messenger. |
Re: perkenalan
Abu Luthfi Sudaryanto
Assalamu'alaikum wr. wb.
Afwan berikut ini, ada balasan e-mail dari akh Asneil, melihat bahasanya koq sepertinya ditujukan ke seluruh anggota ML as-sunnah, bukan hanya ke saya pribadi. Karena ada kalimat "hikmah" dan "keikhlasan" di dalamnya, dengan ini saya sebarkan kepada yang berhak mendengarnya. Kemudian kepada akh. Asneil, saya ucapkan "Marhaban". Afwan atas kekhilafan saya, dan semoga Allah menyatukan hati kita dan mempertemukan kita kembali, di bumiNya dan di surgaNya. Semoga akhi dapatkan apa yang akhi inginkan dalam ML ini. Wassalam Abu Luthfi ----------fwd text------------------ Assalamu'alaikum Wr.Wb. Milis ini ana kenal dan dengar pertamakali pada saat perbincangan seorang kawan di suatu milis yang ana ikuti. Yang membuat ana tertarik adalah isi dari pembicaraan tersebut penuh dengan nasihat, dengan kata-kata lembut, bak seseorang berbicara dengan saudaranya. Penuh nasihat yang bersumber kepada AlQur'an dan Hadist. Untuk mencari sesuatu yang haq, maka ana beranikan diri untuk mendaftar pada milis ini. Semoga antum sekalian berkenan menerima ana yang masih lemah dalam pemahaman AlQur'an dan Hadist. Buat Abu Lutfi, ana Ade Asneil Akbar bin Zeinal Djamal, sahabat antum yang berkunjung ke rumah antum dengan beberapa kawan. Masa lupa? Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Asneil Akbar ______________________________________________________ |
[Masalah - 24 = Pokok-pokok Manhaj Salaf 6/6]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
POKOK-POKOK MANHAJ SALAF
?
Oleh
Khalid bin Abdur Rahman
al-'Ik
Bagian Terakhir dari Enam Tulisan
[6/6]
?
Kaidah
Keempat.
?
Berpijak Berdasarkan Al-Kitab dan
As-Sunnah dengan Mengutamakan Pemahaman Ulama Salaf dan Menjadikan Akal Mereka
Tunduk kepada Nash-Nash Keduanya.
?
Kaidah ini memiliki peran besar dalam
pokok-pokok manhaj salaf. Inilah kaidah yang menjadi pemisah antara
Ahlu Sunnah dengan Ahlul Bid'ah, walaupun semuanya mengaku mengikuti Al-Kitab
dan As-Sunnah.
?
Pengikut manhaj ahlul-kalam berseru
: "Kami ittiba' kepada Al-Kitab dan As-Sunnah". Pengikut manhaj
sufi juga berseru : "Kami ittiba' kepada Al-Kitab dan As-Sunnah".
Pengikut manhaj salaf pun berseru : "Kami ittiba' kepada
Al-Kitab dan As-Sunnah".
?
Para pengikut manhaj ahlul-kalam
memang mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah, akan tetapi mereka menjadikan nash-nash
Al-Qur'an dan Al-Hadits? tunduk pada tuntutan akal pikiran mereka. Dengan
demikian mereka sebenarnya telah meninggalkan manhaj Al-Kitab dan
As-Sunnah.
?
Para pengikut manhaj sufiyah juga mengambil
Al-Kitab dan As-Sunnah, namun mereka menjadikan nash-nash keduanya tunduk kepada
pemahaman-pemahaman tertentu dalam kaitannya dengan penafsiran tentang hidup dan
zuhud, kemudian berpaling dari kenikmatan-kenikmatan hidup. Dengan
demikian mereka pun meninggalkan manhaj Al-Kitab dan
As-Sunnah.
?
Adapun para pengikut manhaj salaf,
merekalah orang-orang yang benar-benar berpijak berdasar Al-Kitab dan As-Sunnah
dengan mengutamakan pemahaman ulama salaf dan menjadikan akal mereka tunduk
kepada nash-nash keduanya. Mereka menyesuaikan kehidupannya sesuai dengan
tuntunan Al-Kitab dan As-Sunnah dan membatasi pandangan (teori) mereka tentang
hidup serta kenikmatannya selaras dengan pengarahan Al-Kitab dan
As-Sunnah.
?
Jadi merekalah orang-orang yang sesuai
dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, baik aqidah, manhaj, syari'ah maupun perilakunya.
Dalil dari standard ini telah ditetapkan berdasarkan Al-Qur'an dan
As-Sunnah.
?
Berikut ini adalah penjelasan tentang manhaj
shahabat yang telah mendapat ridha dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya
Al-Amin Shallallahu 'alaihi wa sallam.
?
Pertama kali dalam menetapkan manhaj
shahabat tersebut, kita mulai dengan firman Allah Tabaraka wa Ta'ala
tentang para shahabat Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jadi mereka ridha terhadap nikmat yang telah
Allah berikan kepada mereka berupa Al-Qur'an dan berupa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, Allah pun telah ridha kepada mereka disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan. Yakni, berupa ibadah dan ketaatan yang hanya ditujukan kepada
Allah semata, ittiba' kepada Rasul-Nya yang menyebarluaskan dakwah Islamiyyah
serta penyebaran sunnah nabawiyyah dan pengamalannya.
?
Wallahu 'alam bish-shawaab
?
|
perkenalan
Asneil Akbar
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Perkenalkan nama saya Asneil Akbar, saat ini sedang belajar di Jepang, bidang studi Applied Physics. Saya berharap, milis ini dapat menjawab keraguan atau ketidaktahuan saya dalam menjalankan ibadah ditengah-tengah masyarakat Jepang yang jauh sekali dengan Islam. Selain itu saya bisa menjalin hubungan sirraturrahmi dengan saudara-saudaraku seiman. Sekian dulu perkenalan dari saya. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Asneil __________________________________________________ Do You Yahoo!? Talk to your friends online with Yahoo! Messenger. |
[Masalah - 24 = Pokok-pokok Manhaj Salaf 5/6]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
POKOK-POKOK MANHAJ SALAF
?
Oleh
Khalid bin Abdur Rahman
al-'Ik
Bagian Kelima dari Enam Tulisan
[5/6]
?
Kaidah Ketiga:
Mencari Pembuktian Berdasarkan
Ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi.
?
Mencari Pembuktian Menurut Pola-pola
Al-Qur'an.
Sesungguhnya Al-Qur'an Al-'Azhim mempunyai
pola tersendiri yang khusus untuk mencari pembuktian. Barang siapa yang menempuh
pola ini, niscaya ia sampai kepada kebenaran hakiki yang meyakinkan. Diantara
pola Al-Qur'an yang paling utama dalam mencari pembuktian ialah memperhatikan
tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada langit dan bumi, dan upaya menyingkap
rahasia-rahasia mahluk.
?
Melalui ayat-ayat-Nya yang mulia. Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan agar manusia berpikir tentang penciptaan
langit dan bumi. Di antara firman Allah :
Ayat-ayat yang memerintahkan untuk
memikirkan kejadian alam semesta ini banyak. Ayat-ayat yang akan membangkitkan
akal, menggerakkan pikiran, mengundang perhatian dan memotivasi perenungan serta
penghayatan.
?
Semua itu termasuk wasilah (sarana) terkuat
untuk sampai pada pemahaman terhadap hakikat kebenaran hingga hasilnya akan
memperkokoh iman dan menanamkan keyakinan yang dalam terhadap Al-Khalik
yang maha Agung. Sayangnya pola?Al-Qur'an ini diharamkan oleh pengikut
manhaj ahlul-kalam. Mereka tidak mau diikat dengan pola-pola Al-Qur'an
dalam memperkokoh keimanan dan memantapkan keyakinan.
?
Sesungguhnya, berkaitan dengan cara memahami
masalah aqidah, dalam?hal ini terdapat dua manhaj yang saling berlawanan
:
Manhaj Qur'ani -sebagaimana dapat
dilihat- akan menghentikan akal manusia pada hakikat kebenaran? itu tuntas dan tidak akan guncang keraguan sedikitpun setelah
datangnya iman dan pembenaran. Manhaj ini dengan segala keluhuran serta
kekuatannya adalah manhaj yang mudah, memberikan?jaminan hasil dan juga
akan menambah akal semakin terbuka wawasan serta daya pandangnya.
?
Sedangkan manhaj falsafi adalah
manhaj yang mempunyai jalan berliku-liku yang ruwet, memusingkan akal dengan
persoalan-persoalan yang membingungkan, mebebani pemikiran dengan
analogi-analogi logika yang membosankan dan amat potensial untuk menjerumuskan
akal pikiran kedalam lubang-lubang kesalahan yang merupakan jebakan yang
dipasang oleh para penentangnya.
?
Oleh sebab itulah, persoalan aqidah bagi
kaum filosof dan orang-orang yang terpengaruh oleh mereka?dari kalangan
ahlu kalam, merupakan sebuah kebingungan yang menimbulkan sangkaan-sangkaan,
serta membingungkan akal pikiran. Persoalan-persoalan aqidah yang berdasarkan
manhaj mereka itu tidak memberikan ilmu dan tidak menambahkan keyakinan apapun.
Ia adalah sebuah jalan?antara al-haq dengan kebatilan yang bercampur aduk
di dalamnya.
?
Adapun pola-pola ahlul kalam, sebenarnya
bersumber dari pola-pola filsafat, walaupun dalam prilakunya agak berbeda, sebab
kaum filosof tidak mempercayai wahyu dan kenabian, sehingga mereka benar-benar
bersandar pada akalnya semata. Sedangkan ahlul kalam, mereka masih
mempercayai? wahyu dan kenabian, hanya saja mereka berupaya untuk
menjadikan wahyu tunduk pada akal. Mereka tidak mau menundukkan akalnya
kepada? nash-nash wahyu.
?
Menurut ahlul kalam, landasan utama dalam
polanya adalah mendahulukan akal atas syara'. Oleh karena itulah mereka
berkonsentrasi untuk menta'wilkan nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah menurut
kemauan akal mereka dengan bertumpu pada debat dan logika.
?
Jadi cara-cara mereka mirif kaum filosof.
Cara-cara itu tidak akan memberikan jaminan hasil (yang benar -red)
disebabkan berbaurnya khayalan-khayalan akal dalam berbagai pembahasan serta
kajian permasalahannya. Dengan demikian, sebagai (hasil) akhirnya adalah
kebigungan menghadapi tantangan keragu-raguan dan sama sekali tidak layak untuk
memutuskan permasalahan iman dan i'tiqaad.
?
Adapun pola kenabian, adalah pola Al-Qur'an
itu sendiri. Tetapi, dengan uslub (cara pemaparan) yang sedikit berbeda
dilihat dari segi kemudahan dan banyaknya. Namun, memiliki kekuatan petunjuk,
kekokohan hujjah dan kedalaman keyakinan. Pola kenabian ini mempunyai pengaruh
nyata dan jelas dalam memahamkan aqidah yang benar, dalam menyingkirkan setiap
syubhat yang?mengacaukan pemikiran disebabkan pengaruh bisikan-bisikan
setan, dalam menanamkan keyakinan pada jiwa dan dalam menyebarluaskan sinar
keimanan ke dalam relung-relung hati.
?
Bersambung :
Kaidah Kempat : Berpijak
berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah ..
?
|
[Masalah - 32 = Hukum Shalat 'Ied, Wajib atau Sunnah 2/2]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
HUKUM SHALAT 'IED
WAJIB ATAU SUNNAH
?
Oleh
Syaikh Abu al-Hasan Mustafa bin Ismail
as-Sulaimani
Bagian Terakhir dari
Dua Tulisan [2/2]
?
TAKBIR PADA SAAT 'IED KERAS-KERAS
ATAU PELAN-PELAN .?
?
Syaikh Abu al-Hasan Mustafa as-Sulaimani
ditanya :
?
"Apakah seseorang yang pergi untuk
menunaikan sahalat 'Iedul Fitri dan 'Iedul Adha (mesti) bertakbir ..?. Jika
mesti bertakbir apakah dengan suara keras atau dengan suara
pelan??"
?
Beliau menjawab
:
?
Bertakbir pada saat pergi untuk menunaikan
shalat 'Ied terdapat dalam atsar-atsar shahih yang mauquf dan maqthu'
(yakni atsar-atsar/yang dilakukan para sahabat dan atau tabi'in), tetapi tidak
benar jika dikatakan ada hadits marfu' (dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam) yang berkaitan dengan masalah ini.
?
Al-Faryabi mengeluarkan riwayat dalam
"Ahkam Al-'Idain" No. 53, bahwa Ibnu Umar mengeraskan
suara takbirnya pada hari 'Iedul Fitri (sejak) ketika pergi (di pagi hari)
menuju Mushala (tanah lapang tempat melaksanakan Shalat 'Ied), sampai
hadirnya Imam untuk melaksanakan shalat 'Ied. (Atsar ini, sanadnya
hasan). Atsar ini ada yang meriwayatkannya secara marfu' (sampai
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), tetapi riwayat itu riwayat
mungkar.
?
Dalam riwayat Hakim I/298 dan lainnya,
disebutkan bahwa : Ibnu Umar pada dua hari raya (Iedul Fitri dan Iedul Adha)
keluar dari Masjid (setelah shalat shubuh, -red), kemudian beliau bertakbir
hingga tiba di Mushala (tanah lapang tempat dilaksanakan shalat 'Ied).
Sanadnya hasan.
?
Syu'bah juga pernah bertanya kepada Al-Hakam
dan Hammad : "Apakah saya (mesti) bertakbir ketika saya keluar menuju shalat
'Ied.?" Keduanya menjawab : "Ya" (Atsar ini dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah
dengan No. 5626, sedangkan sanadnya hasan).
?
Kemudian dalam riwayat Al-Baihaqi III/279,
melalui jalan Tamim bin Salamah, ia (Tamim) Berkata : "Ibnu Zubair keluar pada
hari raya Kurban, ia tidak melihat orang-orang bertakbir, maka ia berkata
:"Mengapa mereka tidak bertakbir .?. Ketahuilah, demi Allah apabila mereka
mengumandangkan takbir, tentu engkau akan melihat kami dalam (barisan) pasukan
yang tidak dapat dilihat ujungnya, yaitu seseorang (diantara kami) bertakbir,
lalu disusul orang berikutnya hingga berguncanglah pasukan itu karena gema
takbir. Memang ternyata perbedaan antara kalian dengan mereka (generasi
shahabat) adalah ibarat bumi yang rendah dengan langit yang tinggi"
(Sanad atsar ini shahih).
?
Sementara itu Abu Hanifah -dalam salah satu
riwayat yang berasal darinya- berpendapat bahwa mengumandangkan takbir secara
keras hanya ada pada hari Raya Kurban, tidak pada hari Raya Fitri, ketika
pagi-pagi berangkat menuju mushala. Ia berdalil berdasarkan atsar yang
dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah No. 5629, melalui jalan Syu'bah maula
Ibnu Abbas.
?
Dalam atsar itu diceritakan bahwa Syu'bah
berkata :
"Saya menuntun Ibnu Abbas pada suatu hari
raya, ia mendengar orang-orang mengumandangkan takbir, maka ia bertanya
:"Orang-orang itu sedang ada apa ?". Saya menjawab :"Mereka bertakbir". Ia
bertanya ;"Apakah imam sedang bertakbir?" Saya menjawab :"Tidak!". Ia berkata
:"Apakah orang-orang sudah gila .? (Ini adalah atsar yang sanadnya dha'if/lemah,
sebab Syu'bah meriwayatkan riwayat-riwayat yang mungkar dari Ibnu Abbas. Mungkin
yang dimaksudkan Ibnu Abbas olehnya adalah Ibnu Abbas yang lain. Kalaupun kita
katakan bahwa Syu'bah meriwayatkan kisah itu secara tepat, namun 'illat
(penyakit)nya ada pada Abu Dzi'b, seorang muridnya, yang ada dalam sanad
dimana ia meriwayatkan atsar tersebut melalui berbagai sisi, dan
periwayatannyapun mudtharib (goncang/tidak mantap).
?
Tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
(sebuah ayat yang berkaitan dengan takbir pada 'Iedul Fitri) :
Sebagian pengikut madzahb Hanafi menjawab
bahwa yang dimaksud dengan takbir dalam ayat itu adalah takbir dalam shalat,
atau yang dimaksud adalah mengagungkan Allah, berdasarkan firman Allah dalam
ayat lain.
Tetapi pembatasan makna seperti itu pada
ayat di atas tidak benar, sebab makna ayat tersebut lebih umum dari sekedar
takbir dalam shalat atau sekedar mengagungkan Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
?
Imam Thahawi, beliau adalah juga seorang
pengikut madzhab Hanafi -justru menguatkan pernyataan bahwa kedua hari 'Ied
(hari raya) itu (yakni 'Iedul Fitri dan 'Iedul Adha) adalah satu. Pembedaan
(hukum) antara kedua hari raya tersebut tidak ada dalilnya. Itulah pedapat
kebanyakan Ulama, dan itu pulalah apa yang dilakukan oleh para Salaf (Lihat
Mukhtashar Ikhtilaf al-Ulama, karya Imam Thahawi I/376-378,
Bada-i ash-Shana-i', karya al-Kasani I/415 dan Fathul
Bari karya Ibnu Rajab IX/31-32).
?
Catatan
Penting.
Wanita juga ikut bertakbir apabila aman dari
fitnah, tetapi tidak perlu sekeras suara kaum laki-laki. Dasarnya adalah hadits
Ummu 'Athiyah. Bisa dilihat dalam Fathul Bari Ibnu Rajab IX/33).
?
Catatan Redaksi.
Berdasarkan atsar-atsar di atas, maka
terbukti ada tuntunan untuk takbir dengan suara keras menjelang shalat 'Iedul
Fitri dan 'Iedul Adha.
?
Wallahu a'lam.
?
|
[Masalah - 32 = Hukum Shalat 'Ied, Wajib atau Sunnah 1/2]
Yayat Ruhiat
¿ªÔÆÌåÓý?
HUKUM SHALAT 'IED
WAJIB ATAU SUNNAH
?
Oleh
Syaikh Abu al-Hasan Mustafa bin Ismail
as-Sulaimani
Bagian Pertama dari Dua Tulisan
[1/2]
?
Kata
Pengantar.
?
Tulisan dibawah ini merupakan terjemahan
dari fatwa Syaikh Abu al-Hasan Mustafa bin Ismail as-Sulaimani berkaitan dengan
hukum Shalat 'Ied dan? Takbir pada
hari 'Ied. Kami angkat dari Silsilah al-Fatawa Asy-Syar'iyah No. 8
bulan Muharram dan Shafar 1419H, soal jawab No. 131 dan 137. Dan dimuat di
majalah As-Sunnah edisi 07/Th III/1419-1998M.
?
Syaikh Abu al-Hasan as-Sulaimani adalah
seorang 'alim dari Mesir yang kini tinggal di Ma'rib Yaman, murid senior dari
Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'i yang ahli dalam bidang hadits. Semoga tulisan
ini bermanfaat.
?
?
HUKUM SHALAT 'IED, WAJIB ATAU
SUNNAH
?
Beliau ditanya tentang dua orang yang
berselisih pendapat mengenai shalat 'Ied, apakah hukumnya wajib, atau sunnah
yang bila dilaksanakan akan berpahala tetapi bila ditinggalkan tidak
berdosa.
?
Beliau menjawab
:
?
"Berkaitan dengan persoalan ini, ada tiga
pendapat yang masyhur di kalangan Ulama :"
?
Dalil-dalil
?
Para pendukung pendapat pertama berdalil
dengan hadits yang muttafaq 'alaih, dari hadits Thalhah bin Ubaidillah, ia
berkata :
Mereka (para pendukung pendapat kesatu)
mengatakan : Hadits ini menunjukkan?bahwa shalat selain shalat lima waktu
dalam sehari dan semalam, hukumnya bukan wajib (Fardhu) 'Ain (bukan
kewajiban perkepala). Dua shalat 'Ied termasuk kedalam keumuman?ini (yakni
bukan wajib melainkan hanya sunnah saja, -pen). Pendapat ini di dukung oleh
sejumlah Ulama diantaranya Ibnu al-Mundzir dalam "Al-Ausath
IV/252".
?
Sedangkan pendukung pendapat kedua, yakni
berpendapat bahwa shalat 'Ied adalah Fardhu Kifayah, berdalil dengan
argumentasi bahwa shalat 'Ied adalah shalat yang tidak diawali adzan dan iqamat.
Karena itu shalat ini serupa dengan shalat jenazah, padahal shalat jenazah
hukumnya fardhu kifayah. Begitu pula shalat 'Ied juga merupakan syi'ar Islam.
Disamping itu, mereka juga berdalil dengan firman Allah :
(Ayat ini berkaitan dengan perintah
melaksanakan shalat 'Ied, yakni 'Iedul Adha, wallahu a'lam, red).
?
Mereka juga berkeyakinan bahwa pendapat ini
merupakan titik gabung antara hadits (kisah tentang) Badui Arab (yang digunakan
sebagai dalil oleh pendapat pertama) dengan hadist-hadits yang menunjukkan
wajibnya shalat 'Ied. Perhatikanlah Al-Mughni II/224.
?
Sementara para pengikut pendapat ketiga
berdalil dengan banyak dalil. Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendukung
pendapat ini.
?
Beliau mengukuhkan dalil-dalil yang
menyatakan (bahwa shalat 'Ied adalah) wajib 'Ain (kewajiban perkepala).
Beliaupun menyebutkan bahwa para shahabat dulu melaksanakan shalat 'Ied di
padang pasir (tanah lapang) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah memberikan keringanan kepada
seorangpun untuk melaksanakan shalat tersebut di Masjid Nabawi.
?
Berarti hal ini menunjukkan bahwa shalat
'Ied termasuk jenis shalat Jum'at, bukan termasuk jenis shalat-shalat sunnah.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga tidak pernah membiarkan shalat 'Ied
tanpa khutbah, persis seperti dalam shalat Jum'at. Hal semacam ini tidak
didapati dalam Istisqa' (do'a meminta hujan), sebab Istisqa' tidak
terbatas hanya dalam shalat dan khutbah saja, bahkan Istisqa' bisa dilakukan
hanya dengan berdo'a di atas mimbar atau tempat-tempat lain. Sehingga karena
itulah Abu Hanifah Rahimahullah membatasi Istisqa' hanya dalam bentuk do'a, ia
berpandangan bahwa tidak ada shalat khsusus untuk istisqa'.
?
Begitu pula, sesungguhnya ada riwayat yang
jelas dari Ali (bin Abi Thalib) Radhiyallahu Anhu, yang menugaskan seseorang
untuk mengimami shalat ('Ied) di Masjid bagi golongan kaum Muslimin yang lemah.
Andaikata shalat 'Ied itu sunnah, tentu Ali tidak perlu menugaskan seseorang
untuk mengimami orang-orang yang lemah di Masjid. Karena jika memang sunnah,
orang-orang? lemah ini tidak usah melaksanakannya, tetapi toh Ali tetap
menugaskan seseorang untuk mengimami mereka di Masjid, berarti?ini
menunjukkan wajib, sehingga orang-orang lemahpun tetap harus?
melaksanakannya -red).
?
Dalil lain ialah bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan agar kaum wanita keluar (ke tanah lapang)
walaupun sedang haidh guna menyaksikan barakahnya hari 'Ied dan do'a kaum
Mukminin. Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para wanita
haidh untuk keluar (ke tanah lapang) -padahal mereka tidak shalat-, apalagi bagi
para wanita yang sedang dalam keadaan suci. Ketika ada diantara kaum wanita
berkata kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa :"Salah seorang di
antara kami tidak memiliki jilbab (kain menutupi seluruh tubuh wanita
dari atas kepala hingga ujung kaki, pen), beliau tetap tidak memberikan keringan
kepada mereka untuk tidak keluar, beliau bahkan menjawab :
Padahal dalam shalat Jum'at dan shalat
berjama'ah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (bagi para
wanita).
Juga bahwa shalat Jum'at ada gantinya bagi
kaum wanita serta kaum musafir, berbeda dengan shalat 'Ied (yang tidak ada
gantinya). Shalat 'Ied hanya satu atau dua kali dalam satu tahun, berlainan
dengan shalat Jum'at yang terulang sampai lima puluh kali atau lebih (dalam satu
tahun). Sementara itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun memerintahkan
(ummatnya) untuk melaksanakan shalat 'Ied, memerintahkan (agar ummatnya) keluar
menuju shalat 'Ied. Beliau dan kemudian di susul para Khalifahnya serta kaum
Muslimin sesudahnya terus menerus melakukan shalat 'Ied. Demikian pula tidak
pernah sekalipun diketahui bahwa di negei Islam shalat 'ied ditinggalkan,
sedangkan shalat 'Ied termasuk syi'ar Islam yang paling agung. Firman Allah
berbunyi.
Pada ayat itu Allah Subhanahu wa Ta'ala
memerintahkan bertakbir pada hari Iedul Fitri dan Iedul Adha. Artinya, pada hari
itu Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan shalat yang meliputi adanya takbir
tambahan, sesuai dengan cara takbir pada raka'at pertama dan raka'at kedua.
(Demikianlah secara ringkas apa yang dikemukakan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah disertai sedikit penambahan keterangan dan pengurangan. Lihat Majmu'
Fatawa XXIV/179-183).
?
Imam Shana'ani, dan Shidiq Hasan Khan dalam
"Ar-Raudhah An-Nadiyah" menambahkan bahwa apabila
(hari) 'Ied dan Jum'at bertemu, maka (hari) 'Ied menggugurkan kewajiban shalat
Jum'at. Padahal shalat Jum'at adalah wajib, tidak ada yang bisa menggugurkan
kewajiban ini melainkan yang menggugurkannya pasti merupakan perkara yang wajib.
(Lihat pula Subul as-Salam II/141).
?
Mereka (para ahli pendapat ketiga ini)
membantah dalil yang digunakan oleh para pendukung pendapat pertama, bahwa
hadits (yang mengisahkan persoalan) orang Badui Arab itu mengandung beberapa
kemungkinan.
Hadist (kisah tentang) Badui Arab inipun
masih bisa dibantah (dari sisi lain, yaitu bahwa) keterangan umum pada hadits
itu (mengenai?shalat wajib hanyalah shalat lima waktu dalam sehari dan
semalam) telah dikhususkan dengan shalat nadzar, yaitu shalat yang seseorang
mewajibkan dirinya untuk melaksanakannya karena nadzar (maksudnya : seseorang
yang bernadzar untuk melaksanakan shalat, maka shalat?itu hukumnya wajib
untuk dilaksanakan, padahal itu tidak tertuang dalam hadits (kisah tentang Badui
Arab, red-). Jika argumentasi ini dibantah bahwa tentang kewajiban shalat nadzar
ada dalilnya tersendiri, maka demikian pula kewajiban shalat 'Ied juga?ada
dalilnya tersendiri. Jika dibantah lagi bahwa tentang kewajiban shalat nadzar
diakibatkan?karena seseorang mewajibkan dirinya (dengan nadzar) untuk
melaksanakan shalat tersebut, maka apalagi shalat yang?kewajibannya
ditetapkan oleh Allah untuknya, tentu kewajiban melaksanakan shalat baginya itu
lebih nyata daripada melaksanakan shalat yang ia wajibkan sendiri.
?
Adapun argumentasi yang digunakan oleh orang
yang mengatakan bahwa shalat 'Ied hukumnya Fardhu Kifayah berdasarkan
ayat.
Atau bahwa shalat 'Ied merupakan syi'ar
Islam, maka dalil ini justru lebih mendukung pendapat yang mengatakan bahwa
shalat 'Ied hukumnya Wajib?'Ain (wajib bagi tiap-tiap
kepala).
?
Mengenai qiyas yang mereka lakukan terhadap
shalat?jenazah bahwa shalat 'Ied adalah shalat yang tidak didahului adzan
maupun iqamat (Qamat) hingga mirip dengan shalat jenazah, maka qiyas?itu
adalah qiyas yang berlawanan dengan nash.
?
Disamping itu, sesungguhnya telah dinyatakan
bahwa manusia tidak membutuhkan adzan bagi shalat 'Ied, adalah
karena:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah
mengatakan :"Siapa yang berpendapat shalat 'Ied itu Fardhu Kifayah,
maka perlu dikatakan kepadanya bahwa hukum Fardhu Kifayah hanya terjadi
pada sesuatu yang maslahatnya dapat tercapai jika dilakukan oleh sebagian orang,
misalnya menguburkan jenazah atau mengusir musuh. Sedangkan shalat 'Ied
maslahatnya tidak akan tercapai jika hanya dilakukan oleh sebagian orang.
Kemudian kalau maslahat shalat 'Ied ini (dapat dicapai dengan hanya sebagian
orang) berapakah jumlah orang yang dibutuhkan agar maslahat shalat?tersebut
dapat tercapai ..? Maka sekalipun dapat diperkirakan jumlah tersebut, tetapi
pasti akan menimbulkan pemutusan hukum secara pribadi, sehingga mungkin akan ada
yang menjawab ; satu orang, dua orang, tiga orang .... dan seterusnya".
(Dinukil dari Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah).
?
Imam Shana'ani, Imam Syaukani, guru kita
Syaikh Al-Albani dan Syaikh kami Syaikh (Muhammad bin Shalih) Al-Utsaimin
-hafizhallahu al-jami- berpegang kepada pendapat bahwa shalat 'Ied
adalah WAJIB 'AIN. Saya pribadi cenderung mengikuti pendapat
ini, sekalipun pada beberapa dalil yang digunakan oleh para pendukung pendapat
ini ada yang perlu dilihat kembali, tetapi pendapat tersebut adalah pendapat
yang dalilnya paling kuat dibandingkan dalil-dalil pendapat
lainnya.
?
Kendatipun saya takut menyelisihi jumhur
(mayoritas) ahli ilmu (Ulama), namun dalam hal ini saya lebih menguatkan
pendapat yang mengatakan (shalat 'Ied) hukumnya Wajib 'Ain, berdasarkan
kekuatan dalil yang (menurut saya) mereka gunakan, terutama karena sejumlah
Ulama juga berpendapat seperti ini.
?
Begitulah kiranya sikap adil (tidak taklid).
Wallahu a'lam
?
Bersambung.
Takbir Pada Saat 'Ied,
Keras-Keras atau Pelan-Pelan ??..
?
|
Re: Prinsip-prinsip komunikasi dalam Al-Qur'an (2) : Prinsip Qawlan Balighan
Abu Luthfi Sudaryanto
Assalmu'alaikum wr. wb.
akhi ute_rid_strc@... Demi sunnah, ijinkan saya mengenalkan diri, nama saya Abu Luthfi Sudaryanto bin Amat Daroni, lahir di Jateng, sekarang tengah syafar di Jepang. Saya tidak tahu nama akhi, tapi dari beberapa kalimat yang telah akhi kirimkan dalam milis ini sedikit banyak saya bisa mengenal siapa akhi. Sebenarnya dari kiriman tulisan akhi dengan subjek diatas, juga reply atas pertanyaan saya tentang Sayyid Sabiq yll, sedikit cukup bagi saya untuk mengetahui siapa akhi. Yakni, InsyaAllah, akhi adalah seorang yang ingin baik, sebagaimana halnya saya, inilah yang mendorong saya untuk melayangkan e-mail ini sebagai ajakan ta'aruf. Dan sengaja lewat jalur umum agar ta'aruf kita diikuti oleh yang lain, sebagai peringatan akan pentingnya ta'aruf. InsyaAllah saya bisa menangkap dari artikel yang akhi kirimkan dengan subjek di atas, tapi saya tidak bisa menangkap apa maksud (latar belakang) akhi mengirimkannya. Bila akhi menganggap itu artikel bagus sehingga perlu di ketahui dan diabil pelajaran oleh yang lain, maka sebagai saudara seiman yang menginginkan keselamatan dan kebaikan pada saudaranya pula, saya "mengkuatirkan" beberapa hal pada diri akhi. Alhamdulillah bila kekuatiran ini salah. Satu darinya adalah: saya kuatir akhi salah dalam memahami arti ilmu dalam sabda Rasulullah saw. "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim". Sebatas pengetahuan yang akhi miliki, ilmu seperti apakah yang diwajibkan untuk dicari menurut hadits tersebut? Alasan atas kekuatiran ini serta kekuatiran-kekuatiran yang lain, insya menyusul sebagai paket ta'aruf lebih detail, insyaAllah. Wassalam Akhuka fillah Abu Luthfi ______________________________________________________ |
Re: Prinsip-prinsip komunikasi dalam Al-Qur'an (2) : Prinsip QawlanBalighan
rimba
Setahu ana Jalaluddin Rakhmat terkena fitnah Syiah. Untuk itu perlu hati2.
toggle quoted message
Show quoted text
Afwan. Abu Musa -----Original Message-----
From: ute_rid_strc@... [mailto:ute_rid_strc@...] Sent: 13 March, 2000 12:50 PM To: sabili@...; assunnah@... Subject: [assunnah] Prinsip-prinsip komunikasi dalam Al-Qur'an (2) : Prinsip QawlanBalighan Assalaamu'alaikum wR.wB. Perkenankan saya menyampaikan bagian kedua (habis) tentang prinsip-prinsip komunikasi dalam Al-Qur'an, kutipan dari Buku ISLAM AKTUAL karya Jalaluddin Rakhmat. Pentingnya memiliki prinsip berkomunikasi yang baik apalagi prinsip tsb diformulasikan dari suatu nilai yang mulia adalah suatu keharusan bagi ummat manusia khususnya rakyat Indonesia sekarang ini. Semoga bermanfaat. Wassalaamu'alaikum wR.wB. Dwitas sebagai pelengkap bisa anda baca kolom hikmah republika hari Rabu (01032k). ** Prinsip Qawlan Balighan Berkatalah kepada mereka dengan qawlan balighan (Qs 4:63). Kata "baligh" dalam bahasa Arab artinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan atau komunikasi), "baligh" berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu, prinsip qawlan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif. Al-Qur ------------------------------------------------------------------------ Subscribe assunnah-subscribe@... Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... Feedback or comments assunnah-owner@... ------------------------------------------------------------------------ @Backup- Protect and Access your data any time, any where on the net. Try @Backup FREE and recieve 300 points from mypoints.com Install now: -- Talk to your group with your own voice! -- |
to navigate to use esc to dismiss