Keyboard Shortcuts
ctrl + shift + ? :
Show all keyboard shortcuts
ctrl + g :
Navigate to a group
ctrl + shift + f :
Find
ctrl + / :
Quick actions
esc to dismiss
Likes
- Assunnah
- Messages
Search
Taqobballallahu Minna Wa Minkum - from Nusye Jeanita
Nusye Jeanita
You have just received an animated greeting card from Nusye Jeanita
You'll see the personal greeting by using the following Web location. (Your greeting card will be available for the next 90 days) There is no charge for this service! :) HAVE a good day and have fun! ____________________________________________________________ Accessing your card indicates your agreement with our Website Rules posted at the bottom of the following Web location: (You're welcome to send a card at no charge to someone at this location) |
Re: assalamualaikum
A L S
From: "ahmad_iqbal" <ahmad_iqbal@...>Wa'alaikum sa;lam wr. wb. Alhamdulillah, kalau natum sudah bisa bergabung. Antum dekat Arabic Islamic Institute, bukannya bisa lebih banyak belajar?, disanakan banyak buku-buku gratis kan?! Kalau libur silahkan silaturohim ke Kobe, ana dengar insyaAllah bulan depan akh Iip mau ikut test di Okayama Univ. (sekitar 2-3 jam dari Kobe). Kepada seluruh rekan di Jepang, Bagaimana kalau libur musim panas tahun ini kita buat daurah dirumah ana (Kobe)? Kemudian bagi ikhwan di Jepang yang ingin baca majalah "As-Sunnah", tiap edisi ana minta kirim 40 eksemplar, (edisi terakhir tahun ke IV no 3). Buat akh Iqbal, ana sudah kirimi antum 3 eksemplar, sudah sampai belum? Buat akh Iip, bila ke Okayama silahkan mampir ke Kobe. terus ingin nanya hukumnya menikah tanpa memberi tahu orang tua (orangAkh Iqbal, kalau antum nanya menikah dengan siapanya, ana kasih jawabnya. Pada ana menunggu akhwat yang siap menikah nih!! (Afwan urusan pribadi). Wassalam ALS ______________________________________________________ |
Re: assalamualaikum
Y & R
From: ahmad_iqbal <ahmad_iqbal@...>
To: <assunnah@...> assalamualaikumAlaikumsalam TAQOBBALALLAHU MINA WA-MINKUM Alhamdulillah, sholawat dan salam atas Rosul AllahIkhwan yang sedang belajar di Jepang di antaranya adalah sbb : 1. Abu Luthfi Sudaryanto alyanto@... 2. Didik Setia Permana didik@... 3. Iip SH iipsh@... Dan kepada ikhwan-ikhwan di Jepang lainnya, yang belum disebutkan diatas silahkan menambahkannya. terus ingin nanya hukumnya menikah tanpa memberi tahu orang tua (orangMengenai pertanyaan nikah tanpa memberi tahu orang tua, Insya Allah ml assunnah akan mengangkat kajian mengenai "Nasihat Perkawinan" oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas yang sedang kami persiapkan, mudah-mudahan "risalah singkat tersebut " bisa membantu menjawab permasalahan yang ditanyakan. jazakallah khairan katsiran wassalam |
assalamualaikum
assalamualaikum
Alhamdulillah, sholawat dan salam atas Rosul Allah tidak terkira betapa senangnya ana diijinkan bergabung dengan ml assunnah. yang setelah ana baca banyak ilmu didalamnya. sebagai perkenalan ana ahmad iqbal tinggal dihachioji, tokyo, sedang belajar ditokyo national college of tech. adakah diantara ikhwan yang tinggal dekat tokyo ? ana miskin sekali ilmu dan literatur agama. terus ingin nanya hukumnya menikah tanpa memberi tahu orang tua (orang tua melarang tapi karena takut fitnah) ? jazakallah khairan katsiran wassalam ahmad iqbal |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 20 = Hilal Siyaam (Puasa) Ramadlan dan Syawal]
Y & R
开云体育?
HADITS KURAIB TENTANG
MASALAH
HILAL SHIYAAM (PUASA)
Ramadlan dan Syawwal
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
? ?
HADITS KURAIB.
?
Artinya :
Dari Kuraib : Sesungguhnya
Ummu Fadl binti Al-Haarits telah mengutusnya menemui Mu'awiyah di Syam. Berkata
Kuraib : Lalu aku datang ke Syam, terus aku selesaikan semua keperluannya. Dan
tampaklah oleh ku (bulan) Ramadlan, sedang aku masih di Syam, dan aku melihat
hilal (Ramadlan) pada malam Jum'at. Kemudian aku datang ke Madinah pada akhir
bulan (Ramadlan), lalu Abdullah bin Abbas bertanya ke padaku (tentang beberapa
hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal, lalu ia bertanya ;
"Kapan kamu melihat hilal (Ramadlan) ?.
Jawabku : "Kami
melihatnya pada malam Jum'at".
Ia bertanya lagi :
"Engkau melihatnya (sendiri) ?.
Jawabku : "Ya ! Dan
orang banyak juga melihatnya, lalu mereka puasa dan Mu'awiyah
Puasa".
Ia berkata : "Tetapi
kami melihatnya pada malam Sabtu, maka senantiasa kami berpuasa sampai kami
sempurnakan tiga puluh hari, atau sampai kami melihat hilal (bulan
Syawwal)".
Aku bertanya : "Apakah
tidak cukup bagimu ru'yah (penglihatan) dan puasanya Mu'awiyah ?
Jawabnya : "Tidak !
Begitulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, telah memerintahkan kepada
kami.
?
?
PEMBAHASAN
?
Pertama.
Hadits ini telah dikeluarkan oleh Imam-imam
: Muslim (3/126), Abu Dawud (No. 2332), Nasa'i (4/105-106), Tirmidzi (No. 689),
Ibnu Khuzaimah (No. 1916), Daruquthni (2/171), Baihaqy (4/251) dan Ahmad
(Al-Fathur-Rabbaani 9/27), semuanya dari jalan : Ismail bin Ja'far, dan Muhammad
bin Abi Harmalah dari Kuraib dari Ibnu Abbas.
?
Berkata Imam Tirmidzi : Hadits Ibnu Abbas
hadits : Hasan-Shahih (dan) Gharib.
Berkata Imam Daruquthni : Sanad (Hadits) ini
Shahih.
Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat)
berpandangan : Hadits ini Shahih rawi-rawinya tsiqah :
Kedua :
Beberapa keterangan hadits :
?
(1) Perkataan Ibnu Abbas : (tetapi kami
melihatnya pada malam sabtu) yakni : Penduduk melihat hilal Ramadlan pada malam
Sabtu sehari sesudah penduduk Syam yang melihatnya pada malam Jum'at.
?
(Maka senantiasa kami berpuasa sampai kami
sempurnakan tiga puluh hari) maksudnya : Kami terus berpuasa, tetapi jika
terhalang/tertutup dengan awan sehingga tidak memungkinkan kami melihat hilal
Syawwal, maka kami cukupkan/sempurnakan bilangan Ramdlan tiga puluh hari,
sebagaimana diperintahkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
?
"Artinya : Apabila kamu melihat hilal (Ramadlan) maka puasalah, dan apabila kamu melihat hilal (Syawwal) maka berbukalah, tetapi jika awan menutup kalian, maka berpuasalah tiga puluh hari". Dikeluarkan oleh Imam Muslim (3/124) dll. (Atau sampai kami melihatnya) yakni :?Melihat hilal Syawwal, maka kami cukupkan puasa sampai 29 hari. Karena bulan itu terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari, sebagaimana dapat kita saksikan dalam setahun (12 bulan) selain itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : "Artinya : Bulan itu segini dan segini : "Yakni penjelasan dari rawi, sekali waktu 29 hari dan pada waktu yang lain 30 hari". (Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan tangannya)". Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (2/230 dan lafadznya) dan Muslim (3/124) dll. ?
Berkata Ibnu Mas'ud :
"Artinya : Kami puasa bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam 29 hari lebih banyak/lebih sering dari 30 hari". Dikeluarkan oleh Abu Dawud (No. 2322), Tirmidzi (No. 684) dan Ibnu Khuzaimah (No. 1922). Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Sanad hadits ini shahih, rawi-rawinya tsiqah dan ada syahidnya dari keterangan Abu Hurairah (Ibnu Majah No. 1658). (2) Pertanyaan Kuraib : (Apakah tidak cukup bagimu
ru'yah/penglihatan dan puasanya Mu'awiyah) meskipun penduduk Madinah belum
melihat hilal Ramadlan, apakah ru'yah penduduk Syam yang sehari lebih dahulu
tidak cukup untuk diturut dan sama-sama berpuasa pada hari Jum'at ?
?
Kalau pada zaman kita misalnya penduduk Saudi Arabia telah
melihat hilal Ramadlan/Syawwal pada malam Jum'at, sedangkan penduduk Indonesia
(dan Malaysia -tambahan pen) belum melihatnya atau baru
akan melihatnya pada malam Sabtu.
?
Apakah ru'yah penduduk Saudi Arabia itu cukup untuk
penduduk Indonesia dan Malaysia ? ?
(3). Jawaban Ibnu Abbas : (Tidak) yakni : Tidak cukup
ru'yahnya penduduk Syam bagi penduduk Madinah. Karena masing-masing
negeri/daerah yang berjauhan itu ada ru'yahnya sendiri (Begitulah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami). Keterangan yang tegas
ini menolak anggapan orang yang menyangka bahwa ini ijtihad Ibnu Abbas
semata.
?
Da'waan ini sangat jauh sekali dari kebenaran ! Patutkah
hasil ijtihadnya itu ia sandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ?
Demi Allah ! Tidak terbayang sedikitpun juga oleh seorang Ulama bahwa Ibnu Abbas
akan berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk membohongi
ummat !.
?
?
Ketiga.
Hukum Hadits :
?
Hadits ini mengandung hukum sebagaimana dipahami oleh
Ulama-ulama kita :
?
1.??? Berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya
para Imam- dalam memberikan bab
??? ??? terhadap hadits ini
yang menunjukkan fiqih beliau :
"Artinya : Dalil tentang wajibnya atas tiap-tiap penduduk negeri puasa Ramadlan karena ru'yah mereka, tidak? ru'yah selain (negeri) mereka". 2.??? Imam Tirmidzi bab :
??? ??? "Artinya : Bagi tiap-tiap penduduk negeri ada ru'yah
meeka"
??? ??? Kemudian setelah meriwayatkan haditsnya - Imam Tirmidzi berkata
:
"Artinya : Dari hadits ini telah diamalkan oleh AHLI ILMU : Sesungguhnya bagi tiap-tiap penduduk negeri ada ru'yah mereka (sendiri)". 3.??? Imam Nasa'i memberikan bab
:
??? ??? "Artinya : Perbedaan penduduk negeri-negeri tentang
ru'yah".
?
Dan lain-lain Ulama lebih lanjut periksalah kitab-kitab
:
?
Keempat.
Menjawab beberapa bantahan dan keraguan.
?
Mereka yang berpaham apabila telah terlihat hilal
(Ramadlan atau Syawwal) di suatu negeri, maka neger-negeri yang lain meskipun
belum melihat wajib mengikuti ru'yah negeri tersebut. Mereka ini membantah faham
kami dengan? beberapa alasan -meskipun lemah- maka dibawah ini akan kami
jawab sanggahan mereka satu persatu Inysa Allahu Ta'ala.
?
1.??? Mereka meragukan tentang ketsiqahan
Kuraib.
"Artinya : Berikanlah keterangan kamu, jika memang kamu orang-orang yang benar". Kuraib adalah seorang rawi tsiqah sebagaimana telah saya terangkan pada pembahasan pertama di bawah ini : Kuraib bin Abi Muslim telah di tsiqahkan oleh Imam-Imam besar seperti : Imam Ibnu Ma'in, Nasa'i dan Ibnu Hibban dll. Imam Ibnu Sa'ad di kitab besarnya "Thabaqaatul Kubra" (5/293) mengatakan : "Dia seorang yang tsiqah (dan) bagus/baik haditsnya". Berkata Imam Adz-Dzahabi di kitabnya 'Al-Kaasyif" (3/8 No. 4720). Dan mereka para (para Imam Ahli Hadits) telah mentsiqahkannya. Keterangan Imam Dzahabi ini memberikan faedah : Bahwa Ulama ahli hadits telah ijma' dalam mentsiqahkan Kuraib. Karena Dzahabi dalam keterangannya memakai lafadz jama'. Kemudian di kitab "Syiar A'laamin Nubalaa" (4/479) Dzahabi menerangkan :"Kuraib bin Abi Muslim, Al-Imam, Al-Hujjah .... Imam Ibnu Katsir di kitab sejarah besarnya "Al-Bidaayah wan Nihaayah" (9/186) mengatakan "Dia termasuk (rawi/ulama) tsiqah yang masyhur kebaikan dan keta'atannya dalam beragama". ?
2.??? Mereka meragukan keshahihan hadits
ini disebabkan gharibnya.
??? ???
??? ???Saya jawab -sekali
lagi- dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Itulah batas ilmu mereka". Tentang keghariban hadits ini kami tidak membantahnya. Yakni tidak ada yang meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali Ibnu Abbas. Dan tidak ada yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas kepada Kuraib. Dan tidak ada yang meriwayatkan dari Kuraib kecuali Muhammad bin Abi Harmalah. Kemudian tida ada yang meriwayatkan dari Muhammad kecuali Ismail bin Ja'far. Dari Ismail kebawah sanadnya masyhur karena banyak rawi meriwayatkan dari Ismail diantaranya : Alu bin?Hujr As-Sa'dy, Musa bin Ismail, Sulaiman bin Dawut Al-Haasyimy, Yahya bin As-Sa'dy, Musa bin Ismail, Sulaiman bin Dawut Al-Haasyimy, Yahya bin Yahya, Yahya bin Ayyub dan Qutaibah. Demikianlah sepanjang pemeriksaan kami, Wallahu A'lam ! Apakah Hadits ini tertolak disebabkan kegharibannya ..? Dan apakah setiap hadits itu dla'if/lemah..? Jawabnya : Kalla tsumma kalla ! Tidak ada yang mengatakan demikian kecuali mereka yang sedikit sekali pengetahuannya tentang ilmu hadits, kalau tidak mau dikatakan tidak faham sama sekali ! Bahkan hadits ini sebagaimana di katakan Tirmidzi : Shahih dan Ghraib : Yakni kegharibannya tidak menghilangkan keshahihan hadits ini. Karena kalau setiap hadits gharib itu dlo'if, niscaya akan tertolak sejumlah hadits-hadits shahih sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafidz Imam Ibnu Katsir : "Artinya : Maka sesungguhnya ini (yakni setiap hadits gharib) kalau ditolak, niscaya akan tertolak banyak sekali hadits-hadits dari jalan (gharib) ini dan akan hilang banyak sekali masalah-masalah dari dalil-dalilnya". (Baca : ikhtisar 'Ulumul Hadits Ibnu Katsir hal : 58 & 167). Kedudukan hadits ini sama dengan hadits : INNAMAL - A'MAALU - BINNIYAATI. Yang shahih tetapi gharib, karena hanya diriwayatkan dari jalan : Yahya bin Said Al-Anshary dari Muhammad bin Ibrahim At-Taimy dari Al-Qamah dari Umar bin Khattab dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian dari Yahya bin Said Al-Anshary sanadnya mutawatir tidak kurang dua ratus rawi yang meriwayatkan dari Yahya. ?
3.??? Keterangan Ibnu Abbas.
Mereka berfaham bahwa keterangan Ibnu Abbas : "Begitulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kami". Kembali kepada perkataannya : "Maka senantiasa kami berpuasa sampai kami sempurnakan tiga puluh hari atau sampai kami melihat hilal (Syawwal)". Saya jawab : Faham ini tidak benar ! Keterangan Ibnu Abbas dengan menggunakan isim isyarat itu kembali untuk menjawab pertanyaan Kuraib : "Apakah tidak cukup bagimu ru'yah dan puasanya Mu'awiyah .?". Jawaban Ibnu Abbas : Tidak ! Yakni tidak cukup ru'yah penduduk Syam bagi penduduk Madinah karena masing-masing negeri ini ada ru'yahnya sendiri. Kemudian Ibnu Abbas menegaskan :"Begitulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kami". ?
4.??? Ijtihad Ibnu Abbas.
Mereka mengatakan : Bahwa itu hanya ijtihad Ibnu Abbas saja !?. Kemudian dengan megahnya mereka mengatakan lagi :"Ijtihad kami itu sama dengan ijtihadnya Imam Syaukani di kitabnya "Nailul Authar !?". Kami jawab : Lebih tepat dikatakan kamu telah bertaqlid dengan taqlid buta kepada Imam Syaukani yang berfaham bahwa itu hanya ijtihad Ibnu Abbas (baca : Nailul Authar 4/267-269). Sekali lagi kami katakan : Patutkah hasil ijtihadnya itu ia sandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dengan mengatakan kepada ummat begitulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, telah memerintahkan kepada kami .? Adapun Imam Syaukani (semoga Allah merahmatinya) -tidaklah sama dengan kamu walaupun kamu berangan-angan seperti dirinya- ia telah tersalah dalam ijtihadnya (semoga Allah memberikan pahala ijtihadnya). Lebih dari itu Imam Syaukani telah menyalahi ketetapannya sendiri bahkan madzhabnyaJumhur Ulama. Ia berkata di kitab besarnya tentang membahas Ushul Fiqih, yaitu :"Irsyaadul Fuhuul (hal. 60). "Artinya : Adapun apabila shahabat meriwayatkan dengan lafadz yang boleh jadi ada perantara antaranya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (Yakni ia tidak mendengar atau melihat secara langsung dari Rasul tetapi dengan perantara shahabat lain yang mendengar dan melihat langsung), seperti ia berkata :
Hendaklah para pembaca memperhatikan betul-betul
keterangan-keterangan Imam Syaukani di atas tentang lafadz-lafadz yang digunakan
shahabat diantaranya "telah memerintahkan". Seperti lafadz yang
digunakan Ibnu Abbas dalam hadits yang jadi pembahasan kita yaitu (AMARANAA)
Lafadz yang demikian menurut Jumhur Ulama -termasuk Imam Syaukani menjadi hujjah
dan terhukum marfu'.
?
Bahkan Imam Syaukani sendiri membantah orang yang
menolaknya dengan perkataannya :"Sangat jauh sekali (dari kebenaran)
apabila shahabat meriwayatkan dengan lafadz ini padahal yang dikehendaki bukan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam!".
?
Tetapi sayang, beliau sendiri telah menyalahi
keterangannya dan bantahannya ini di kitabnya "Nailul Authar" sewaktu
membahas hadits Ibnu Abbas dengan mengatakan bahwa itu ijtihad Ibnu Abbas
!
?
Tidak syak lagi bagi ahli ilmu bahwa keterangan Imam
Syaukani di kitab Ushul Fiqihnya "Irsyaadul Fuhuul" bersama Jumhurul
Ulama itulah haq (yang benar) sebagaimana dikatakan sendiri. Sedangkan?
fahamnya di "Nailul Authar" tertolak dengan bantahannya sendiri :
"Sangat jauh sekali (dari kebenaran) ! Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
: ?
"Artinya : Ambillah pelajaran wahai
orang-orang yang mempunyai pemandangan !"
?
? ? Insya Allah menyusul
:
?
|
Re: [abim-online] PENTING & HATI-HATI:Virus Explorezip.worm
Md Nasir Ibrahim
Assalamualaikum wmt. wbt.
Saya harap tuan-tuan dan puan-puan berhati-hati dengan email yang mengandungi perkataan yang berikut: "I received your email and I shall send you a reply ASAP. Till then, take a look at the attached zipped file" Saya amat kesal kerana salah seorang daripada ahli kita yang menggunaan nama Megat Mohd Mokhtar b. Megat Ahmad telah cuba menganiaya sesama kita dengan menghantar email yang mengandungi virus yang sangat merbahaya, lebih bahaya daripada virus Melissa. Kalau tuan-tuan menerima email yang mengandungi ayat di atas, sila delete dan jangan cuba membukanya. Untuk maklumat lanjut tentang virus tersebut, sila kunjungi laman web di alamat Semoga Allah memberi balasan yang setimpal kepada Megat Mohd Mokhtar b. Megat Ahmad dan mereka yang cuba dan suka menyusahkan orang lain. Sekian, Wassalam. M. Nasir -- Please click at the following address: |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 18 = Makna Idul Fithri/Adha]
Y & R
开云体育?MAKNA IDUL FITHRI/ADHA
?
oleh
Abdul Hakim bin Amir
Abdat
?
? ?
Pada setiap kali menjelang Idul
Fithri seperti sekarang ini (Ramadhan 1412 H 1*)atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari
para Khotib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu
ma'nanya -menurut persangkaan mereka- ialah kembali kepada FITRAH, yakni kita
kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa
kita ..?
?
Penjelasan mereka di atas, adalah BATIL baik ditinjau dari
lughoh/bahasa ataupun Syara'/Agama. Kesalahan tersebut dapat kami maklumi
-meskipun umat tertipu- karena sebagian dari para khotib tersebut tidak punya
keahlian dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk
menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu
Ta'ala.
?
Pertama :
"Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz FITHRU/ IFTHAAR artinya menurut bahasa = BERBUKA (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi IDUL FITHRI artinya HARI RAYA BERBUKA PUASA. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah sebulan kita berpuasa. Sedangkan FITHRAH tulisannya sebagai berikut [FA-THAA-RA-] dan [TA MARBUTHOH]? bukan [FA-THAA-RA]". ?
Kedua :
"Adapun kesalahan mereka menurut Syara' telah datang hadits yang menerangkan bahwa IDUL FITHRI itu ialah HARI RAYA KITA KEMBALI BERBUKA PUASA. "Artinya :Dari Abi Hurairah (ia berkata), sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda. "Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari KAMU BERBUKA. Dan (Idul) Adha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan korban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan". SHAHIH. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan sanadnya di kitab saya "Riyadlul Jannah" No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi. Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni : "Artinya : Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka". Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah : "Artinya : (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adha pada hari kamu menyembelih hewan". Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud: "Artinya : Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan". Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas
menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak
berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan
terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk
mendirikan shalat I'ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan
hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama.
?
Itulah arti Idul Fithri...! Demikian pemahaman dan keterangan
ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka. Jadi artinya bukan
"kembali kepada fithrah", karena kalau demikian niscaya terjemahan
hadits menjadi : "Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci
!!!.
?
Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali
orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil sunnah dan
lughoh/bahasa.
?
Adapun makna sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa
puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri dan
Adha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha bersama-sama kaum
muslimin (berjama'ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga
berpecah belah sesama kaum muslimin seperti kejadian pada tahun ini
(1412H/1992M).
?
Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan
hadits ini yang maknanya :
"Artinya : Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama'ah dan bersama-sama orang banyak". Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat.
Aamiin ..!!!
?
? ------
1*? Makalah ini dibuat pada tahun 14112 H/1992
M
?
? Insya Allah menyusul
:
?
|
mencari lailatul qadar
selamat hari raya
From: "Concorde" <concorde@...>
Mencari malam Lailatul QadarKini minggu terakhir Ramadan. Satu perkara yang sering diperkatakan dalam minggu terakhir Ramadan setiap tahun oleh umat Islam ialah mengenai malam al-Qadar yang sering disebut sebagai "Lailatul Qadar". Seperti mana yang dimaklumi, malam al-Qadar penuh keberkatan di si si Allah SWT. Ia mempunyai banyak keistimewaan dan kelebihan dan disebut sebagai malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan. Ini seperti mana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam surah al- Qadar ayat 1-6 yang bermaksud, "Sesungguhnya kami menurunkan al-Quran pada malam al-Qadar. Apakah yang dimaksudkan malam al-Qadar itu? "Malam al-Qadar adalah malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan. Turunlah malaikat dan rohnya dengan izin Allah. Selamatlah malam itu hingga terbit fajar." Pada umumnya sudah banyak diperjelaskan sama ada secara tulisan atau lisan (ceramah, forum, bengkel atau seminar) mengenai kelebihan, fadilat, sejarah peristiwa dan gandaan pahala amalan ketika malam berkenaan. Namun, apa yang jelas daripada segala penerangan sama ada tulisan atau lisan, ternyata pada umumnya umat Islam tidak tahu bilakah tarikh atau masa yang tepat bagi memastikan malam al-Qadar. Antara ketentuan yang diperakukan oleh ulama mengenai malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan itu kemungkinan jatuh pada tarikh berikut: - Pada malam 17 Ramadan; atau - Pada malam ganjil mulai dari 10 hari yang terakhir pada Ramadan. Selain itu, banyak sekali hadis yang menyarankan umat Islam supaya mencari malam al-Qadar. Antara hadis yang dapat dikutip dalam kitab fikh yang memperkatakan suruhan atau amalan untuk 'menemui' malam al-Qadar menyebut: i. Dalam Sunah, Abu Daud, Ibn Mas'ud menyatakan, "carilah malam al-Qadar pada malam 17 Ramadan..."; ii. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, "cari lah dengan sedaya upaya malam al-Qadar pada malam ganjil dari 10 malam yang terakhir pada Ramadan"; iii, Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim daripada Ibn Umar, Rasulullah menyebut, "Saya melihat mimpimu bersepakat menetapkan bahawa Lailatul Qadar pada tujuh malam terakhir. Maka sesiapa yang hendak mencari Lailatul Qadar, carilah pada malam tujuh yang terakhir"; iv. Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibn Umar, Rasulullah bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada 10 ma lam terakhir, jika seseorang kamu mencari maka janganlah kamu kalah dalam mencari pada tujuh malam terakhir"; dan v. Bagi al-Qurtubi, seorang ulama menyatakan bahawa, jumhur ulama berpendapat bahawa Lailatul Qadar adalah pada malam 27 Ramadan. Ini berdasarkan Rasulullah SAW bersabda, malam al-Qadar adalah malam 27 Ramadan". Berdasarkan maksud hadis itu ternyata tidak disebutkan dengan jelas tarikh Lailatul Qadar yang tepa t. Apakah hikmah di sebalik rahsia tarikh atau masa sebenar Lailatul Qadar? Menurut Prof Dr T M Hasbi Ash Shiddeqy dalam bukunya Pedoman Puasa, beberapa ulama sependapat bahaw a tarikh berkenaan dirahsiakan supaya umat Islam benar-benar beriman, bertaqwa dan ikhlas beribadat serta berusaha untuk mendapatkannya. Selain itu, dalam konteks yang sama beberapa ulama Salaf memberi beberapa pandangan mengenai hikmah merahsiakan beberapa urusan agama kerana ada kebaikan dan kepentingan di sebaliknya. Antaranya ada lah: - Allah menyembunyikan Lailatul Qadar dalam beberapa malam supaya kita menghidupkan malam-malam itu dengan ibadat dan amalan; - Allah menyembunyikan saat 'ijabah' (saat doa dimakbulkan Allah) pada Jumaat supaya kita sentiasa berdoa sepanjang hari; - Allah menyembunyikan amalan maksiat yang paling dikutuk atau dibenci bagi memastikan supaya kita menghindari segala maksiat; - Allah menyembunyikan waktu kedatangan kiamat supaya kita sentiasa beringat, berwaspada dan sentiasa beriman, bertakwa dan beramal baik; dan - Allah menyembunyikan ajal manusia supaya kita sentiasa beramal dan taat kepadaNya. Semoga pada tahun ini, Allah akan memberikan kita kekuatan untuk melakukan ibadat dalam usaha kita menemui malam yang telah disebutkanNya sebagai malam yang lebih baik daripada 1,000 bulan. Insya-Allah. ------------------------------------------- Laman web jihad di chechnya : Rasulullah saw bersabda maksudnya: "Siapa yang menjurusi satu jalan untuk mencari ilmu nescaya Allah akan mempermudahkan padanya jalan ke syurga." (Sahih Muslim) Zikir harian anjuran Iman Al Ghazali Jumaat - Ya Allah Sabtu - Laa ila ha il lallah (Tiada Tuhan melainkan Allah) Ahad - Yaa Hayyu Yaa Qayyum (Ya Allah yang maha hidup lagi berdiri dengan sendirinya) Isnin - La hawla wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim (Tidak ada upaya dan kekuatan melainkan dengan kuasa Allah yang maha tinggi dan maha besar) Selasa - Allahumma shalli 'ala saiyidina Muhammad (Ya Allah rahmatilah ke atas Nabi Muhammad s.a.w) Rabu - Astaghfirullahal-'azhim (Aku mohon ampun kepada Allah yang maha besar) Khamis - Subhanallahil-'azhimi wa bihamdih (Maha suci Allah yang maha besar dan pujian kepadaNya) Dipetik dari Buku Amalan harian Sepanjang Zaman Moga Ada Manfaat Lenggang Kangkung Mailing List Untuk Melanggan Lenggang Kangkung List -> Hantar email kosong to: lk-subscribe@... (Free) Untuk Berhenti Melanggan -> Hantar email kosong to: lk- unsubscribe@... Laman Web Lenggang Kangkung : |
Menepis Keraguan Islam Politik
Suharyanto
开云体育Menepis Keraguan Islam Politik
?
Resensi: Kaum sekuler alergi jika agama
dicampuradukkan dengan urusan
politik. Padahal, politik menurut perspektif syariah justru mencakupi seluruh kehidupan manusia. ?
Yusuf Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara dalam
Perspektif Islam
?
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999, Cet. I, 295
halaman
?
Kemenangan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur
sebagai presiden ke-4 RI, tak
bisa dimungkiri sebagai pertanda mulai berseminya ukhuwah Islamiah. Pandangannya yang kosmopolit dan universal diyakini mampu membawa kemajuan bangsa. Sebaliknya, kekalahan kaum nasionalis dinilai sebagai "kehancuran" Islamfobia, sekaligus membuka lorong pengakuan hak-hak kaum muslimin yang selama ini telah termarginalkan. ?
Namun, naiknya Gus Dur ke tampuk pimpinan negara
ternyata masih dipandang
penuh curiga. Bukankah Gus Dur adalah pemimpin Nahdhatul Ulama, kelompok Islam kultural yang lahir dari lingkungan madrasah dan pesantren. Mereka mewakili kalangan ulama tradisional konservatif, yang nyaris tak pernah bersentuhan dengan idiom negara modern. Para ulama NU cenderung kaku dalam menerapkan aturan yang dipandang "Islami". ?
Gus Dur pribadi memang telah membuktikan dirinya
kosmopolit dan moderat.
Namun, naiknya para tokoh Islam dalam tampuk kepemimpinan negara dipandang rentan terhadap pemarginalan kelompok nonmuslim. Apakah pemerintahan Islam ini tidak bakal menyulut gelombang legislasi hukum Islam? Kalau benar, tentu ini tidak bisa diterima kalangan nonmuslim yang telanjur basah mencurigai rigiditas hukum Islam. ?
Dalam konteks itu, kesesatan berpikir semacam
inilah yang hendak diluruskan
Yusuf Qardhawy. Lewat bukunya ini--judul asli: As-Siyasah Asy-Syar`iyah Fi Dhau' Nushush Asy-Syari`ah wa Maqasidhiha--intelektual muslim kondang tersebut menunjukkan betapa pemerintahan Islam menjunjung tinggi kesetaraan dan hak asasi manusia. ?
Politik menurut perspektif syariah, kata Qardhawy,
bukan sesuatu yang
statis, jumud, dan tertutup rapat. Tapi, justru dinamis dan membuka koridor pembaruan pemikiran berdasarkan ijtihad untuk masalah-masalah furuiah. Politik menurut perspektif syariah juga terbuka untuk inovasi dan kreasi sistem dan alat yang menggambarkan nilai-nilai luhur dinamika perubahan pemikiran. ?
Hingga kini, penolakan keyakinan "Islam adalah
agama dan politik", yang
didalangi kaum sekuler kian meluas. Mereka yakin, pencampuradukan agama dan politik menyebabkan kehancuran. Tak ada agama dalam politik dan tak ada politik dalam agama. Padahal, kata Qardhawy, Islam adalah akidah dan syariah, agama dan daulah, kebenaran dan kekuatan, ibadah dan kepemimpinan, serta mushhaf dan pedang. ?
Saat rezim Orde Baru muncul, golongan politik
sepakat "modernisasi" adalah
obat mujarab untuk mengobati keterpurukan situasi ekonomi bangsa. Polemik timbul, apakah sistem politik Indonesia harus berorientasi ideologis ataukah berorientasi program. Para cendekiawan sekuler menganggap kekuatan Islam merupakan kendala bagi modernisasi. Buktinya, sistem multipartai berdasarkan ideologi justru menyebabkan instabilitas politik Indonesia. Politik berdasarkan syariah akhirnya cuma sekadar kenangan manis pemerintahan Islam abad pertengahan yang tak mungkin muncul di tengah gempita modernisasi. ?
Keraguan politik berdasarkan syariah seperti inilah
yang memaksa Qardhawy
membuat pertanyaan besar. "Apa yang dimaksudkan dengan syariah, yang kemudian menjadi pangkal tolak dan sandaran politik sehingga politik itu harus syari`yah dalam arti sebenarnya?" Menurut dia, syariah bukan sekadar himpunan pendapat para fuqaha muta'akhirin, cermin ketaklidan pada mazhab, yang membatukan akal Islami dan membungkam kreativitas pemikiran. ?
Satu contoh diberikan Qardhawy. Rasulullah pernah
membunuh sekian banyak
tawanan perang yang kejahatannya terhadap orang muslim terlalu banyak. Tapi beliau mengharuskan pembebasan (pemaafan) tawanan musuh jika musuh membebaskan tawanan orang muslim di tangan mereka. Maka sebenarnya Islamlah yang pertama kali menganjurkan dan menerapkan cara pembebasan tawanan. ?
Dalam buku ini, Qardhawy membedah tuntas
prinsip-prinsip politik,
pemerintahan, dan hukum menurut syariah. Ia menawarkan wacana baru bernegara sesuai syariah Islam. Juga merobohkan prasangka rigiditas politik berdasarkan syariah. Sayang, ia kurang mengungkap hubungan antara rakyat dan pemerintah yang sebenarnya justru merupakan kunci keberhasilan terbentuknya masyarakat madani. ?
Elly Burhaini Faizal
PANJI NO. 30 TH III. 10 NOVEMBER 1999 ================ Fw by adi. ------------------------------------------------------------------ ?Padhang mBulan Net - Padhang mBulan mailing list ---------------------------------------------------------------------------- ----------- ?Untuk registrasi, kirim email dengan subject dan body message kosong ke: ?padhang-mbulan-subscribe@... <mailto:padhang-mbulan-subscribe@...> ?Untuk pengunduran diri, kirim email dengan subject dan body message kosong ke: ?padhang-mbulan-unsubscribe@... <mailto:padhang-mbulan-unsubscribe@...> ?Informasi : padhang-mbulan-owner@... <mailto:padhang-mbulan-owner@...> ?
?
?
?
|
Informasi Kaset mengenai Shifat Wudlu dan Shifat Shalat Nabi SAW
Y & R
开云体育?
Untuk Ng,
?
ML assunnah belum membahas hadits-hadits masalah
shalat.
?
Namun untuk mengetahui bagaimana shifat
wudlu dan shifat shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, silahkan antum
beli kaset mengenai masalah tersebut [kaset No. 60 dan No. 61], Insya Allah
dengan memiliki kaset tersebut, bisa membantu kita untuk mengetahui dan
mengikuti cara-cara wudlu dan shalatnya Nabi shallallhu 'alaihi wa
sallam.
?
?
Dan untuk mengetahui masalah-masalah
lainnya, bisa lihat list dibawah ini.
?
-------------
?
?
KATA PENGANTAR
?
Dalam edisi khusus ini, ML assunah bekerja
sama dengan TASJILAT AT-TAQWA BOGOR, menyajikan informasi kaset-kaset ceramah
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas, kaset tersebut bisa anda miliki sebagai bagian
dari koleksi perpustakaan pribadi yang sangat bermanfa'at.
?
CARA PEMBELIAN
Pemesanan kaset bisa dialamatkan kepada ana_yr@... dan yayat@... atau via surat dengan
alamat ; HERMAWAN - Tasjilat At-Taqwa Bogor, Jl. Anggada 2 No. 10 Bumi Indra
Prasta - Bantarjati Bogor, 16153. Telp. 0821062171.
?
Tulis dengan jelas qty dan judul kaset yang
dipesan.
?
CARA
PEMBAYARAN
Pembayaran bisa dilakukan dengan
transfer? kepada HERMAWAN No. 095-0212021 BCA-BOGOR.
?
PENGIRIMAN
Setiap pembelian kaset akan dikirim langsung
ke tujuan di seluruh Indonesia, inysa Allah, untuk? itu tulis alamat
lengkap anda. [ dan untuk teman-teman yang pesan dan berada di luar INA, teknis
pengiriman sedang dipikirkan].
?
? TASJILAT AT-TAQWA BOGOR
Berusaha Memahami Islam Berdasarkan
Al-Qur'an & As-Sunnah
Menurut Pemahaman Ahlus-Sunnah wal
Jama'ah
?
? Daftar Kaset Ceramah Ustadz Yazid
Abdul Qadir Jawas
?
? ?
|
Re : Tanya Kajian di Masjid Astra
Assalamualaikum Wr.Wb.
Lokasi masjid ASTRA jakarta ada dijalan Yos sudarso dekat plumpang TG. Priok. Untuk lengkapnya saya kurang tahu. Terima Kasih. Waalaikumsalam Wr. Wb. ------------ < Original Message > ------------ Subject : [assunnah] Tanya Kajian di Masjid Astra Sent by : assunnah@... Date : 6/13/2005 9:55:33 AM To : assunnah@... Assalamu'alaikum afwan., ana blum tahu lokasi masjid astra di jakarta. di mana lokasi tepatnya dan alamat lengkapnya. |
Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = Perintah Membaguskan Shalat]
Y & R
开云体育?
PERINTAH MEMBAGUSKAN SHALAT
Dan Ancaman Bagi
YANG MELALAIKAN
oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani
?
? ?
Sehubungan dengan bulan suci Ramadhan, maka
kita dipanggil untuk menggunakan kesempatan ini buat memperbaiki ibadah
kita, khususnya shalat Tarawih sehingga kita dapat mencapai target yaitu
mendapat keampunan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Barangsiapa beribadah di (bulan) Ramadhan karena iman dan karena hendak mendapat ganjaran, niscaya diampunkan baginya apa-apa yang telah lalu dari dosanya". (Muttafaq 'alaihi). Dalam hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, telah
memberi contoh sebagaimana yang disebutkan hadits 'Aisyah : "...... beliau
shalat empat raka'at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya.....".
Riwayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
membaguskan shalatnya, maksudnya memperbanyak/ memanjangkan bacaan-bacaan,
thuma'ninah dalam gerakan serta khusyu'.
?
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dibawah ini penulis
kemukakan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah tersebut :
"Artinya : Dari Abu Hurairah radyillahu 'anhum ia berkata : Bahwasanya seorang laki-laki telah masuk masjid dan shalat, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sisi masjid, maka ia datang (kepadanya) dan memberi salam kepadanya, maka ia menjawab salamnya sambil berkata : "Wa 'alaikas salaam", ulangi shalatmu karena sesungguhnya engkau belum shalat, maka ia kembali dan shalat kemudian memberi salam, ia berkata : "Wa 'alaikas salaam" kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau tidak/belum shalat, pada yang ketiga kali ia berkata : Ajarkanlah kepadaku, maka sabdanya : Apabila engkau akan melaksanakan shalat sempurnakanlah wudhu', kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah, dan bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an kemudian ruku'lah sehingga benar-benar ruku', kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau benar-benar berdiri, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah (tubuhnya) sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri, kemudian lakukan semua itu di shalatmu seluruhnya". ?
Penjelasan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari II:191,219 dan 222,
II:31,467, Muslim II:10-11, dan selain keduanya. ?
Maksud hadits ini shalat itu harus thuma'ninah, yaitu
tenteram dalam gerakan, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk antara dua
sujud dan lain sebagainya.
?
"Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Badri ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak mendapat pahala shalat seseorang yang tidak meluruskan punggungnya dalam ruku' dan sujud". Penjelasan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud I:136, Nasa'i I:167, Tirmidzi II:51,
Ibnu Majah I:284, Ad-Daarimi I:304, Thahawi dalam Al-Musykil I:80, Thayalisi
I:97, Ahmad IV:119 dan Daraquthni, Ia berkata : Sanad hadits ini SHAHIH.
?
"Artinya : Dari Abi Hurarirah radyillahu 'anhum, ia berkata : Sesungguhnya sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya. Mereka bertanya : Hai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya". Penjelasan.
Dikeluarkan oleh Hakim dan dishahkannya I:229 serta
disepakati oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini juga mempunyai beberapa syahid di
antaranya hadits Malik I:181 dari Nu'man Murrah, sanadnya Shahih Mursal, juga
bagi Thayalisi I:97 dari Abi Sa'id dishahkan oleh Suyuthi dalam kitab
"Tanwirul Hawalik".
?
Maksud hadits ini, orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan
sujudnya di ibaratkan orang yang telh mencuri shalatnya.
?
Dari 'Amr bin Ash dan Khalid bin Walid dan Syarhabil bin
Hasanah serta Yazid bin Abi Sufyan, mereka berkata :
"Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya, dan mematuk dalam sujudnya. Maka sabdanya : Seandainya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, maka ia mati bukan dalam millah Muhammad". Penjelasan.
Hadits ini diriwayatkan oleh Aajiry dalam kitab "Al-Arba'iin" dan
Baihaqi II:89 dengan sanad yang Hasan. Mundziri berkata : Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dan juga Abu Ya'la dengan sanad
yang Hasan serta Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya.
?
Hadits ini menerangkan bahwa mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan
sujud seperti burung yang mematuk, berarti telah mengerjakan suatu amalan yang
tidak di sukai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
?
Dari Thalqi bin Ali radyillahu 'anhum ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak meluruskan tulang belakangnya diantara sujudnya dan ruku'nya". Penjelasan.
Diriwayatkan oleh Ahmad IV:22, Thabrani dalam Al-Kabir dan Dhiya'
Al-Muqaddasi dalam Al-Mukhtarah II:34 dengan sanad yang shahih. Hadits ini
mempunyai syahid dalam Al-Musnad II:525. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa sanadnya
baik.
?
Perkataan "Allah tidak akan melihat itu" menunjukkan bahwa
pekerjaan seperti itu tidak disukai.
?
Hadits-hadits yang disebutkan di atas, terpakai sesuai dengan keumumannya,
yaitu baik untuk shalat Fardhu atau Sunnah, siang atau malam, bahkan sebagian
ulama seakan menekankan pada shalat Tarawih, seperti Imam Nawawi, beliau
menyebutkan hadits-hadits tersebut pada "Bab Adzkaar Shalat Tarawih".
Lihat Al-Adzkaar IV:297.
?
Semoga dengan melaksanakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapat keampunan khususnya di bulan
suci Ramadhan ini.
?
Dikutip dari buku Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at
Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Abani
rahimahullah
Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail
? ? Insya Allah menyusul
:
?
|
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17= Perintah Membaguskan Shalat]
Suharyanto
开云体育Assalamu'alaikum wr.wb.
?
Anda dapat mengunjungi WebSite Al-Sofwah untuk melihat
hadits-hadts tentang shalat lengkap.
Rubrik Dakwah Khusus :
?
Wassalamu'alaikum wr.wb.
? ----- Original Message -----
From: <Dee.Ngudihadi@...>
To: <assunnah@...>
Sent: Monday, January 03, 2000 9:32 AM
Subject: [assunnah] Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam
[Masalah - 17= Perintah Membaguskan Shalat]
> Saya anggota baru group assunnah ini. Pernahkah dibahas hadits-hadits > tentang sholat yakni? bagaimana cara Nabi SAW mengerjakan sholat dan wudhu). > > Wassalam, > NG > > -----Original Message----- > From: Y & R [mailto:yayat@...] > Sent: Monday, January 03, 2000 9:51 PM > To: assunnah@... > Subject: [assunnah] Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = > Perintah Membaguskan Shalat] > > > ? > PERINTAH MEMBAGUSKAN SHALAT > Dan Ancaman Bagi > YANG MELALAIKAN > oleh > Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani > ? > ? _____? > > ? > ? > Sehubungan dengan bulan suci Ramadhan, maka kita dipanggil untuk menggunakan > kesempatan ini buat memperbaiki ibadah kita, khususnya shalat Tarawih > sehingga kita dapat mencapai target yaitu mendapat keampunan. Nabi > shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : > > "Artinya : Barangsiapa beribadah di (bulan) Ramadhan karena iman dan karena > hendak mendapat ganjaran, niscaya diampunkan baginya apa-apa yang telah lalu > dari dosanya". (Muttafaq 'alaihi). > > Dalam hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, telah memberi contoh > sebagaimana yang disebutkan hadits 'Aisyah : "...... beliau shalat empat > raka'at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya.....". Riwayat ini > menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaguskan > shalatnya, maksudnya memperbanyak/ memanjangkan bacaan-bacaan, thuma'ninah > dalam gerakan serta khusyu'. > ? > Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dibawah ini penulis kemukakan > hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah tersebut : > > "Artinya : Dari Abu Hurairah radyillahu 'anhum ia berkata : Bahwasanya > seorang laki-laki telah masuk masjid dan shalat, sedangkan Rasulullah > shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sisi masjid, maka ia datang > (kepadanya) dan memberi salam kepadanya, maka ia menjawab salamnya sambil > berkata : "Wa 'alaikas salaam", ulangi shalatmu karena sesungguhnya engkau > belum shalat, maka ia kembali dan shalat kemudian memberi salam, ia berkata > : "Wa 'alaikas salaam" kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau > tidak/belum shalat, pada yang ketiga kali ia berkata : Ajarkanlah kepadaku, > maka sabdanya : Apabila engkau akan melaksanakan shalat sempurnakanlah > wudhu', kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah, dan bacalah > apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an kemudian ruku'lah sehingga benar-benar > ruku', kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau benar-benar berdiri, > kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah (tubuhnya) > sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah dengan benar-benar > sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri, kemudian lakukan > semua itu di shalatmu seluruhnya". > > ? > Penjelasan. > Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari II:191,219 dan 222, II:31,467, Muslim > II:10-11, dan selain keduanya. > ? > Maksud hadits ini shalat itu harus thuma'ninah, yaitu tenteram dalam > gerakan, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk antara dua sujud dan lain > sebagainya. > ? > > "Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Badri ia berkata : Telah bersabda Rasulullah > shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak mendapat pahala shalat seseorang yang > tidak meluruskan punggungnya dalam ruku' dan sujud". > > Penjelasan. > Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud I:136, Nasa'i I:167, Tirmidzi II:51, > Ibnu Majah I:284, Ad-Daarimi I:304, Thahawi dalam Al-Musykil I:80, Thayalisi > I:97, Ahmad IV:119 dan Daraquthni, Ia berkata : Sanad hadits ini SHAHIH. > ? > > "Artinya : Dari Abi Hurarirah radyillahu 'anhum, ia berkata : Sesungguhnya > sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya. Mereka bertanya > : Hai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak > menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya". > > Penjelasan. > Dikeluarkan oleh Hakim dan dishahkannya I:229 serta disepakati oleh > Adz-Dzahabi. Hadits ini juga mempunyai beberapa syahid di antaranya hadits > Malik I:181 dari Nu'man Murrah, sanadnya Shahih Mursal, juga bagi Thayalisi > I:97 dari Abi Sa'id dishahkan oleh Suyuthi dalam kitab "Tanwirul Hawalik". > ? > Maksud hadits ini, orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya di > ibaratkan orang yang telh mencuri shalatnya. > ? > Dari 'Amr bin Ash dan Khalid bin Walid dan Syarhabil bin Hasanah serta Yazid > bin Abi Sufyan, mereka berkata : > > "Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melihat seorang > laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya, dan mematuk dalam sujudnya. Maka > sabdanya : Seandainya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, maka ia mati > bukan dalam millah Muhammad". > > Penjelasan. > Hadits ini diriwayatkan oleh Aajiry dalam kitab "Al-Arba'iin" dan Baihaqi > II:89 dengan sanad yang Hasan. Mundziri berkata : Hadits ini juga > diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dan juga Abu Ya'la dengan > sanad yang Hasan serta Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. > ? > Hadits ini menerangkan bahwa mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan > sujud seperti burung yang mematuk, berarti telah mengerjakan suatu amalan > yang tidak di sukai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. > ? > Dari Thalqi bin Ali radyillahu 'anhum ia berkata : Telah bersabda Rasulullah > shallallahu 'alaihi wa sallam. > > "Artinya : Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak > meluruskan tulang belakangnya diantara sujudnya dan ruku'nya". > > Penjelasan. > Diriwayatkan oleh Ahmad IV:22, Thabrani dalam Al-Kabir dan Dhiya' > Al-Muqaddasi dalam Al-Mukhtarah II:34 dengan sanad yang shahih. Hadits ini > mempunyai syahid dalam Al-Musnad II:525. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa > sanadnya baik. > ? > Perkataan "Allah tidak akan melihat itu" menunjukkan bahwa pekerjaan seperti > itu tidak disukai. > ? > Hadits-hadits yang disebutkan di atas, terpakai sesuai dengan keumumannya, > yaitu baik untuk shalat Fardhu atau Sunnah, siang atau malam, bahkan > sebagian ulama seakan menekankan pada shalat Tarawih, seperti Imam Nawawi, > beliau menyebutkan hadits-hadits tersebut pada "Bab Adzkaar Shalat Tarawih". > Lihat Al-Adzkaar IV:297. > ? > Semoga dengan melaksanakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi > shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapat keampunan khususnya di > bulan suci Ramadhan ini. > ? > Dikutip dari buku > Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at > Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Abani rahimahullah > Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail > ? > ? _____? > > ? > Insya Allah menyusul : > > * Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas > > ? > ? _____? > > Post Message assunnah@... <mailto:assunnah@...> > Subscribe assunnah-subscribe@... > <mailto:assunnah-subscribe@...> > Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... > <mailto:assunnah-unsubscribe@...> > List owner assunnah-owner@... <mailto:assunnah-owner@...>? > ? _____? > > ?<> respond.com > > eGroups.com Home: > <> > <>? - Simplifying group communications > > > > ------------------------------------------------------------------------ > Post Message assunnah@... > Subscribe assunnah-subscribe@... > Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... > List owner assunnah-owner@... > > ------------------------------------------------------------------------ > At Esurance.com you can buy customized insurance online. Call 1-800-926-6012 and complete a quote today to start saving money tomorrow or just go to > > > -- Create a poll/survey for your group! > -- > > > |
Re: Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = Perintah Membaguskan Shalat]
Assalamu'alaikum wr.wb.
toggle quoted message
Show quoted text
Saya anggota baru group assunnah ini. Pernahkah dibahas hadits-hadits tentang sholat yakni bagaimana cara Nabi SAW mengerjakan sholat dan wudhu). Wassalam, NG -----Original Message-----
From: Y & R [mailto:yayat@...] Sent: Monday, January 03, 2000 9:51 PM To: assunnah@... Subject: [assunnah] Masalah-masalah Penting Dalam Islam [Masalah - 17 = Perintah Membaguskan Shalat] PERINTAH MEMBAGUSKAN SHALAT Dan Ancaman Bagi YANG MELALAIKAN oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani _____ Sehubungan dengan bulan suci Ramadhan, maka kita dipanggil untuk menggunakan kesempatan ini buat memperbaiki ibadah kita, khususnya shalat Tarawih sehingga kita dapat mencapai target yaitu mendapat keampunan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Barangsiapa beribadah di (bulan) Ramadhan karena iman dan karena hendak mendapat ganjaran, niscaya diampunkan baginya apa-apa yang telah lalu dari dosanya". (Muttafaq 'alaihi). Dalam hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, telah memberi contoh sebagaimana yang disebutkan hadits 'Aisyah : "...... beliau shalat empat raka'at, jangan engkau tanya bagus dan panjangnya.....". Riwayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaguskan shalatnya, maksudnya memperbanyak/ memanjangkan bacaan-bacaan, thuma'ninah dalam gerakan serta khusyu'. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dibawah ini penulis kemukakan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah tersebut : "Artinya : Dari Abu Hurairah radyillahu 'anhum ia berkata : Bahwasanya seorang laki-laki telah masuk masjid dan shalat, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sisi masjid, maka ia datang (kepadanya) dan memberi salam kepadanya, maka ia menjawab salamnya sambil berkata : "Wa 'alaikas salaam", ulangi shalatmu karena sesungguhnya engkau belum shalat, maka ia kembali dan shalat kemudian memberi salam, ia berkata : "Wa 'alaikas salaam" kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau tidak/belum shalat, pada yang ketiga kali ia berkata : Ajarkanlah kepadaku, maka sabdanya : Apabila engkau akan melaksanakan shalat sempurnakanlah wudhu', kemudian menghadaplah ke kiblat dan bertakbirlah, dan bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an kemudian ruku'lah sehingga benar-benar ruku', kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau benar-benar berdiri, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah (tubuhnya) sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri, kemudian lakukan semua itu di shalatmu seluruhnya". Penjelasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari II:191,219 dan 222, II:31,467, Muslim II:10-11, dan selain keduanya. Maksud hadits ini shalat itu harus thuma'ninah, yaitu tenteram dalam gerakan, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk antara dua sujud dan lain sebagainya. "Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Badri ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak mendapat pahala shalat seseorang yang tidak meluruskan punggungnya dalam ruku' dan sujud". Penjelasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud I:136, Nasa'i I:167, Tirmidzi II:51, Ibnu Majah I:284, Ad-Daarimi I:304, Thahawi dalam Al-Musykil I:80, Thayalisi I:97, Ahmad IV:119 dan Daraquthni, Ia berkata : Sanad hadits ini SHAHIH. "Artinya : Dari Abi Hurarirah radyillahu 'anhum, ia berkata : Sesungguhnya sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya. Mereka bertanya : Hai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya". Penjelasan. Dikeluarkan oleh Hakim dan dishahkannya I:229 serta disepakati oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini juga mempunyai beberapa syahid di antaranya hadits Malik I:181 dari Nu'man Murrah, sanadnya Shahih Mursal, juga bagi Thayalisi I:97 dari Abi Sa'id dishahkan oleh Suyuthi dalam kitab "Tanwirul Hawalik". Maksud hadits ini, orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya di ibaratkan orang yang telh mencuri shalatnya. Dari 'Amr bin Ash dan Khalid bin Walid dan Syarhabil bin Hasanah serta Yazid bin Abi Sufyan, mereka berkata : "Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya, dan mematuk dalam sujudnya. Maka sabdanya : Seandainya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, maka ia mati bukan dalam millah Muhammad". Penjelasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Aajiry dalam kitab "Al-Arba'iin" dan Baihaqi II:89 dengan sanad yang Hasan. Mundziri berkata : Hadits ini juga diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dan juga Abu Ya'la dengan sanad yang Hasan serta Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. Hadits ini menerangkan bahwa mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujud seperti burung yang mematuk, berarti telah mengerjakan suatu amalan yang tidak di sukai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari Thalqi bin Ali radyillahu 'anhum ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak meluruskan tulang belakangnya diantara sujudnya dan ruku'nya". Penjelasan. Diriwayatkan oleh Ahmad IV:22, Thabrani dalam Al-Kabir dan Dhiya' Al-Muqaddasi dalam Al-Mukhtarah II:34 dengan sanad yang shahih. Hadits ini mempunyai syahid dalam Al-Musnad II:525. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa sanadnya baik. Perkataan "Allah tidak akan melihat itu" menunjukkan bahwa pekerjaan seperti itu tidak disukai. Hadits-hadits yang disebutkan di atas, terpakai sesuai dengan keumumannya, yaitu baik untuk shalat Fardhu atau Sunnah, siang atau malam, bahkan sebagian ulama seakan menekankan pada shalat Tarawih, seperti Imam Nawawi, beliau menyebutkan hadits-hadits tersebut pada "Bab Adzkaar Shalat Tarawih". Lihat Al-Adzkaar IV:297. Semoga dengan melaksanakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapat keampunan khususnya di bulan suci Ramadhan ini. Dikutip dari buku Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Abani rahimahullah Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail _____ Insya Allah menyusul : * Nasihat Perkawinan oleh Yazid Abdul Qadir Jawas _____ Post Message assunnah@... <mailto:assunnah@...> Subscribe assunnah-subscribe@... <mailto:assunnah-subscribe@...> Unsubscribe assunnah-unsubscribe@... <mailto:assunnah-unsubscribe@...> List owner assunnah-owner@... <mailto:assunnah-owner@...> _____ <> respond.com eGroups.com Home: <> www.egroups.com <> - Simplifying group communications |
[Masalah - 61 = Hadits Hudzaifah Radhiyallahu Anhu]
开云体育HADITS HUDZAIFAH RADHIYALLAHU TA'ALA?'ANHU
?
Oleh
Syaikh Salim bin 'Ied
Al-Hilali
?
Nash
Hadits.
?
Makna
Hadits
?
[1].???
Mengenali Sabilul Mujrimin adalah kewajiban Syar'i.
Perlu diketahui bahwa Manhaj Rabbani
yang abadi yang tertuang dalam uslub Qur'ani yang diturunkan ke hati Penutup
Para Nabi tersebut tidak hanya mengajarkan yang haq saja untuk mengikuti jejak
orang-orang beriman (sabilul Mu'minin). Akan tetapi juga membuka kedok
kebathilan dan menyingkap kekejiannya supaya jelas jalannya orang-orang yang
suka berbuat dosa (sabilul Mujrimin) Allah berfirman.
Yang demikian itu karena
istibanah (kejelasan) jalannya orang-orang yang suka berbuat dosa
(sabilul Mujrimin) secara langsung berakibat pada jelasnya pula
sabilul mu'minin. Oleh karena itu istibanah (kejelasan)
sabilul Mujrimin merupakan salah satu sasaran dari beberapa sasaran
penjelasan ayat-ayat Rabbani. Karena ketidakjelasan sabilul Mujrimin
akan berakibat langsung pada keraguan dan ketidakjelasan sabilul
Muminin. Oleh karena itu, menyingkap rahasia kekufuran dan kekejian adalah
suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk menjelaskan keimanan, kebaikan dan
kemaslahatan.
?
Ada sebagian cendikiawan syair
menyatakan.
Hakikat inilah yang dimengerti oleh
generasi pertama umat ini -Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu 'anhu. Maka ia
berkata : "Manusia bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan
aku bertanya tentang keburukan, karena khawatir akan terjebak di
dalamnya".
?
[2].???
Kekokohan Kita Dihancurkan Dari Dalam
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah bersabda berkenan dengan keinginan kaum kafir untuk membinasakan
kaum muslimin dan Islam, seperti yang dinyatakan dalam hadits Tsaubah
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan
bahwa :
Akan tetapi kekhususan tersebut
dibatasi oleh sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Tsauban
yang lalu, yang menyatakan : "Allah akan mencabut rasa takut musuh-musuhmu
terhadap kalian ...".
?
Dari hadits ini mengertilah
kita bahwa kekuatan umat Islam bukanlah terletak pada jumlah dan perbekalannya,
atau pada artileri dan logistiknya. Akan tetapi kekuatannya terletak pada
aqidahnya. Seperti yang kita saksikan ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab pertanyaan yang berkenan dengan jumlah, maka beliau jawab :
"Bahkan ketika itu kalian banyak sekali, akan tetapi kalian seperti buih di
atas aliran air".
?
Kemudian apa yang menjadikan "pohon
yang akarnya menghujam ke bumi dan cabangnya menjulang ke langit" itu seperti
buih yang mengambang di atas air ?
?
Sesungguhnya racun yang meluruhkan
kekuatan kaum muslimin dan melemahkan gerakannya serta merenggut barakahnya
bukanlah senjata dan pedang kaum kafir yang bersatu untuk membuat makar terhadap
Islam, para pemeluknya dan negeri-negerinya. Akan tetapi adalah racun yang
sangat keji yang mengalir dalam jasad kaum muslimin yang disebut oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai "Dakhanun" Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari XIII/36 mengartikannya dengan "hiqd
(kedengkian), atau daghal (penghianatan dan makar), atau
fasadul qalb (kerusakan hati). Semua itu mengisyaratkan bahwa kebaikan
yang datang setelah keburukan tersebut tidak murni, akan tetapi keruh. Dan Imam
Nawawi dalam syarh Shahih Muslim XII/236-237, mengutip perkataan Abu
'Ubaid yang menyatakan bahwa arti dakhanun adalah seperti yang disebut
dalam hadits lain.
Sedangkan makna aslinya adalah
apabila warna kulit binatang itu keruh/suram. Maka seakan-akan mengisyaratkan
bahwa hati mereka tidak bening dan tidak mampu membersihkan antara yang satu
dengan yang lain. Kemudian berkata Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah XV/15
: Bahwa sabda beliau : "Dan didalamnya ada Dakhanun, yakni tidak
ada kebaikan murni, akan tetapi didalamnya ada kekeruhan dan kegelapan". Adapun
Al 'Adzimul Abadi dalam ' Aunil Ma'bud XI/316 menukil perkataan Al-Qari
yang berkata : "Asal kata dakhanun adalah kadurah (kekeruhan)
dan warna yang mendekati hitam. Maka hal ini mengisyaratkan bahwa kebaikan
tersebut tercemar oleh kerusakan (fasad)".
?
Dan sesungguhnya penanam racun yang
keji dan menjalar di kalangan umat ini tidak lain adalah oknum-oknum dari dalam
sendiri. Seperti yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Mereka adalah dari kalangan bangsa kita dan berbahasa dengan bahasa
kita".? Berkata Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Fathul Bari
XIII/36 : "Yakni dari kaum kita, berbahasa seperti kita dan beragama dengan
agama kita. Ini mengisyaratkan bahwa mereka adalah bangsa Arab". Sedangkan
Al-Qabisi menyatakan -seperti dinukil oleh Ibnu Hajar- secara lahir maknanya
adalah bahwa mereka adalah pemeluk dien (agama) kita, akan tetapi
batinnya menyelisihi. Dan kulit sesuatu adalah lahirnya, yang pada hakikatnya
berarti penutup badan". Mereka mempunyai sifat seperti yang dikatakan dalam
hadits riwayat Muslim.
Yakni mereka memberikan
harapan-harapan kepada manusia berupa mashalih (pembangunan),
siyadah (kepemimpinan) dan istiqlal? (kemerdekaan dan
kebebasan) .. dan umat merasa suka dengan propaganda mereka. Untuk itu mereka
mengadakan pertemuan-pertemuan, muktamar-muktamar dan diskusi-diskusi. Oleh
sebab itu mereka diberi predikat sebagai da'i atau du'at -dengan dlamah pada
huruf dal- merupakan bentuk jama' dari da'a yang berarti sekumpulan orang yang
melazimi suatu perkara dan mengajak serta menghasung manusia untuk menerimanya.
[Lihat 'Aunil Ma'bud XI/317].
?
[3].?? Jama'ah
Minal Muslimin Dan Bukan Jama'ah Muslimin/'Umm.
Kalau kita mengamati kenyataan, maka
kita akan melihat bahwa faham hizbiyah (kelompok) telah mengalir di
dalam otak sebagian besar kelompok yang menekuni medan da'wah ilallah,
dimana seolah-olah tidak ada kelompok lain kecuali kelompoknya, dan
menafikan kelompok lain di sekitarnya. Persoalan ini terus berkembang, sehingga
ada sebagian yang menda'wahkan bahwa merekalah Jama'ah Muslimin/Jama'ah
'Umm (Jama'ah Induk) dan pendirinya adalah imam bagi seluruh kaum muslimin,
serta mewajibkan berba'iat kepadanya. Selain itu mereka mengkafirkan sawadul
a'dzam (sebagian besar) muslimin, dan mewajibkan kelompok lain untuk
bergabung dengan mereka serta berlindung di bawah naungan bendera
mereka.
?
Kebanyakan mereka lupa, bahwa mereka
bekerja untuk mengembalikan kejayaan Jama'atul Muslimin. Kalaulah Jama'atul
Muslimin dan imam-nya itu masih ada, maka tidaklah akan terjadi
ikhtilaf? dan perpecahan ini dimana Allah tidak menurunkan sedikit
pun keterangan tentangnya.
?
Sebenarnya para pengamal untuk Islam
itu adalah Jama'ah minal muslimin (kumpulan sebagian dari muslimin) dan
bukan Jama'atul?Muslimin atau Jama'atul 'Umm (Jama'ah
Induk). karena kaum muslimin sekarang ini tidak mempunyai Jama'ah ataupun
Imam.
?
Ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwa
yang disebut Jama'ah Muslimin adalah yang tergabung didalamnya seluruh kaum
muslimin yang mempunyai imam yang melaksanakan hukum-hukum Allah. Adapun jama'ah
yang bekerja untuk mengembalikan daulah khilafah , mereka adalah
jama'ah minal muslimin yang wajib saling tolong menolong dalam
urusannya dan menghilangkan perselisihan yang ada diantara individu supaya ada
kesepakatan di bawah kalimat yang lurus dalam naungan kalimat
tauhid.
?
Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimaullah
dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari Rahimahullah
yang menyatakan : "Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa Jama'ah adalah
Sawadul A'dzam. Kemudian diceritakan dari? Ibnu Sirin dari Abi
Mas'ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika
'Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama'ah, karena Allah tidak akan
mengumpulkan umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan
dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia
berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah sati
firqah. Hindarilah semua firqah itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh
ke dalam keburukan".
?
[4].?Mejauhi Semua
Firqah
Dinyatakan dalam hadits Hudzaifah
tersebut supaya menjauhi semua firqah jika kaum muslimin tidak mempunyai jama'ah
dan tidak pula imam pada hari terjadi keburukan dan fitnah. Semua firqah
tersebut pada dasarnya akan menjerumuskan ke dalam kesesatan, karena mereka
berkumpul di atas perkataan/teori mungkar (mungkari minal qaul) atau
perbuatan mungkar, atau hawa nafsu. Baik yang mendakwakan mashalih
(pembangunan) atau mathami' (ketamakan) dan mathamih
(utopia). Atau yang berkumpul diatas asa pemikiran kafir, seperti ;
sosialisme, komunisme, kapitalisme, dan demokratisme. Atau yang berkumpul di
atas asas kedaerahan, kesukuan, keturunan, kemadzhaban, atau yang lainnya. Sebab
mereka semua itu akan menjerumuskan ke dalam neraka Jahannam, dikarenakan
membawa misi selain Islam atau Islam yang sudah dirubah ..!
?
[5].?Jalan
Penyelesaiannya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah memerintahkan kepada Hudzaifah untuk menjauhi semua firqah yang
menyeru dan menjerumuskan ke neraka Jahannam, dan supaya memegang erat-erat
pokok pohon (ashlu syajarah) hingga ajal menjemputnya sedangkan ia
tetap dalam keadaan seperti itu.
?
Dari pernyataan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
?
Pertama.
Bahwa pernyataan itu mengandung
perintah untuk melazimi Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafuna Shalih.
Hal ini seperti yang diisyaratkan dalam hadits riwayat 'Irbadh Ibnu
Sariyah.
Jika kita menggabungkan kedua hadits
tersebut, yakni hadits Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu 'anhu yang berisi
perintah untuk memegang pokok-pokok pohon (ashlu syajarah)? dengan
hadits 'Irbadh ini, maka terlihat makna yang sangat dalam. Yaitu perintah untuk
ber-iltizam pada As-Sunnah An-Nabawiyah dengan pemahaman Salafuna
As-Shalih Ridlwanalahu Ta'ala 'alaihim manakala muncul firqah-firqah sesat dan
hilangnya Jama'ah Muslimin serta Imamnya.
?
Kedua.
Di sini ditunjukkan pula bahwa lafadz
(an ta'adhdha bi ashli syajarah) dalam hadits Hudzaifah tersebut tidak
dapat diartikan secara dzahir hadits. Tetapi maknanya adalah perintah untuk
berpegang teguh, dan bersabar dalam memegang Al-Haq serta menjauhi firqah-firqah
sesat yang menyaingi Al-Haq. Atau bermakna bahwa pohon Islam yang rimbun
tersebut akan ditiup badai topan hingga mematahkan cabang-cabangnya dan tidak
tinggal kecuali pokok pohonnya saja yang kokoh. Oleh karena itu maka wajib
setiap muslim untuk berada di bawah asuhan pokok pohon ini walaupun harus
ditebus dengan jiwa dan harta. Karena badai topan itu akan datang lagi lebih
dahsyat.
?
Ketiga.
Oleh karena itu menjadi kewajiban
bagi setiap muslim untuk mengulurkan tangannya kepada kelompok (firqah) yang
berpegang teguh dengan pokok pohon itu untuk menghadapi kembalinya fitnah dan
bahaya bala. Kelompok ini seperti disabdakan beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam akan selalu ada dan akan selalu muncul untuk menyokong kebenaran hingga
yang terakhir dibunuh dajjal.
?
Tulisan ini disadur dan diringkas dari
kutaib yang berjudul "Qaulul Mubin fi Jama'atil Muslimin" karangan Salim bin
'Ied Al-Hilali, Penerbit Maktab Islamy Riyadh tanpa tahun, dan dimuat di majalah
As-Sunnah? edisi 07/1/1414-1993 hal. 8-13
Maraji'
|
to navigate to use esc to dismiss