Keyboard Shortcuts
ctrl + shift + ? :
Show all keyboard shortcuts
ctrl + g :
Navigate to a group
ctrl + shift + f :
Find
ctrl + / :
Quick actions
esc to dismiss
Likes
- Assunnah
- Messages
Search
Re: e-mail problems
Endan Suwandana
Kalau ada administratornya, coba tanya sama dia. Barangkali dia
toggle quoted message
Show quoted text
mem-filter-nya. Biasanya beberapa perusahaan tidak mengijinkan bagi karyawannya utk ikutan Mailing-List, karena mungkin terlalu mahal. Hal ini dialami teman saya di perusahaan Freepot. Tapi mudah-mudahan hal itu tidak terjadi sama akhi. Mungkin juga karena hal lain. Demikian yang saya tahu... e.n.d.a.n Bismillahirrahmanirrahiim. |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 12 = Hadist Palsu Tentang Terpecahnya Umat Islam]
Y & R
HADITS PALSU
Tentang Terpecahnya Umat
Islam
oleh
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
KATA PENGANTAR
Di permasalahan ke 11, ML assunnah telah
memuat penjelasan lengkap dan berbobot mengenai Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Dua
Golongan Umat Islam, dan untuk melengkapi pembahasan tersebut kami angkat pula
pembahasan ilmiah mengenai Hadits Palsu Tentang Terpecahnya Umat Islam, oleh
penulis yang sama, untuk itu selamat menyimak.
HADITS PALSU TENTANG TERPECAHNYA
UMAT ISLAM
Hadits palsu tersebut bunyinya adalah
sebagai berikut :
"TAFTARIQU UMMATI 'ALA BIDH'IW-WASAB'IINA FIRQOTAN KULLUHAA FIIL-JANNATI ILLA FIRQOTAW-WAHIDAH WAHIYAA ZANAADIQOH". "Umat-Ku akan terpecah menjadi lebih dari 70 golongan, semuanya akan masuk surga, kecuali satu golongan yang akan masuk neraka, yaitu golongan zindiq". Keterangan :
Hadits ini diriwayatkan dengan tiga jalan:
RAWI HADITS
Di sanad yang pertama ada dua rawi yang sangat
lemah.
Di sanad yang kedua ada dua rawi yang lemah :
Di sanad yang ketiga, ada dua rawi tukang
dusta.
KESIMPULAN.
Kata ibnul Jauzi : Hadits dengan lafadz seperti di atas
tidak ada asalnya. Yang benar adalah : Satu golongan yang masuk surga yaitu :
Al-Jama'ah (Al-Maudhu'at I:267-268 cet. II Darul Fikr 1403 H). Kata Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani : Hadits dengan lafadz seperti ini (yakni seperti
yang tersebut diatas) adalah PALSU.
PERIKSA
Wallahu 'alam. Insya Allah menyusul
:
|
Re: Tanya Informasi Lokasi Dauroh Sabtu & Ahad
Y & R
Informasi Lokasi Dauroh Sabtu & Ahad Assalamu'alaikum Wr. Wb.Address : Jl. Polonia - Taman Simanjuntak No. 7 TPA Al-Irsyad Telp. 8191122 --> Dari Terminal Kp Melayu naik mikrolet jurusan Psr Minggu [M16] minta diturunin di POLONIA. udah gitu terus jalan kaki.... --> Lebih mudah pakai taxi |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 11 = Kedudukan Hadits 72 Golongan Umat Islam]
Y & R
KEDUDUKAN HADITS
Tujuh Puluh Dua Golongan Umat
Islam
oleh
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
TAQDIM
Akhir-akhir ini, kita sering mendengar ada
beberapa khatib dan penulis yang membawakan hadits tentang tujuh puluh dua
golongan umat Islam masuk neraka dan satu golongan umat Islam masuk surga adalah
hadits lemah, dan yang benar kata mereka adalah tujuh puluh dua golongan masuk
surga dan satu golongan saja yang masuk neraka, yaitu golongan zindiq. Mereka
melemahkan hadist tersebut karena tiga hal :
Dalam tulisan ini Insya Allah saya akan
menjelaskan kedudukan sebenarnya hadits ini serta penjelasan dari para Ulama
Ahli Hadits, sehingga dengan demikian akan hilang kemusykilan yang ada, baik
dari segi sanadnya maupun dari segi maknanya.
JUMLAH HADITS TENTANG TERPECAHNYA
UMAT.
Kalau kita kumpulkan hadits-hadits tentang
terpecahnya umat menjadi 73 golongan dan satu golongan yang masuk surga, lebih
kurang ada lima belas hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari sepuluh ahli
hadits dari 14 (empat belas) shahabat Rasulullah SAW, yaitu ; Abu Hurairah,
Mu'awiyah, Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash, Auf bin Malik, Abu Umamah, Ibnu
Mas'ud, Jabir bin Abdillah, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abu Darda', Watsilah bin
Al-Asqa', Amr bin 'Auf Al-Muzani, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy'ariy, dan
Anas bin Malik.
Sebagian dari hadit-hadits tersebut ialah
:
Artinya :
"Dari Abu Hurairah ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah SAW. Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan Kaum Nashrani telah terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan ummatku akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan". Keterangan :
Hadits ini diriwayatkan oleh :
Semua ahli hadits tersebut di atas
meriwayatkan dari jalan Muhammad bin 'Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurarirah
dari Nabi SAW.
RAWI HADITS
A. Muhammad bin 'Amr bin Alqamah bin
Waqqash Al-Alilitsiy.
(Lihat : Al-Jarhu wat Ta'dil 8 : 30-31, Mizanul I'tidal III : 367, Tahdzibut Tahdzib IX : 333-334, Taqribut Tahdzib II : 196). B. Abu Salamah itu Abdur-Rahman bin Auf. Beliau
adalah rawi Tsiqah, Abu Zur'ah
berkata : Ia seorang rawi
Tsiqah.
(Lihat : Tahdzibut Tahdzib XII : 127.
Taqribut Tahdzib II : 430).
DERAJAT HADITS.
Hadits ini derajatnya : HASAN, karena ada
Muhammad bin 'Amr, tetapi hadits ini menjadi SHAHIH karena banyak
SYAWAHIDNYA.
Tirmidzi berkata : Hadits ini HASAN
SHAHIH.
Hakim berkata : Hadits ini SHAHIH menurut
syarat Muslim dan keduanya (yaitu : Bukhari, Muslim) tidak mengeluarkannya, dan
Imam Dzahabi menyetujuinya. (Mustadrak Hakim : Kitabul 'Ilmi juz I hal.
128).
Ibnu Hibban dan Asy-Syathibi dalam
Al-'Itisham 2 : 189 menshahihkan hadits ini. Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani menshahihkan hadits ini dalam kitab Silsilah Hadits Shahih No. 203 dan
Shahih Tirmidzi No. 2128.
Artinya :
"Dari Abu Amir Abdullah bin Luhai, dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia (Mu'awiyah) pernah berdiri dihadapan kami, lalu ia berkata : Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda : Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kami dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan. (Adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk neraka dan satu golongan akan masuk surga, yaitu "Al-Jama'ah". Keterangan :
Hadits ini diriwayatkan oleh :
Semua Ahli Hadits tersebut di atas meriwayatkan dari jalan
:
Shafwah bin 'Amr, ia berkata : Telah memberitakan kepadaku
Azhar bin Abdullah Al-Hauzani dari Abu 'Amr Abdullah bin Luhai dari
Mu'awiyah.
RAWI HADITS
1. Shafwah bin 'Amir bin Haram
as-Saksakiy : Ia dikatakan Tsiqah oleh Al-'Ijliy, Abu
Hatim, Nasa'i, Ibnu
Sa'ad, ibnul Mubarak dan lain-lain.
(Lihat : Tahdzibut Tahdzib IV : 376. Al-Jarhu wat Ta'dil IV : 422. Taribut Tahdzib I : 368, Al-Kasyif II : 27). 2. Azhar bin Abdullah Al-Haraazi. Ia
dikatakan Tsiqah oleh Al-I'jiliy dan Ibnu Hibban.
Imam Dzahabi berkata : Ia seorang tabi'in
dan haditsnya hasan. Ibnu Hajar
berkata : Ia Shaduq (orang yang benar) dan ia dibicarakan
tentang nashb.
(Lihat : Mizanul I'tidal I:173. Taqribut Tahdzib I:52. Ats-Tsiqat
oleh Al-'Ijily hal.59
dan ASt-Tsiqat oleh Ibnu hibban IV :
38).
3. Abu 'Amir Al-Hauzani ialah Abu Amir
Abdullah bin Luhai.
(Liha: Al-Jarhu wa Ta'dil V : 145. Tahdzibut Tahdzib V : 327. Taqribut-Tahdzib 1 : 444 dan Al-kasyif II : 109). DERAJAT HADITS
Derajat hadits ini : HASAN, karena ada rawi Azhar bin
Abdullah, tetapi hadits ini menjadi SHAHIH dengan SYAWAHIDNYA.
Hakim berkata : Sanad-sanad hadits (yang banyak) ini harus
dijadikan hujjah untuk menshahihkan hadits ini. Dan Imam Dzahabi menyetujuinya.
(lihat : Al-Mustadrak I : 128).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Hadits ini Shahih
Masyhur (lihat : Silsilah Hadits Shahih I : 359 oleh Syaikh
Al-Albani).
Artinya :
"Dari Auf bin Malik ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam : "Sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, satu golongan masuk surga, dan tujuh puluh dua golongan masuk neraka". Beliau ditanya : "Ya Rasulullah, Siapakah satu golongan itu ?". Beliau menjawab ; "Al-Jama'ah". Keterangan.
Hadits ini diriwayatkan oleh :
Semuanya meriwayatkan dari jalan 'Amr bin 'Utsman, telah
menceritakan kepada kami 'Abbad bin Yusuf, telah menceritakan kepadaku Sahfwan
bin 'Amr dari Rasyid bin Sa'ad dari 'Auf bin Malik.
RAWI HADITS.
DERAJAT HADITS
Derajat hadits ini : HASAN karena ada 'Abbad bin Yusuf,
tetapi harus mejadi SHAHIH dengan beberapa SYAWAHIDNYA.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengatakan hadits
ini SHAHIH dalam Shahih Ibnu Majah II:36 nomor 3226 cetakan Maktabul Tarbiyah
Al'Arabiy Liduwalil Khalij cet: III tahun 1408H.
Hadits tentang terpecahnya umat menjadi 73 golongan
diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik dengan mempunyai 8 (delapan) jalan (sanad)
di antaranya dari jalan Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Majah No. 3993. Imam
Bushiriy berkata : Isnadnya Shahih dan rawi-rawinya tsiqah. Hadits ini
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah No. 3227. (Lihat : 7 sanad
yang lain dalam Silsilah Hadits Shahih 1:360-361.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dalam kitabul Iman, bab Maaja'
Fiftiraaqi Hadzihi Ummah No. 2779 dari shahabat Abdullah bin 'Amr bin Al-Ash dan
Imam Al-Lalikaiy juga meriwayatkan dalam kitabnya Syarah Ushulil I'tiqad Ahlis
Sunnah wal Jama'ah I:99 No. 147 dari shahabat dan dari jalan yang sama, degan
ada tambahan pertanyaan, yaitu : Siapakah golongan yang selamat itu ?. Beliau
SAW menjawab :
"MAA ANAA 'ALAIYHI WA-ASH-HAABII" "Ialah golongan yang mengikuti jejak-Ku dan jejak para shahabat-Ku". RAWI HADITS
Dalam sanad hadits ini ada rawi yang lemah yaitu :
Abdur Rahman bin Ziyad bin An'um Al-ifriqy. Ia dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in,
Imam Ahmad, Nasa'i dan selain mereka. Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata : Ia lemah
hapalannya.(Tahdzib VI:157-160. Taqribut Tahdzib I:480).
DERAJAT HADITS
Imam Tirmidzi mengatakan hadist ini HASAN, karena banyak
syawahidnya. Bukan beliau menguatkan rawi ini, karena dalam bab Adzan beliau
melemahkan rawi ini. (Lihat : Silsilah Al-Hadits Shahihah No. 1348 dan Shahih
Tirmidzi No. 2129). KESIMPULAN.
Kedudukan hadits-hadits di atas setelah diadakan
penelitian oleh para Ahli Hadits, maka mereka berkesimpulan bahwa hadits-hadits
tentang terpecahnya umat ini menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, 72 (tujuh
puluh dua) golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga adalah HADITS
SHAHIH yang memang datangnya dari Rasulullah SAW, dan tidak boleh seorangpun
meragukan tentang keshahihan hadits-hadits tersebut, kecuali kalau dia dapat
membuktikan secara ilmu hadits tentang kelemahan hadits-hadits
tersebut.
SEBAGIAN YANG MELEMAHKAN.
Ada sebagian orang yang melemahkan hadits-hadits tersebut,
karena melihat jumlah yang berbeda-beda, yakni ; di suatu hadits tersebut 70, di
hadits lain disebut 71, di hadits lain lagi disebutkan 72 terpecahnya dan satu
masuk surga. Oleh karena itu saya akan terangkan tahqiqnya, berapa jumlah firqah
yang binasa itu.?.
TARJIH.
Hadits-hadist yang menerangkan tentang terpecahnya ummat
menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan adalah lebih banyak sanadnya dan lebih
kuat dibanding hadits-hadits yang menyebut 70,71 atau 72.
MAKNA HADITS.
Sebagian orang menolak hadits-hadits yang shahih karena
mereka lebih mendahulukan akal ketimbang wahyu, padahal yang benar adalah wahyu
yang berupa nash Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih lebih tinggi dan lebih utama
dibanding dengan akal manusia, karena manusia ini adalah lemah, jahil (bodoh),
zhalim, sedikit ilmunya, sering berkeluh kesah, sedangkan wahyu tidak ada
kebathilan di dalamnya (41:42).
Adapun soal makna hadits masih musykil (sulit dipahami)
maka janganlah cepat-cepat kita menolak hadits-hadits shahih, karena betapa
banyaknya hadits-hadits shahih yang belum kita pahami makna dan maksudnya
.!!
Yang harus digaris bawahi adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu daripada kita. Rasulullah SAW menerangkan bahwa umatnya akan
mengalami perpecahan dan perselisihan dan akan menjadi 73 (tujuh puluh tiga)
firqah,semuanya ini telah terbukti. Yang terpenting bagi kita sekarang ini ialah
berusaha mengetahui tentang kelompok-kelompok yang binasa dan golongan yang
selamat serta ciri-ciri mereka berdasarkan Al-Qur'an, As-Sunnah As-Shahihah dan
penjelasan para shahabat dan para Ulama Salaf, agar kita menjadi golongan yang
selamat dan menjauhkan diri dari kelompok-kelompok sesat yang kian hari kian
berkembang.
Wallahu 'alam. Insya Allah menyusul
:
|
Re: tanya tentang takhrij haditst kisah Tsalabah o leh ust.Yazid J awaz.
Purwadi
toggle quoted message
Show quoted text
-----Original Message-----
From: Purwadi [mailto:purwa@...] Sent: Friday, December 24, 1999 1:02 PM To: 'assunnah@...'; 'Y & R' Cc: Suprayitno MCDP Subject: [assunnah] Re: tanya tentang takhrij haditst kisah Tsalabah oleh ust.Yazid J awaz. Akhi Yayat dan ikhwan semua Ana lagi mancari tentang kisah Tsalabah yang pernah ditakhrij oleh ustad Yazid A.Q. Jawaz dibuletin Annur edisi kurang lebih dua tahun yang lalu. Mohon kalu ada yang tahu segera kirim ke ana segera. Alamat E-Mail purwa@... Jazakallah. Wassalam. -----Original Message----- From: Suprayitno MCDP [mailto:suprayitno@...] Sent: Friday, December 24, 1999 7:53 AM To: Suprayitno MCDP; 'Y & R' Cc: assunnah@... Subject: [assunnah] Re: Tanya Kembali Qoul Imam Mazhab Ttg. Hadis Dloif Assalamu'alaikum Wr. Wb.------------------------------------------------------------------------ Post Message assunnah@... Subscribe assunnah-subscribe@... Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... List owner assunnah-owner@... ------------------------------------------------------------------------ GRAB THE GATOR! FREE SOFTWARE DOES ALL THE TYPING FOR YOU! Gator fills in forms and remembers passwords with NO TYPING at over 100,000 web sites! Get $100 in coupons for trying Gator! eGroups.com Home: - Simplifying group communications ------------------------------------------------------------------------ Post Message assunnah@... Subscribe assunnah-subscribe@... Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... List owner assunnah-owner@... ------------------------------------------------------------------------ GET $100 IN COUPONS FOR TRYING GATOR! Grab the Gator! Free software does all the typing for you! Gator fills in forms and remembers passwords with NO TYPING at over 100,000 web sites! -- Create a poll/survey for your group! -- |
Re: tanya tentang takhrij haditst kisah Tsalabah oleh ust.Yazid J awaz.
Purwadi
Akhi Yayat dan ikhwan semua
toggle quoted message
Show quoted text
Ana lagi mancari tentang kisah Tsalabah yang pernah ditakhrij oleh ustad Yazid A.Q. Jawaz dibuletin Annur edisi kurang lebih dua tahun yang lalu. Mohon kalu ada yang tahu segera kirim ke ana segera. Alamat E-Mail purwa@... Jazakallah. Wassalam. -----Original Message-----
From: Suprayitno MCDP [mailto:suprayitno@...] Sent: Friday, December 24, 1999 7:53 AM To: Suprayitno MCDP; 'Y & R' Cc: assunnah@... Subject: [assunnah] Re: Tanya Kembali Qoul Imam Mazhab Ttg. Hadis Dloif Assalamu'alaikum Wr. Wb.------------------------------------------------------------------------ Post Message assunnah@... Subscribe assunnah-subscribe@... Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... List owner assunnah-owner@... ------------------------------------------------------------------------ GRAB THE GATOR! FREE SOFTWARE DOES ALL THE TYPING FOR YOU! Gator fills in forms and remembers passwords with NO TYPING at over 100,000 web sites! Get $100 in coupons for trying Gator! eGroups.com Home: - Simplifying group communications |
Tanya Informasi Lokasi Dauroh Sabtu & Ahad
Suprayitno MCDP
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ikhwan / akhwat filah, ana membutuhkan informasi ttg. lokasi Dauroh Ustadz Yazid, Yusuf Baisa dan Farid Ocbah yang akan dilaksanakan Sabtu & Ahad (25 - 26 / 12/1999) di Polonia Jak - Tim. Jika antum sekalian ada yang mengetahui Route dan lokasi nya tolong sampaikan ke ana. InsyaAlloh ana akan mengha- dirinya. Syukron atas perhatiannya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. ** SUPRAYITNO PT. TOYOTA - ASTRA MOTOR Plant Adm. Division - MCDP Section Phone : 6518989 ext. 1511 email : suprayitno@... Sunter I Jakarta Utara ** |
Re: Tanya Kembali Qoul Imam Mazhab Ttg. Hadis Dloif
Suprayitno MCDP
Assalamu'alaikum Wr. Wb. |
Re: Tanya Kedududkan Hadis Dloif
Y & R
BismillahirrohmaanirrohiemAlaikumsalam Kemudian, banyak dari kita bekata : Hadist Dloif masih bisa dijadikan dalilPersangkaan mereka tentang bolehnya mengamalkan hadits-hadits dlo'if untuk fadla ilul a'mal atau targhib dan tarhib, adalah persangkaan yang jahil. Dan menurut madzhab Imam Malik, Syafi'iy, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in, Abdurahman bin Mahdi, Bukhari, Muslim, Ibnu Abdil Bar, Ibnu hazm dan Imam-imam ahli hadits lainnya, mereka semuanya tidak membolehkan beramal dengan hadits dlo'if secara mutlak meskipun untuk fadlaa ilul a'mal dll. Tidak syak (ragu) lagi inilah madzhab yang haq, karena tidak ada hujjah kecuali dari hadits-hadits yang telah tsabit dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. [Kutipan dari Makalahnya Ustadz Abdul Hakim, insya Allah nanti dimuat di ML] Oh yaa.. gimana dengan ML assunnahnya, ada masalah enggak... ? misal ; TERIMA-nya nggak rutin, atau nggak bisa KIRIM etc... Jazakumullohu Khoiron Katsiron. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. |
Re: TEST...!
test ok
toggle quoted message
Show quoted text
-----Original Message-----
From: Y & R [mailto:yayat@...] Sent: Friday, December 24, 1999 5:03 AM To: assunnah@... Subject: [assunnah] TEST...! _____ Post Message assunnah@... <mailto:assunnah@...> Subscribe assunnah-subscribe@... <mailto:assunnah-subscribe@...> Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... <mailto:assunnah-unsubscribe@...> List owner assunnah-owner@... <mailto:assunnah-owner@...> _____ <> eGroups.com Home: <> www.egroups.com <> - Simplifying group communications |
Tanya Kedududkan Hadis Dloif
Suprayitno MCDP
Bismillahirrohmaanirrohiem
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Afwan akh yayat, jika ana mengganggu antum. Ana akan menanyakan sedkit ttg. kedudukan Hadist Dloif/lemah dalam Syari'at Islam. Kita sudah faham keharusan memakai hadist shohih sebagai dalil dalam beramal, karena kedudukannya berasal langsung dari perkataan Rasululloh Saw yang disampaikan /keluarkan oleh Para Muhaddist melalui Jalur periwayatan (Sanad) yang terpelihara. Adapun Hadist dloif, ia disangsikan jalur periwayatannya (bukan dari per- kataan Rasululloh Saw.). Kemudian, banyak dari kita bekata : Hadist Dloif masih bisa dijadikan dalil amalan asalkan tidak dijadikan sumber hukum (halal, haram dsb). Benarkah perkataan ini ???????????????????? Mohon kiranya bisa memberikan masukan ke ana, karena ada yang menannyakan hal ini. Dan ana belum sempat menanyakan ke Ustadz langsung. Jazakumullohu Khoiron Katsiron. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Suprayitno |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 10 = I'TIKAAF 2/2]
Y & R
I'TIKAAF
oleh
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan
[2/2]
H. WAKTU MEMULAI DAN MENGAKHIRI
I'TIKAAF
Di tulisan bagian pertama sudah disebutkan
bahwa i'tikaaf sunnat waktunya tidak terbatas. Maka bila seseorang telah masuk
masjid dan berniat taqarrub kepada Allah dengan tinggal di dalam masjid
beribadah beberapa saat, berarti ia beri'tikaaf sampai ia keluar. Dan jika
seseorang berniat hendak i'tikaaf pada sepuluh hari terkahir dari bulan
Ramadhan, maka hendaklah ia mulai masuk masjid sebelum matahari
terbenam.
Pendapat yang menerangkan bahwa masuk
i'tikaaf sebelum matahari terbenam pada tanngal 20 Ramadhan malam ke 21, adalah
pendapat Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad dalam salah satu
pendapatnya.
(Lihat Syarah Muslim, 8 : 68, Majmu' Syahrul
Muhadzdzab 6 : 492. Fathul Baari 4 : 277. Al-Mughni 4 : 489-490 dan Bidayatul
Mujtahid 1 : 230).
Dalil mereka ialah : Riwayat i'tikaaf-nya
Rasulullah SAW di awal Ramadhan, pertengahan dan akhir Ramadhan, kemudian
bersabda :
"Barangsiapa yang hendak beri'tikaaf bersamaku, hendaklah ia melakukannya pada sepuluh malam terakhir (dari bulan Ramadhan) ..." (Hadits Shahih riwayat Bukhari 2 : 256 dan Muslim 2 : 171-172) "Sepuluh terakhir", maksudnya
ialah nama bilangan malam, dan bermula pada malam ke dua puluh satu atau malam
ke dua puluh. (Lihat Fiqhus Sunnah 1 : 403). Tentang Hadits 'Aisyah
:
"Kata 'Aisyah : "Adalah Nabi SAW, bila hendak i'tikaaf, beliau shalat shubuh dulu, kemudian masuk ke tempat i'tikaaf ". (Hadist Shahih riwayat Bukhari 2 : 257 dan Muslim 3 : 175). Hadits ini dijadikan dalil oleh orang yang
berpendapat bahwa permulaan waktu i'tikaaf adalah dipermulaan siang. Ini menurut
pendapat Al-Auza'i, Al-Laits dan Ats-Tsauri. (lihat Nailul Authar 4 :
296).
Hadits 'Aisyah di atas maksudnya ialah bahwa
Nabi SAW, masuk ke tempat yang sudah disediakan untuk i'tikaaf di masjid setelah
beliau selesai mengerjakan shalat Shubuh. Jadi bukan masuk masjidnya ba'da
Shubuh.
Adapun masuk ke masjid untuk i'tikaaf tetap
diawal malam sebelum terbenam matahari. (Lihat Fiqhus Sunnah 1 :
403).
Mengenai waktu keluar dari masjid setelah
selesai menjalankan i'tikaaf pada sepuluh dari terkahir dari bulan Ramadhan,
menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i waktunya adalah sesudah matahari
terbenam (di akhir Ramadhan). Sedangkan menurut Imam Ahmad di sunnahkan ia
tinggal dimasjid sampai waktu shalat 'Idul Fitri. Jadi keluar dari masjid ketika
ia keluar ke lapangan mengerjakan shalat 'Id. Akan tetapi menurut mereka boleh
pula keluar dari masjid setelah matahari terbenam. (Lihat Bidayaatul Mujtahid 1
: 230 dan Al-Mughni 4 : 490).
Jadi kesimpulan empat Imam sepakat bahwa
i'tikaaf berkahir dengan terbenamnya matahari di akhir Ramadhan.
Kata Ibrahim : "Mereka menganggap
sunnat bermalam di masjid pada malam 'Idul Fitri bagi orang yang beri'tikaaf
pada sepuluh malam terkahir dari bulan Ramadhan, kemudian pagi harinya langsung
pergi ke lapangan (untuk shalat I'dul Fitri)". (Baca Al-Mugni 4 :
490-491).
Dan orang yang bernadzar akan beri'tikaaf
satu hari atau beberapa hari tertentu, atau bermaksud melaksanakan i'tikaaf
sunnat, maka hendaknya ia memulai i'tikaafnya itu sebelum terbit fajar, dan
keluar dari masjid bila matahari sudah terbenam, baik i'tikaaf itu di bulan
Ramadhan maupun di bulan lainnya.
(Lihat Bidayaatul Mujtahid 1 : 230.
Al-Majmu' Syahrul Muhadzdzab 6 : 494. Fiqhus Sunah 1 : 403-404).
Kata Ibnu Hazm : Orang yang bernadzar hendak
i'tikaaf pada satu malam atau beberapa malam tertentu, atau ia hendak
melaksanakan i'tikaaf sunnat, maka hendaklah ia masuk ke masjid sebelum terbenam
matahari, dan keluar dari masjid bila sudah terbitnya fajar. Sebabnya karena
permulaan malam ia saat yang mengiringi terbenamnya matahari, dan ia berakhir
dengan terbitnya fajar. Sedangkan permulaan siang adalah waktu terbitnya fajar
dan berkahir dengan terbenamnya matahari. Dan seseorang tidak dibebani kewajiban
melainkan menurut apa yang telah diikrarkan dan di niatkannya. (Liha Al-Muhalla
5 : 198 masalah No. 636).
I. HAL-HAL YANG SUNNAT DAN MAKRUH BAGI
ORANG YANG I'TIKAAF.
Disunnatkan bagi orang yang beri'tikaaf
memperbanyak ibadat sunnat serta menyibukkan diri dengan shalat berjama'ah lima
waktu dan shalat-shalat sunnat, membaca Al-Qur'an, tasbih, tahmid, takbir,
istigfhar, berdo'a, membaca shalawat atas Nabi SAW dan ibadat-ibadat lain yang
mendekatkan diri kita kepada Allah Ta'ala.
Termasuk juga hal ini disunnatkan menuntut
ilmu, membaca/menelaah kitab-kitab tafsir dan hadits, membaca riwayat para Nabi
dan orang-orang shaleh, dan mempelajari kitab-kitab fiqh serta kitab-kitab yang
berisi tentang masalah 'aqidah.
Dimakruhkan bagi orang yang i'tikaaf
melakukan hal-hal yang tidak perlu dan tidak bermanfa'at, baik berupa perkataan
atau perbuatan, sabda beliau :
"Diantara kebaikan Islam seseorang, ialah ia meninggalkan hal-hal yang tidak berguna". (Hadits riwayat Tirmidzi No. 2419. Ibnu Majah No. 3976 dan di shahkan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Jami'us Shagir No. 5787). Dimakruhkan pula menahan diri dari berbicara, ya'ni :
seseorang tidak mau bicara, karena mengira bahwa hal itu mendekatkan diri kepada
Allah 'Azza wa Jalla.
Ibnu Abbas berkata : Ketika Nabi SAW sedang khutbah,
tampak oleh beliau seorang laki-lakiyang tetap berdiri (diterik matahari).
Maka beliau bertanya (kepada para shahabat) siapakah orang itu .?. Jawab mereka
: "Namanya Abu Israil, ia bernadzar akan terus berdiri, tidak akan duduk,
tidak mau bernaung dan tidak mau berbicara serta akan terus berpuasa. Maka Nabi
SAW bersabda.
"Suruhlah ia berbicara, bernaung dan duduk, dan hendaklah ia meneruskan puasanya". (Hadits Shahih riwayat Bukhari, Abu Dawud No.3300, Ath-Thahawy Fii-Masykilil Aatsaar. 3 : 44 dan Baihaqy 10 : 75). J. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN I'TIKAAF.
K. HAL-HAL YANG DIBOLEHKAN SEWAKTU
I'TIKAAF
"Dari 'Aisyah, bahwa ia pernah menyisir rambut Nabi SAW, padahal ia sedang haidh, dan Nabi SAW sedang i'tikaaf di masjid, dan 'Aisyah berada di dalam kamarnya dan kepala Nabi SAW di masukkan ke kamar 'Aisyah. Dan adalah Nabi SAW, bila sedang i'tikaaf tidak pernah masuk rumah melainkan kalau untuk menunaikan hajat". (Hadits Shahih riwayat Bukhari 2 : 260, 256. Muslim 1: 167, Abu Dawud No. 2467. Tirmidzi. Ibnu Majah No. 1776 dan 1778. Malik. Ibnul Jarud dan Ahmad 6 : 104,181,235,247,262). Berkata Ibnul Munzir : Para Ulama sepakat,
bahwa orang yang i'tikaaf boleh keluar dari masjid (tempat i'tikaaf-nya) untuk
keperluan buang air besar atau kencing, karena hal ini merupakan sesuatu yang
tidak dapat dielakkan, sebab tidak mungkin dilakukan di masjid. Dalam hal ini
sama hukumnya dengan kebutuhan makan minum bila tidak ada yang mengantarnya,
maka boleh ia keluar (sekedarnya).". (Lihat Fiqhus Sunnah 1 :
405).
'Aisyah juga meriwayatkan bahwa ia tidak
menjenguk orang sakit ketika ia sedang i'tikaaf melainkan hanya sambil lewat
saja, misalnya ada orang sakit di dalam rumah, ia bertanya kepada si sakit
sambil lewat saja. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan
Muslim.
L. KHATIMAH
Sebagai khatimah dari tulisan ini,
dianjurkan bagi orang-orang yang i'tikaaf pada sepuluh dari terakhir Ramadhan
dan yang tidak i'tikaaf, berusahalah memanfa'atkan kepada Allah, perbanyaklah
baca Al-Qur'an, berdzikir kepada Allah, dan melakukan shalat-shalat sunnat yang
diajarkan Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita termasuk orang yang mendapatkan
malam Lailatul Qadar yang keutamaannya lebih baik dari seribu bulan dan
mudah-mudahan pula dosa kita diampunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, sabda
Rasulullah SAW.
"Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW, bersabda : "Barangsiapa yang berdiri (shalat tahajjud/tarawih), karena iman dan mengharapkan ganjaran dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu" (Hadits Shahih riwayat Bukhari 2 : 252. Muslim 2 : 177. Abu Dawud No. 1371. Nasa'i 4 : 155-158. Darimy, Ibnu Majah No. 1326. Ahmad 2 : 281,289,408,423). Dan perbanyak pula bacadzikirdibawah ini pada
malam ganjil di akhir Ramadhan yang diharapkan adanya Lailatul
Qadar.
"ALLAHUMMA INNAKA 'AFUUWUN TUHIBBUL 'AFWA FA' FU 'ANNII" "Ya Allah ! Sesungguhnya Engkau Maha pemaaf dan suka mema'afkan, maka ma'afkanlah aku". (Hadits Shahih riwayat Ahmad 6 : 171. Ibnu Majah No. 3850. Tirmidzi No. 3580 (Shahih Tirmidzi No. 2789 dan Shahih Ibnu Majah No. 3105)). Wallahu 'Alamu Bish Shawaab Insya Allah menyusul
:
|
Informasi Kaset-kaset Ceramah Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas
Y & R
KATA PENGANTAR
Dalam edisi khusus ini, ML assunah bekerja
sama dengan TASJILAT AT-TAQWA BOGOR, menyajikan informasi kaset-kaset ceramah
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas, kaset tersebut bisa anda miliki sebagai bagian
dari koleksi perpustakaan pribadi yang sangat bermanfa'at.
CARA PEMBELIAN
Pemesanan kaset bisa dialamatkan kepada ana_yr@... atau via surat dengan alamat
; HERMAWAN - Tasjilat At-Taqwa Bogor, Jl. Anggada 2 No. 10 Bumi Indra Prasta -
Bantarjati Bogor, 16153. Telp. 0821062171.
Tulis dengan jelas qty dan judul kaset yang
dipesan.
CARA
PEMBAYARAN
Pembayaran bisa dilakukan dengan
transfer kepada HERMAWAN No. 095-0212021 BCA-BOGOR.
PENGIRIMAN
Setiap pembelian kaset akan dikirim langsung
ke tujuan di seluruh Indonesia, inysa Allah, untuk itu tulis alamat
lengkap anda. [ dan untuk teman-teman yang pesan dan berada di luar INA, teknis
pengiriman sedang dipikirkan].
TASJILAT AT-TAQWA BOGOR
Berusaha Memahami Islam Berdasarkan
Al-Qur'an & As-Sunnah
Menurut Pemahaman Ahlus-Sunnah wal
Jama'ah
Daftar Kaset Ceramah Ustadz Yazid
Abdul Qadir Jawas
|
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 10 = I'TIKAAF 1/2]
Y & R
I'TIKAAF
oleh
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
Bagian Pertama dari Dua Tulisan
[1/2]
A.DEFENISI I'TIKAAF
I'tikaaf berasal dari kata :
'AKAFA - YA'KIFU - WAYA'KUFU - 'UKUUFAN
I'tikaaf menurut bahasa ialah =
"menetapi sesuatu dan menahan diri padanya, baik sesuatu berupa kebaikan
atau kejahatan".
Allah berfirman :
"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya ?" (QS 21 :52) Sedangkan arti i'tikaaf menurut istilah syara' ialah
seseorang tinggal/menetap di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah
dengan shifat/cara tertentu.
(Lihat Syarah Muslim, 8 : 66. Fathul Baari 4 : 271.
Muhalla 5 : 179, masalah No. 624).
B.DISYARI'ATKANNYA.
Para Ulama sepakat bahwa i'tikaaf
disyari'atkan dalam agama Islam dan Nabi SAW selalu mengerjakan sebagaimana
disebutkan dalam beberapa hadits.
Artinya :
"Dari 'Aisyah ra, istri Nabi SAW, ia berkata : "Adalah Nabi SAW, biasa i'tikaaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sampai beliau wafat kemudian istri-istri beliau melaksanakan i'tikaaf sepeninggalnya". (Hadist riwayat Bukhari 2 : 255. Fathul Baari 4 : 271 Nomor 2462. Ahmad 6 : 292 dan Baihaqy 4 : 315, 320). "Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : "Adalah Rasulullah SAW, biasa i'tikaaf pada sepuluh hari terkahir dari bulan Ramadhan". (Hadits Shahih riwayat : Ahmad, Bukhari dan Muslim). "Dari 'Aisyah, ia berkata : "Adalah Rasulullah SAW, apabila sudah masuk sepuluh terakhir (dari bulan Ramadhan), maka beliau menghidupkan malam itu, membangunkan istrinya dan mengikat kainnya". (Hadits Shahih riwayat : Ahmad, Bukhari 2 : 255. Muslim 3 : 176. Abu Dawud No. 1376. Nasa'i 3 : 218 dan Tirmidzi). Maksud dari kalimat :
"'Aisyah berkata: "Adalah Rasulullah SAW, bersunguh-sungguh pada sepuluh terakhir (dari bulan Ramadhan melebihi kesungguhannya di malam-malamnya". (Hadits Shahih riwayat : Ahmad dan Muslim 3 : 176). Setiap ibadah yang nashnya sudah jelas dari Al-Qur'an dan
Sunnah yang shahih, maka itu pasti mempunyai keutamaan, meskipun tidak
disebutkan keutamaannya, begitu pula tentang i'tikaaf, walaupun i'tikaaf itu
merupakan taqarrub kepada Allah akan tetapi tidak ditemukan sebuah haditspun
menyatakan keutamaannya.
Berkata Imam Abu Dawud As-Sijistany : "Saya bertanya
kepada Imam Ahmad : Tahukah engkau suatu keterangan mengenai keutamaan i'tikaaf
? Jawab beliau : tidak kudapati, kecuali ada sedikit riwayat, dan riwayat inipun
lemah.
(Lihat Al-Mughni, 4 : 455-456 dan Silsilah Ahaadist
Dha'ifah dan Maudhu'-ah No. 518).
C. HUKUM I'TIKAAF
Hukum i'tikaaf ada dua macam, yaitu sunnat dan
wajib.
I'tikaaf Sunat.
Ialah yang dilakukan oleh seseorang secara sukarela dengan
tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan pahala dari pada-Nya,
serta mengikuti sunnah Rasulullah SAW. I'tikaaf seperti ini sangat ditekankan
dan lebih utama dilakukan pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan
sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW setiap bulan Ramadhan sampai beliau
wafat.
I'tikaaf Wajib. Ialah i'tikaaf yang diwajibkan oleh seseorang terhadap
dirinya sendiri, adakalanya dengan nadzar mutlak, misalnya ia mengatakan wajib
bagi saya i'tikaaf karena Allah
selama sehari semalam. Atau dengan nadzar bersyarat, misalnya ia mengatakan,
jika Allah dengan menyembuhkan penyakit saya, maka saya akan i'tikaaf dua
hari dua malam. Nadzar ini wajib dilaksanakan. Rasulullah SAW
bersabda.
Artinya :
"Dari 'Aisyah, ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah SAW : "Barangsiapa yang bernadzar akan melakukan sesuatu keta'atan kepada Allah hendaklah ia penuhi nadzarnya itu, dan barangsiapa bernadzar untuk melakukan ma'shiat (kedurhakaan/kesyirikan) kepada Allah, maka janglah lakukan ma'syiat itu". (Hadits Shahih riwayat : Bukhari, Malik, Abu Dawud No. 3289, Nasa'i, Tirmidzi, Darimy 2 : 184. ibnu Majah No. 2126, Ahmad 6 : 36,41,224 dan Baihaqy 19/68 dan Ibnu Jarud No. 934). 'Umar bin Khattab ra, pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW : Ya Rasulullah, saya pernah bernadzar di zaman jahiliyah akan
beri'tikaaf satu malam di masjid Haram ? Sabda beliau : "Penuhilah nadzarmu
itu !".
(Hadist Shahih riwayat : Bukhari 2 : 256, Fathul Baari No.
2032 dan Muslim 5 : 89).
D. WAKTUNYA
I'tikaaf yang wajib, dilakukan sesuai dengan
apa yang telah dinadzarkan dan di iqrarkan seseorang, maka jika ia
bernadzarkan dan di iqrarkan seseorang, maka jika ia bernadzar akan beri'tikaaf
satu hari atau lebih, hendaklah ia penuhi seperti yang dinadzarkannya
itu.
Adapun i'tikaaf yang sunnat, tidaklah
terbatas waktunya.
Menurut Imam Syafi'i, Abu Hanifah dan
kebanyakan Ahli Fiqih, i'tikaaf yang sunat tidak ada batasnya (lihat Bidayatul
Mujtahid 1 : 229). Kata Ibnu Hazm : boleh seseorang i'tikaaf siang saja.
Inilah merupakan pendapat Imam Syafi'i dan Abu Sulaiman (baca Al-Muhalla 5 :
179-180 masalah no. 614).
E.SYARAT-SYARAT
I'TIKAAF
Orang yang i'tikaaf syaratnya ialah
:
Bila i'tikaaf dilakukan di luar bulan Ramadhan,
maka :
F. RUKUN-RUKUN
I'TIKAAF
1. Niat.
Karena tidak shah satu amalan melainkan dengan niat. Allah berfirman : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus" Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat, dan manusia akan mendapatkan balasan menurut niat, dan manusia akan mendapatkan balasan menurut apa yang diniatkannya..." (Hadits Shahih riwayat Bukhari (Fathul Baari 1 : 9) 6 : 48). 2. Tempatnya harus di
Masjid.
Hakikat i'tikaaf, ialah tinggal di-masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Mengenai diwajibkannnya di masjid berdasarkan firman Allah Ta'ala : "....tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedangkan kamu beri'tikaaf di masjid ...." (QS 2 : 187) Jadi i'tikaaf itu hanya shah di masjid. G. PENDAPAT
FUQAHA
Mengenai Masjid yang Shah Dipakai Untuk
I'tikaaf
Para fuqaha' berbeda pendapat mengenai masjid yang shah
dipakai untuk i'tikaaf, dalam hal ini ada beberapa pendapat, yaitu
:
Sesudah membawakan beberapa pendapat, kemudian Imam Nawawi
berkata : "I'tikaaf itu shah dilakukan di setiap masjid dan tidak boleh
dikhususkan masjid manapun juga kecuali dengan dalil. sedang dalam hal ini tidak
ada dalil yang jelas yang mengkhususkannya". (Lihat Al-Majmu' Syahrul
Muhadzdzab 6 : 483).
(Lihat Ahkaamul Qur'an, Al-Jashshash 1 : 285 dan Rawaai'ul Bayaan Fii Tafsiiri Ayaatil Ahkam 1 : 241-215). Menurut jumhur ulama, tidaklah akan shah bagi seorang
wanita beri'tikaaf di masjid rumahnya sendiri, karena masjid di dalam rumah
tidak bisa dikatakan masjid, lagi pula keterangan yang sudah shah menerangkan
bahwa isteri-isteri Nabi SAW, melakukan i'tikaaf di Masjid Nabawi. (Lihat Fiqhus
Sunnah 1 : 402).
Tentang wanita i'tikaaf di masjid diharuskan membuat
kemah tersendiri terpisah dari laki-laki, dan untuk masa sekarang harus
dipikirikan tentang fitnah yang akan terjadi bila para wanita hendak i'tikaaf,
ikhtilath dengan laki-laki di tempat yang sudah semakin banyak fitnah. Adapun
soal bolehnya para ulama membolehkan, dan di usahakan untuk tidak saling
pandang-memandang antara laki-laki dan wanita.
(Lihat Al-Mughni 4 : 464-465, baca Fiqhul Islam syarah
Bulughul Maram 3 : 260)
Bersambung
Waktu Memulai dan
Mengakhiri I'tikaaf
Insya Allah menyusul
:
|
mohon penjelasan
Hakim Lukman
Assalamualaikum Wr. Wb.
Mohon penjelasan mengenai atsar sahabat Umar R.A : " Tiada Islam Tanpa Jamaah, tiada jamaah tanpa Amir, tiada Amir tanpa ketaatan ". shahihkan atsar ini..? minta penjelasan dari rekan-rekan yang mengetahui. Terima kasih Wassalamualaikum Wr. Wb. Luqman. H |
Wasiat dari Jepang
A L S
BISMILLAHIR ROHAMANIR ROHIEM
ILA : IKHWAN FILLAH DI SELURUH PENJURU BUMI ALLAH Assalamu'alaikum wr. wb. BA'DA HAMDALAH WA SHOLAWATU 'ALA RASULILLAH BERIKUT INI ANA SAMAPIKAN WASIAT DARI JEPANG, Kalau antum menjaganya maka antum tidak akan mencintai sesuatu selain yang dicintai Allah, dan demikianlah seharusnya. Kalau antum mengabaikannya maka antum akan mencintai sesuatu yang tidak dicintai Allah, dan tidaklah demikian seharusnya.@ (kalimat ini dikutip dari wasiat Abu Bakar kepada Umar ridhiallahu 'anhumma menjelang wafatnya, lihat Muhtashor Minhajul Qoshidin, Ibnu Qodamah) IKHWAN FILLAH, Dien (agama) adalah muamalah. DIMANAPUN, KAPANPUN dan DENGAN SIAPA PUN kita berada / bermuamalah tidak akan lepas dari dua alternatif "Imma Da'i au Mad'u" yakni sebagai DA'I (yang berda'wah) atau MAD'U (yang dida'wahi), dan keduanya dapat terjadi pada saat yang bersamaan. Da'wah tidaklah hanya lewat perkataan (lisan) tapi juga bisa juga lewat pandangan, dan pendengaran, bahkan perasaan. Da'wah (seruan) juga tidak akan lepas dari dua alternatif yakni FII SABILILLAH (yakni ajakan pada apa-apa yang Allah ridloi) atau FII SABILISYSYAITHON (yakni ajakan pada apa-apa yang Allah murkai). Allah menghendaki kita untuk beribadah hanya padaNya, tiada menyekutukanNya, mengingat/cinta akherat, tidak takut mati, yaqin dalam iman, menjadi hizbullah, dan lain-lain kebaikan. Syetan menghendaki kita menyekutukan Allah (Syirik), cinta dunia, takut mati, menjadi hizbusysyaithon, menjadi hamba dinar, dan lain-lain kesesatan. Maka sebaik-baik da'i adalah yang menyeru pada jalan Allah. Dan seberuntung-beruntungnya mad'u adalah yang diseru pada jalan Allah pula. Bukankah Allah telah memerintahkan kita :"UD'UU ILA ROBBIKA BILKHIKMAH..."(QS Yusuf). Sejelek-jelek da'i adalah yang menyeru pada jalan syethan. Dan sesial-sialnya mad'u adalah yang diseru pada jalan syethan pula. Bukankah Allah sudah memperingatkan kita: "WALAA TATTABI'U KHUTUWATISY SYAITHON..."(Q.S.Al-Baqoroh). IKHWAN FILLAH ketahuilah, dan beritahukanlah pada saudara, rekan sejawat, tetangga dan siapapun yang berhak menerimanya bahwa: Mengajak jalan-jalan, pesta, festival, makan bersama, tatemae/basa-basi, menanyakan pendapat kita tentang negaranya, masakan, demikian juga membantu, memberi salam atau hadiah adalah contoh cara da'wah orang Jepang kala bermua'amalah dengan kita. Namun perhatikannlah bahwa da'wah mereka tidak akan lepas dari tujuan untuk: - Cinta (mengagumi) Jepang (negaranya) - Cinta yen (uang) - Cinta dunia - Takut mati - Tidak percaya akherat - Tidak percaya Allah - Meninggalkan agama (meninggalkan hidup beragama) - Mendapatkan kepuasan diri dengan pujian dan penghormatan. - Menerima agama (ajaran) Budha/Shinto. Perhatikan akhi, adakah mereka mengajak (berda'wah) ke jalan Allah? Sadar atau tidak kita menjadi mad'u dalam hal ini. Sadar atau tidak kita akan terpengaruh, dan Sadar atau tidak telah banyak saudara seiman kita yang telah larut dalam da'wah mereka. Setiba di jepang untuk: Training, kuliah atau bekerja, mungkin didapati kehidupan yang: -serba mudah, lingkungan yang bersih, orang-orangnya yang santun, ramah dan sopan, birokrasi yang relatif lancar dll fasilitas dunia hingga ia mengira INILAH KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA. Wallahi, kalau saja dunia ini berarti walau hanya sebesar sayap nyamuk, tentu Allah tidak akan memberikan kepada mereka yang meningkariNYA. KEHIDUPAN YENAG SEBENARNYA DI AKHERAT, KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA DI AKHERAT, KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA DI AKHERAT, demikian Rasulullah saw peringatkan sembari membuat parit (khondaq). ikhwan fillah Allah bukakan mata ana di bumiNya yang bernama Jepang bahwa BANYAK ORANG TERSESAT (MENGIKUTI JALAN SYETAN) KARENA SYAHWAT SEPERTI PEMINUM, PEZINA DAN LAIN-LAIN. ADA JUGA YANG KARENA DORONGAN SYAHWAT, BERUPA KEPUASAN DIRI, IBADAHNYA SIA-SIA KARENA RIYA' ATAU KARENA BUKAN LILLAHI TA'ALA. Padahal IA TAHU laa ilaha illa Allah, laa na'budu illa iyya: tidak ada sasaran ibadah (yang disembah = ilah) selain Allah. TETAPI BENAR-BENAR, ikhwan fillah LEBIH BANYAK LAGI ORANG YANG TERSESAT KARENA SUBHAT YAKNI KERAGUAN KARENA JAHIL PADA SUATU MASALAH. SEBAGAI CONTOH BANYAK SAUDARA MUSLIM KITA YANG RAGU (SUBHAT) TERHADAP KEBENARAN ISLAM SETELAH MELIHAT KEBAIKAN AKHLAQ DAN 'KEMAJUAN' JEPANG. SUBHAT TERSEBUT MUNGKIN PERTAMA MEMBUATNYA MERASA MINDER (LEBIH RENDAH DARI ORANG JEPANG) KEMUDIAN BILA PENYAKIT HATI INI MAKIN PARAH, IA AKAN MENINGGALKAN REKAN-REKAN SESAMA MUSLIM, MENINGGALKAN KWAJIBAN DAN AKHIRNYA TIDAKLAH IA BERIBADAH (BERKATA, MELIHAT, MENDENGAR, BERFIKIR DAN BERPERASAN) SELAIN MENGIKUTI JALAN SYETAN (MUSUH ALLAH). wa'iyadhubillah Orang yang demikian akan sangat sulit untuk menghindar dari neraka. MENYIMPANGNYA YAHUDI, NASHORO, MUSYRIKIN QURAIS, MUSYRIKIN JEPANG DLL TIDAK LAIN JUGA KARENA PENYAKIT HATI BERUPA SUBHAT, SEBELUM SYAHWAT. SEPERTI YANG TELAH KITA KETAHUI, PUASA ADALAH SATU DIANTARA OBAT SYAHWAT. SEDANGKAN OBAT SUBHAT ADALAH ILMU. "BAGAIMANA KITA TAHU BAHWA KITA TAHU, KALAU KITA TIDAK TAHU BAHWA KITA TIDAK TAHU?" IKHWAN FILLAH, KALA KITA BERMA'AMALAH DENGAN SIAPAPUN JUGA Mari kita ubah dari posisi sebagai MAD'U LI GHOIRILLAH menjadi DA'I LILLAH. Allah telah memerintahkan kita; "QUL HADZIHI SABILI, UD'U ILALLAHI 'ALA BASHIROH" (QS Yusuf). Dengan apa kita berda'wah? Allah telah mewajibkan kita berda'wah dengan ilmu sebagaimana firmannya: "Serulah ke jalan rabbmu dengan 'HIKMAH' dan MAU'IDLOTIL HASANAH" (Q.S. Yusuf). Ibnu Katsir dan ulama lain, menafsirkan hikmah dengan ilmu dan yang dimaksud hasanah tidak lain adalah sesuai dengan qur'an dan sunnah. Demikian pula bashiroh diartikan dengan hujjah. Sedang ilmu tidak lain adalah QOLA ALLAH, QOLA RASUL WA QOLA SAHABAH. ikhwan fillah, demikianlah wasiat ana dari Jepang. Mari kita jaga agar senantiasa menjadi da'i dan mad'u hanya di jalan Allah dan bukan di jalan syetan. Jadilah hizbullah dan bukan hizbusy syaithon. IHDINAS SIROTOL MUSTAQIEM, SIROTOL LADZINA AN'AMTA 'ALAIHIM, GHOIRIL MAGHDLUBI 'ALAIHIM WALADLOOLIEN. AMIEN. FATABAYYANU!! (diedit dari tadzkiroh oleh : ABDUL HAKIM AL KATAR, min ALJAZAIRI) ______________________________________________________ |
Wasiat dari Jepang
A L S
BISMILLAHIR ROHAMANIR ROHIEM
ILA : IKHWAN FILLAH DI SELURUH PENJURU BUMI ALLAH Assalamu'alaikum wr. wb. BA'DA HAMDALAH WA SHOLAWATU 'ALA RASULILLAH BERIKUT INI ANA SAMAPIKAN WASIAT DARI JEPANG, Kalau antum menjaganya maka antum tidak akan mencintai sesuatu selain yang dicintai Allah, dan demikianlah seharusnya. Kalau antum mengabaikannya maka antum akan mencintai sesuatu yang tidak dicintai Allah, dan tidaklah demikian seharusnya.@ (kalimat ini dikutip dari wasiat Abu Bakar kepada Umar ridhiallahu 'anhumma menjelang wafatnya, lihat Muhtashor Minhajul Qoshidin, Ibnu Qodamah) IKHWAN FILLAH, Dien (agama) adalah muamalah. DIMANAPUN, KAPANPUN dan DENGAN SIAPA PUN kita berada / bermuamalah tidak akan lepas dari dua alternatif "Imma Da'i au Mad'u" yakni sebagai DA'I (yang berda'wah) atau MAD'U (yang dida'wahi), dan keduanya dapat terjadi pada saat yang bersamaan. Da'wah tidaklah hanya lewat perkataan (lisan) tapi juga bisa juga lewat pandangan, dan pendengaran, bahkan perasaan. Da'wah (seruan) juga tidak akan lepas dari dua alternatif yakni FII SABILILLAH (yakni ajakan pada apa-apa yang Allah ridloi) atau FII SABILISYSYAITHON (yakni ajakan pada apa-apa yang Allah murkai). Allah menghendaki kita untuk beribadah hanya padaNya, tiada menyekutukanNya, mengingat/cinta akherat, tidak takut mati, yaqin dalam iman, menjadi hizbullah, dan lain-lain kebaikan. Syetan menghendaki kita menyekutukan Allah (Syirik), cinta dunia, takut mati, menjadi hizbusysyaithon, menjadi hamba dinar, dan lain-lain kesesatan. Maka sebaik-baik da'i adalah yang menyeru pada jalan Allah. Dan seberuntung-beruntungnya mad'u adalah yang diseru pada jalan Allah pula. Bukankah Allah telah memerintahkan kita :"UD'UU ILA ROBBIKA BILKHIKMAH..."(QS Yusuf). Sejelek-jelek da'i adalah yang menyeru pada jalan syethan. Dan sesial-sialnya mad'u adalah yang diseru pada jalan syethan pula. Bukankah Allah sudah memperingatkan kita: "WALAA TATTABI'U KHUTUWATISY SYAITHON..."(Q.S.Al-Baqoroh). IKHWAN FILLAH ketahuilah, dan beritahukanlah pada saudara, rekan sejawat, tetangga dan siapapun yang berhak menerimanya bahwa: Mengajak jalan-jalan, pesta, festival, makan bersama, tatemae/basa-basi, menanyakan pendapat kita tentang negaranya, masakan, demikian juga membantu, memberi salam atau hadiah adalah contoh cara da'wah orang Jepang kala bermua'amalah dengan kita. Namun perhatikannlah bahwa da'wah mereka tidak akan lepas dari tujuan untuk: - Cinta (mengagumi) Jepang (negaranya) - Cinta yen (uang) - Cinta dunia - Takut mati - Tidak percaya akherat - Tidak percaya Allah - Meninggalkan agama (meninggalkan hidup beragama) - Mendapatkan kepuasan diri dengan pujian dan penghormatan. - Menerima agama (ajaran) Budha/Shinto. Perhatikan akhi, adakah mereka mengajak (berda'wah) ke jalan Allah? Sadar atau tidak kita menjadi mad'u dalam hal ini. Sadar atau tidak kita akan terpengaruh, dan Sadar atau tidak telah banyak saudara seiman kita yang telah larut dalam da'wah mereka. Setiba di jepang untuk: Training, kuliah atau bekerja, mungkin didapati kehidupan yang: -serba mudah, lingkungan yang bersih, orang-orangnya yang santun, ramah dan sopan, birokrasi yang relatif lancar dll fasilitas dunia hingga ia mengira INILAH KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA. Wallahi, kalau saja dunia ini berarti walau hanya sebesar sayap nyamuk, tentu Allah tidak akan memberikan kepada mereka yang meningkariNYA. KEHIDUPAN YENAG SEBENARNYA DI AKHERAT, KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA DI AKHERAT, KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA DI AKHERAT, demikian Rasulullah saw peringatkan sembari membuat parit (khondaq). ikhwan fillah Allah bukakan mata ana di bumiNya yang bernama Jepang bahwa BANYAK ORANG TERSESAT (MENGIKUTI JALAN SYETAN) KARENA SYAHWAT SEPERTI PEMINUM, PEZINA DAN LAIN-LAIN. ADA JUGA YANG KARENA DORONGAN SYAHWAT, BERUPA KEPUASAN DIRI, IBADAHNYA SIA-SIA KARENA RIYA' ATAU KARENA BUKAN LILLAHI TA'ALA. Padahal IA TAHU laa ilaha illa Allah, laa na'budu illa iyya: tidak ada sasaran ibadah (yang disembah = ilah) selain Allah. TETAPI BENAR-BENAR, ikhwan fillah LEBIH BANYAK LAGI ORANG YANG TERSESAT KARENA SUBHAT YAKNI KERAGUAN KARENA JAHIL PADA SUATU MASALAH. SEBAGAI CONTOH BANYAK SAUDARA MUSLIM KITA YANG RAGU (SUBHAT) TERHADAP KEBENARAN ISLAM SETELAH MELIHAT KEBAIKAN AKHLAQ DAN 'KEMAJUAN' JEPANG. SUBHAT TERSEBUT MUNGKIN PERTAMA MEMBUATNYA MERASA MINDER (LEBIH RENDAH DARI ORANG JEPANG) KEMUDIAN BILA PENYAKIT HATI INI MAKIN PARAH, IA AKAN MENINGGALKAN REKAN-REKAN SESAMA MUSLIM, MENINGGALKAN KWAJIBAN DAN AKHIRNYA TIDAKLAH IA BERIBADAH (BERKATA, MELIHAT, MENDENGAR, BERFIKIR DAN BERPERASAN) SELAIN MENGIKUTI JALAN SYETAN (MUSUH ALLAH). wa'iyadhubillah Orang yang demikian akan sangat sulit untuk menghindar dari neraka. MENYIMPANGNYA YAHUDI, NASHORO, MUSYRIKIN QURAIS, MUSYRIKIN JEPANG DLL TIDAK LAIN JUGA KARENA PENYAKIT HATI BERUPA SUBHAT, SEBELUM SYAHWAT. SEPERTI YANG TELAH KITA KETAHUI, PUASA ADALAH SATU DIANTARA OBAT SYAHWAT. SEDANGKAN OBAT SUBHAT ADALAH ILMU. "BAGAIMANA KITA TAHU BAHWA KITA TAHU, KALAU KITA TIDAK TAHU BAHWA KITA TIDAK TAHU?" IKHWAN FILLAH, KALA KITA BERMA'AMALAH DENGAN SIAPAPUN JUGA Mari kita ubah dari posisi sebagai MAD'U LI GHOIRILLAH menjadi DA'I LILLAH. Allah telah memerintahkan kita; "QUL HADZIHI SABILI, UD'U ILALLAHI 'ALA BASHIROH" (QS Yusuf). Dengan apa kita berda'wah? Allah telah mewajibkan kita berda'wah dengan ilmu sebagaimana firmannya: "Serulah ke jalan rabbmu dengan 'HIKMAH' dan MAU'IDLOTIL HASANAH" (Q.S. Yusuf). Ibnu Katsir dan ulama lain, menafsirkan hikmah dengan ilmu dan yang dimaksud hasanah tidak lain adalah sesuai dengan qur'an dan sunnah. Demikian pula bashiroh diartikan dengan hujjah. Sedang ilmu tidak lain adalah QOLA ALLAH, QOLA RASUL WA QOLA SAHABAH. ikhwan fillah, demikianlah wasiat ana dari Jepang. Mari kita jaga agar senantiasa menjadi da'i dan mad'u hanya di jalan Allah dan bukan di jalan syetan. Jadilah hizbullah dan bukan hizbusy syaithon. IHDINAS SIROTOL MUSTAQIEM, SIROTOL LADZINA AN'AMTA 'ALAIHIM, GHOIRIL MAGHDLUBI 'ALAIHIM WALADLOOLIEN. AMIEN. FATABAYYANU!! (diedit dari tadzkiroh oleh : ABDUL HAKIM AL KATAR, min ALJAZAIRI) ______________________________________________________ |
to navigate to use esc to dismiss