¿ªÔÆÌåÓı

ctrl + shift + ? for shortcuts
© 2025 Groups.io

Berdo¡¯a Di Dalam Shalat Atau Sesudahnya?


 

BERDO¡¯A DI DALAM SHALAT ATAU SESUDAHNYA?

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA

Berdo¡¯a kepada All?h Azza wa Jalla merupakan amal shaleh yang keutamaan dan kedudukannya sangat tinggi dalam Islam.

Cukuplah firman All?h Subhanahu wa Ta¡¯ala berikut menunjukkan keagungan kedudukan do¡¯a dan yang menunjukkan bahwa ibadah ini sangat dicintai oleh All?h Azza wa Jalla :

??????? ????????? ????????? ?????????? ?????? ? ????? ????????? ??????????????? ???? ?????????? ????????????? ????????? ??????????

Dan Rabbmu berfirman, ¡°Berdo¡¯alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdo¡¯a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina¡± [Al-Mu¡¯min/40:60]

Dalam sebuah hadits yang shahih, dari an-Nu¡¯man bin Basy?r Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda, ¡°Berdo¡¯a adalah ibadah¡±, lalu Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam membaca ayat di atas.[1]

Jadi, maksud dari kata ibadah dalam ayat di atas adalah berdo¡¯a kepada All?h Azza wa Jalla .

Dan karena kedudukannya yang mulia, di akhir ayat ini, All?h Azza wa Jalla memberikan ancaman keras bagi orang yang menyombongkan diri dan berpaling dari berdo¡¯a kepada-Nya[2]. Inilah makna sabda Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam :

??????? ???? ???? ???????? ????? ???????? ????????

Sesungguhnya barangsiapa enggan untuk memohon kepada All?h maka Dia akan murka kepadanya.[3]

Dalam ayat lain, All?h Azza wa Jalla menjelaskan tingginya keutamaan do¡¯a sebagai sebab perhatian dan pemuliaan All?h Subhanahu wa Ta¡¯ala kepada para hamba-Nya.[4] All?h Azza wa Jalla berfirman:

???? ??? ???????? ?????? ?????? ??????? ??????????? ? ?????? ??????????? ???????? ??????? ????????

Katakanlah, ¡°Rabbku tidak mengindahkan kamu, kalau kamu tidak berdo¡¯a (dan beribadah kepada-Nya). (Tetapi bagaimana kamu beribadah kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak (adzab) pasti (menimpamu)¡± [Al-Furq?n/25:77]

Demikian pula dalam beberapa hadits, Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda tentang agungnya kedudukan do¡¯a. Dari ¡®Abdullah bin ¡®Abbas Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, ¡°Seutama-utama ibadah adalah berdo¡¯a.[5]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, ¡°Tidak ada sesuatupun yang lebih mulia bagi All?h Azza wa Jalla daripada do¡¯a.¡±[6]

DOA YANG DIKABULAKN ALLAH SUBHANAHU WA TA¡¯ALA

Setiap Muslim tentu mengharapkan do¡¯a-do¡¯a permohonan kebaikannya dikabulkan oleh All?h Subhanahu wa Ta¡¯ala sebagaimana yang dijanjikan All?h Azza wa Jalla dalam ayat di atas. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak semua do¡¯a yang dipanjatkan lantas dikabulkan-Nya. Penyebab adalah banyak dari do¡¯a-do¡¯a yang dilakukan manusia tidak memperhatikan syarat-syarat, adab dan sebab-sebab terkabulnya do¡¯a, serta tidak menjauhi penghalang-penghalang terkabulnya do¡¯a tersebut, sebagaiamana yang dijelaskan dalam al-Qur¡¯an dan hadits-hadits Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam .

Di antara penghalang tersebut adalah melampaui batas dalam berdo¡¯a dalam segala bentuknya, perbuatan dosa dan kezhaliman tanpa bertaubat kepada All?h Azza wa Jalla , tergesa-gesa meminta pengabulan do¡¯a dari All?h Azza wa Jalla , mengkonsumsi harta yang haram, baik dalam makanan, minuman, maupun pakaian, kelalaian hati dari (mengingat All?h Azza wa Jalla ), serta dominasi hawa nafsu dan syahwat pada diri manusia.[7]

Demikian pula adab dan sebab-sebab dikabulkannya do¡¯a yang banyak disebutkan dalam ayat al-Qur¡¯an dan hadits Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam .

Jadi, do¡¯a dan permohonan yang paling dekat dengan pengabulan dari All?h Azza wa Jalla adalah permohonan yang terpenuhi padanya syarat-syarat terkabulnya do¡¯a, jauh dari penghalang-penghalangnya, dan dihiasi dengan adab-adab berdo¡¯a sebanyak mungkin. Inilah do¡¯a yang tidak akan ditolak oleh All?h Azza wa Jalla , insya All?h.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, ¡°Jika terkumpul dalam do¡¯a (seorang hamba) hadirnya hati dan terfokusnya secara utuh kepada permohonan yang dimintanya, (waktu dia berdo¡¯a) bertepatan dengan salah satu dari enam waktu (yang dijanjikan padanya) pengabulan do¡¯a, yaitu:

? sepertiga malam yang terakhir
? ketika adzan (berkumandang)
? (waktu) di antara adzan dan iqamah,
? di akhir shalat-shalat (lima waktu) yang wajib (sebelum salam),
? ketika imam (khathib) naik ke mimbar pada hari Jum¡¯at sampai selesai shalat Jum¡¯at,
? dan akhir waktu (siang) setelah shalat Ashar (sebelum matahari terbenam) pada hari Jum¡¯at

disertai perasaan khusyu¡¯ dalam hati, merendahkan diri, tunduk, pasrah dan mengakui kelemahan diri (di hadapan All?h Azza wa Jalla), dia berdo¡¯a dalam keadaan suci (dari hadats), menghadap qiblat serta mengangkat kedua tangannya kepada All?h Azza wa Jalla.? Dia memulai (do¡¯anya) dengan memuji dan menyanjung All?h Subhanahu wa Ta¡¯ala , lalu bershalawat atas Nabi Muhammad Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , kemudian sebelum menyampaikan permohonannya, dia bertaubat dan beristigfar (memohon ampun kepada-Nya), setelah itu dia menyampaikan permohonannya kepada All?h Azza wa Jalla , dengan merengek-rengek dan bersungguh-sungguh meminta, disertai perasaan takut dan berharap, bertawassul kepada-Nya dengan nama-nama-Nya (yang maha indah), sifat-sifat-Nya (yang maha tinggi), dan mentauhidkan-Nya, serta terlebih dahulu bersedekah sebelum berdo¡¯a. Sungguh do¡¯a (seperti) ini hampir (pasti) tidak akan ditolak selamanya. Terlebih lagi jika do¡¯a tersebut bersesuaian dengan do¡¯a-do¡¯a yang diberitakan oleh Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bahwa do¡¯a-do¡¯a tersebut kemungkinan (besar) dikabulkan atau mengandung nama All?h yang paling agung¡­¡±[8]

BERDOA DALAM SHALAT

Saat melaksanakan shalat adalah salah satu waktu yang dijanjikan pengabulan do¡¯a dari All?h Azza wa Jalla padanya dan berdo¡¯a pada saat ini merupakan salah satu sebab utama dikabulkannya do¡¯a.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda:

????? ????? ?????????? ??? ?????????? ????????? ???????? ???????

Ketika salah seorang dari kalian sedang mengerjakan shalat maka sesungguhnya (saat itu) dia sedang bermunajat (berkomunikasi/ berbisik-bisik) dengan Rabbnya (All?h Azza wa Jalla)[9]

Hadits ini menunjukkan bahwa diantara saat yang paling tepat dan pantas bagi seorang hamba untuk menyampaikan permohonannya kepada All?h Azza wa Jalla adalah ketika dia sedang melaksanakan shalat, karena pada waktu itu dia sedang bermunajat dan berkomunikasi dengan All?h Azza wa Jalla .

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, ¡°Adapun berdo¡¯a (yang langsung dilakukan) setelah salam dari shalat, dengan menghadap kiblat atau para makmum (dalam shalat berjama¡¯ah), maka ini sama sekali bukanlah termasuk sunnah Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , dan tidak pernah dinukil dari (hadits) Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , (baik) dengan sanad yang shahih ataupun hasan¡­ Mayoritas do¡¯a-do¡¯a yang berkaitan dengan shalat tidak lain dilakukan dan diperintahkan oleh Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dalam shalat. Inilah (berdo¡¯a di dalam shalat) yang sesuai dengan keadaan orang yang sedang shalat, karena dia sedang menghadap All?h Azza wa Jalla dan bermunajat dengan-Nya selama dia dalam shalatnya, maka setelah dia mengucapkan salam dari shalat terputuslah munajatnya (dengan All?h) dan buyarlah sikap berdiri serta kedekatannya dengan All?h Azza wa Jalla . Oleh karena itu, bagaimana (bisa dibenarkan ketika) hamba ini meninggalkan do¡¯a kepada All?h Azza wa Jalla di saat dia sedang bermunajat, dekat dan menghadap kepada-Nya (di dalam shalat), kemudian dia (malah) berdo¡¯a kepada-Nya setelah semua itu selesai??. Tidak diragukan lagi bahwa keadaan sebaliknyalah yang lebih sesuai dan lebih pantas bagi hamba yang sedang melaksanakan shalat.¡±[10]

Berdasarkan hadits-hadist yang shahih, para Ulama menyimpulkan bahwa ada enam atau tujuh tempat dalam shalat[11] yang Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam berdo¡¯a kepada All?h Azza wa Jalla ketika itu, yaitu:

1- Dalam do¡¯a istiftah atau iftitah setelah takb?ratul ihram, sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadits shahih, di antaranya hadits riwayat Imam al-Bukh?ri dan Muslim dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

2- Dalam do¡¯a qunut shalat witir sebelum ruku¡¯, setelah selesai membaca al-F?tihah dan surah al-Qur¡¯an. Ini juga disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih.

3- Di waktu i¡¯tidal setelah bangkit dari ruku¡¯, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim dari ¡®Abdullah bin Abi Aufa Radhiyallahu anhu .

4- Di waktu ruku¡¯, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam al-Bukh?ri dan Muslim dari ¡®Aisyah Radhiyallahu anhuma .

5- Di waktu sujud (semua sujud dalam shalat). Di waktu inilah yang paling sering Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam memanjatkan do¡¯a-do¡¯a dan memerintahkan untuk memperbanyak do¡¯a padanya.

6- Di waktu duduk di antara dua sujud, ini juga disebutkan dalam hadits yang shahih.

7- Sebelum salam dari shalat (di akhir shalat), setelah tasyahud dan shalawat. Inilah yang diperintahkan oleh Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dalam hadits shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dan dari Fadh?lah bin ¡®Ubaid Radhiyallahu anhu .[12]

Kemudian Imam Ibnu hajar menambahkan, ¡°Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam juga selalu berdo¡¯a (dalam shalat) ketika qunut (witir dan n?zilah) serta di saat membaca al-Qur¡¯an, ketika Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam melewati ayat-ayat (yang menjelaskan tentang) rahmat All?h maka Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam berdo¡¯a memohon (rahmat-Nya), dan ketika melewati ayat-ayat (yang menjelaskan tentang) adzab All?h maka Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam berdo¡¯a memohon perlindungan (kepada-Nya).¡±[13]

Dan di antara tempat-tempat tersebut di atas, ada dua tempat yang diperintahkan dan dianjurkan secara khusus oleh Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam untuk memperbanyak do¡¯a padanya, yaitu di waktu sujud dan setelah tasyahhud sebelum salam dari shalat.[14]

1. Di Waktu Sujud

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda:

???????? ??? ???????? ????????? ???? ??????? ?????? ??????? ????????????? ??????????

Sedekat-dekatnya seorang hamba dari Rabbnya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah do¡¯a (pada waktu itu)[15]

Dalam hadits lain dari ¡®Abdullah bin ¡®Abb?s Radhiyallahu anhuma bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda:

???????? ??????????? ?????????????? ??? ?????????? ???????? ???? ??????????? ??????

Adapun (di waktu) sujud maka bersungguh-sungguhlah untuk berdo¡¯a padanya, karena pantas untuk dikabulkan do¡¯amu (pada waktu itu).[16]

Kedua hadits ini menunjukkan keutamaan berdo¡¯a di waktu sujud sehingga Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam memerintahkan untuk memperbanyak do¡¯a padanya (setelah membaca dzikir untuk sujud), dan juga menunjukkan bahwa waktu sujud adalah saat yang dijanjikan pengabulan do¡¯a padanya.[17]

Oleh karena itulah, Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam paling sering dan paling banyak berdo¡¯a pada waktu sujud dalam shalat Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , sebagaimana penjelasan Imam Ibnul Qayyim dan Imam Ibnu Hajar.[18]

Juga perlu diingatkan di sini, bahwa keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini berlaku untuk semua sujud dalam shalat dan tidak hanya untuk sujud terakhir saja, sebagaimana yang disangka dan dipraktekkan oleh sebagian dari kaum Muslimin.[19] HuH

2. Setelah Tasyahhud Sebelum Salam dari Shalat

Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhuma bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam pernah ditanya:

????? ?????????? ???????? ? ????? ?????? ????????? ??????? ???????? ???????????? ????????????????

Do¡¯a apakah yang paling didengar (dikabulkan oleh All?h Azza wa Jalla )? Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda: ¡°(Do¡¯a) di tengah malam (akhir malam) dan di ujung (akhir) shalat-shalat (lima waktu) yang wajib[20]

Yang di maksud ¡®akhir shalat yang wajib¡¯ dalam hadits ini adalah setelah tasyahhud sebelum salam, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah[21] dan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-¡®Utsaimin.[22]

Dalam hadits shahih lainnya dari ¡®Abdullah bin Mas¡¯?d Radhiyallahu anhu, ketika Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam mengajarkan bacaan tahiyyat dan tasyahhud dalam shalat kepada para Sahabat Radhiyallahu anhum, di akhir hadits ini Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda:

????? ??????????? ???? ?????????? ?????????? ???????? ?????????

?Kemudian (orang yang sedang shalat, setelah membaca tahiyyat dan tasyahhud) hendaknya dia memilih do¡¯a yang paling disukainya dan berdo¡¯a dengannya (ketika itu)[23]

Demikian juga dalam hadits lain dari Fadh?lah bin ¡®Ubaid Radhiyallahu anhu, bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda:

????? ???????? ????? ???????? -??? ???? ???? ????- ????? ??????? ?????? ????? ?????

Kemudian orang yang sedang shalat hendaknya membaca shalawat atas Nabi Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , lalu setelah itu berdo¡¯a sesuai dengan keinginannya.¡±[24]

Kedua hadits ini menunjukkan perintah dan anjuran untuk memperbanyak do¡¯a di saat ini.[25]

Dalam kitab Shifatu Shal?tin Nabi Shallallahu ¡®alaihi wa sallam ¡± (hlmn 183-187), Syaikh al-Albani rahimahullah membawakan banyak hadits shahih yang berisi do¡¯a-do¡¯a yang diucapkan dan diajarkan oleh Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam untuk dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam dari shalat.

Bahkan sebagian Ulama mengatakan bahwa anjuran berdo¡¯a di saat ini tidak hanya berlaku pada waktu duduk tahiyyat akhir, tapi juga berlaku pada waktu tahiyyat awal. Mereka berdalil dengan lafazh riwayat lain dari hadits ¡®Abdullah bin Mas¡¯?d Radhiyallahu anhu di atas, bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda: ¡°Jika kamu duduk (dalam shalat) di setiap dua raka¡¯at, maka ucapkanlah: at-tahiyyaatu lillahi washalawaatu wathayyibaat¡­ dan hendaknya dia memilih do¡¯a yang paling disukainya lalu berdo¡¯a kepada All?h Azza wa Jalla ¡±[26].

Sabda Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dalam hadits ini: ¡°¡­di setiap dua raka¡¯at¡­¡± menunjukkan bahwa ini berlaku untuk tahiyyat awal dan tahiyyat akhir.

Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Ibnu Hazm al-Andalusi t dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah .[27]

ANTARA BERDO¡¯A DI DALAM SHALAT DAN SETELAH SHALAT

Dari pemaparan di atas, jelaslah keutamaan besar dan kemuliaan berdo¡¯a dalam shalat. Tentu saja jika dibandingkan dengan berdo¡¯a setelah shalat, yang diperbolehkan oleh sebagian dari para Ulama, maka berdo¡¯a di dalam shalat jelas lebih utama dan lebih tinggi kedudukannya, karena berdo¡¯a setelah shalat tidaklah memiliki keutamaan yang khusus seperti berdo¡¯a di dalam shalat.

Memang ada di antara para Ulama, seperti Imam Ibnu hajar al-¡®Asqalani rahimahullah [28], yang berdalil untuk menetapkan keutamaan berdo¡¯a setelah shalat dengan hadits dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu yang telah dinukil di atas, bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda tentang do¡¯a yang paling didengar (dikabulkan oleh All?h Azza wa Jalla )?: ¡°(Do¡¯a) di tengah malam (akhir malam) dan di ujung (akhir) shalat-shalat (lima waktu) yang wajib.¡±[29]

Mereka memaknai sabda Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dalam hadits ini ¡°¡­ Di dubur shalat-shalat (lima waktu) yang wajib¡± dengan ¡®setelah salam dari shalat-shalat tersebut¡¯.

Namun, pendapat ini adalah pendapat yang lemah. Pendapat yang kuat adalah yang mengatakan bahwa maknanya ¡®di akhir shalat sebelum salam¡¯, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-¡®Utsaimin.[30]

Kalaupun pemaknaan di atas bisa diterima, tetap saja keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini tidak bisa menyamai atau bahkan tidak bisa mendekati keutamaan-keutamaan berdo¡¯a di dalam shalat yang telah dinukil dan dijelaskan di atas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ¡°Sesungguhnya berdo¡¯a di dalam shalat lebih dekat dengan pengabulan (dari All?h Azza wa Jalla ) daripada (berdo¡¯a) di waktu lain.¡±[31]

Oleh karena itu, jelaslah bagi kita kesalahan yang banyak dilakukan oleh sebagian dari kaum Muslimin ketika mereka melakukan shalat berjama¡¯ah di masjid-masjid, mereka selalu mengerjakan shalat dengan cepat dan ringkas, kemudian setelah itu mereka berdo¡¯a dengan do¡¯a yang sangat panjang, seakan do¡¯a setelah shalat lebih utama dan lebih penting dibandingkan dengan do¡¯a di dalam shalat, bahkan dengan shalat itu sendiri.

Tentu saja, perbuatan ini tidak benar dan sangat bertentangan dengan sunnah atau petunjuk Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dalam pelaksanaan shalat Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam .

Dari al-Bara¡¯ bin ¡®Azib Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

???????? ????????? ???? ????????? ?????? ??????? ???????? ????????? ?????????? ????????? ???????????? ?????????????? ?????? ?????????? ????????????? ???????????? ?????? ???????????????? ???????????? ???????????? ??? ?????? ???????????? ?????????????? ???????? ???? ??????????

Aku mengamati dengan seksama shalat Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , maka aku dapati (lama waktu ketika) Beliau berdiri, ruku¡¯, bangkit dari ruku¡¯, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud (yang kedua) dan duduk (tahiyyat) sebelum salam lalu mengakhiri shalat (semuanya) hampir sama (panjang waktunya)¡±[32].

Hadits ini menunjukkan bahwa panjang waktu setiap rukun shalat yang dikerjakan oleh Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam adalah tergantung panjang atau pendeknya bacaan al-Qur¡¯an (al-F?tihah dan surah) Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam ketika berdiri, sehingga jika bacaan al-Qur¡¯an tersebut semakin panjang maka semakin panjang pula waktu rukun-rukun shalat lainnya.[33]

Dan termasuk hal yang dilakukan oleh Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam untuk memperpanjang waktu ruku¡¯ dan duduk tasyahhud setelah membaca dzikir yang khsusus bagi rukun-rukun tersebut adalah memperbanyak bacaan do¡¯a dan permohonan kepada All?h Subhanahu wa Ta¡¯ala , sebagaimana penjelasan di atas.

Maka semua ini jelas menunjukkan tidak pantas dan merupakan tindakan keliru, orang yang memperingkas pelaksanaan shalatnya tanpa ¡®udzur syar¡¯i (alasan yang dibenarkan dalam syari¡¯at Islam) lalu setelah itu dia berdo¡¯a dengan sangat lama dan panjang, seakan-akan do¡¯a di luar shalat lebih utama dan lebih mulia daripada shalat itu sendiri.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADIKAN PELKASANAAN SHALAT HARUSNYA LEBIH PANJANG DAN KHUSYU¡¯

Ada beberapa faktor dan sebab yang menjadkan pelaksanaan shalat seorang hamba harusnya lebih lama, tenang dan khusyu¡¯, selain hal yang telah disebutkan di atas, di antaranya:

1- Shalat adalah qurratul ¡®ain (penyejuk hati atau penghibur jiwa) bagi orang yang benar, sehingga ketika melaksanakannya dia akan betah berlama-lama karena dia merasakan kenikmatannya.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

All?h menjadikan qurratul ¡®ain (penyejuk hati/penghibur jiwa) bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.[34]

Faktor inilah yang akan memudahkan seorang hamba untuk meraih khusyu¡¯ dalam shalatnya, dengan izin All?h Azza wa Jalla .

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata[35], ¡°Khusyu¡¯ dalam shalat hanyalah akan diraih oleh orang yang hatinya tercurah sepenuhnya kepada shalat (yang sedang dikerjakannya), dia hanya menyibuk-kan diri dan lebih mengutamakan shalat tersebut dari hal-hal lainnya. Ketika itulah shalat akan menjadi (sebab) kelapangan (jiwanya) dan kesejukan (hatinya), sebagamana sabda Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dalam hadits riwayat imam Ahmad dan an-Nasa-i, dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda: ¡°All?h menjadikan qurratul ¡®ain (penyejuk/penghibur hati) bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat¡±[36]

Dalam hadits lain, Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal Radhiyallahu anhu :

??? ??????? ????????? ????????????

Wahai Bilal, senangkanlah (hati) kami dengan (melaksanakan) shalat[37].

2- Bacaan al-Qur¡¯an, do¡¯a dan dzikir dalam shalat, semua ini termasuk sebab utama yang menjadikan tenang dan damai hati manusia.

All?h Azza wa Jalla berfirman:

????????? ??????? ????????????? ??????????? ???????? ??????? ? ????? ???????? ??????? ??????????? ??????????

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada All?h. Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada All?h hati menjadi tenteram [Ar-Ra¡¯du/13:28]

Artinya: dengan berzikir kepada All?h Azza wa Jalla segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan.[38]

Bahkan tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada All?h Azza wa Jalla [39].

Salah seorang Ulama salaf berkata, ¡°Kami mengerjakan shalat lalu beristirahat (merasakan kegembiraan) di dalam shalat kami.¡±[40]

3- Saat shalat merupakan waktu bermunajat dan dekat dengan All?h Azza wa Jalla .

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwa Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, ¡°Ketika salah seorang dari kalian sedang mengerjakan shalat maka sesungguhnya (saat itu) dia sedang bermunajat (berkomuni-kasi/ berbisik-bisik) dengan Rabbnya (All?h Azza wa Jalla )¡±[41].

Bermunajat kepada All?h Azza wa Jalla adalah kedudukan tertinggi dan kemuliaan terbesar seorang hamba di sisi All?h Azza wa Jalla .[42]

4- Do¡¯a-do¡¯a dalam shalat lebih utama dan dijanjikan pengabulan dari All?h Azza wa Jalla , sebagaimana penjelasan yang telah lalu. Tentu ini menjadikan seorang hamba lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk memperbanyak do¡¯a di dalam shalat.

BOLEHKAH BERDO¡¯A SETELAH SALAM DARI SHALAT?

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, ada yang membolehkannya dan ada yang tidak membolehkannya.

Di antara para Ulama yang membolehkannya adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah , Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dan Imam Ibnu Hajar al-¡®Asqalani rahimahullah .[43]

Ada juga di antara para Ulama yang tidak membolehkannya, karena ini bukan merupakan sunnah Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam .

Syaikh Muhammad bin Shalih al-¡®Utsaimin rahimahullah berkata, ¡°Berdo¡¯a setelah melaksanakan shalat wajib (lima waktu) bukanlah sunnah Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dan tidak pantas dilakukan, kecuali do¡¯a yang bersumber dari sunnah Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , seperti beristigfar tiga kali setelah salam.[44] Hal yang semestinya dilakukan oleh seorang Muslim adalah berdo¡¯a ketika dia sedang shalat (di dalam shalat). Bisa di dalam sujud (setelah membaca dikir sujud), karena sabda Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , (yang artinya), ¡°Sedekat-dekatnya seorang hamba dari Rabbnya adalah ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah do¡¯a (pada waktu itu)¡±[45]. Juga sabda Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam (yang artinya), ¡°Adapun (di waktu) sujud maka bersungguh-sungguhlah untuk berdo¡¯a padanya, karena pantas untuk dikabulkan do¡¯amu (pada waktu itu)¡±[46]

Atau di akhir tasyahhud sebelum salam, karena Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam bersabda ketika menyebutkan (bacaan) tasyahhud, ¡°¡­Kemudian orang yang sedang shalat (setelah membaca tahiyyat dan tasyahhud) hendaknya dia memilih do¡¯a yang paling disukainya¡±[47]

¡­ Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam tidak pernah mengangkat kedua tangan Beliau untuk berdo¡¯a setiap selesai shalat wajib, sampaipun ketika beristigfar tiga kali (setelah salam) tidak pernah dinukil (dalam hadits yang shahih) bahwa Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam mengangakat kedua tangan ketika beristigfar.

Tidak ada (dalam petunjuk Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam ) do¡¯a yang dinamakan dengan ¡®do¡¯a penutup shalat¡¯, akan tetapi yang diperintahkan (dalam Islam) setelah shalat adalah berdzikir kepada All?h Azza wa Jalla . All?h Azza wa Jalla berfirman:

??????? ?????????? ?????????? ??????????? ??????? ???????? ?????????? ???????? ???????????

Apabila kamu telah selesai melaksanakan shalat, maka berdzikirlah kepada All?h di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring [An-Nis?¡¯/4:103]

Maka aku nasehatkan kepada orang yang selalu berdo¡¯a kepada All?h Azza wa Jalla setiap selesai shalat wajib (lima waktu) dengan mengangkat kedua tangannya, hendaknya dia meninggalkan perbuatan ini dalam rangka mengikuti sunnah Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengan petunjuk Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam (karena Beliau Shallallahu ¡®alaihi wa sallam tidak melakukan ini). Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ¡®alaihi wa sallam dan seburuk-buruk perkara (dalam agama Islam) adalah yang diada-adakan (tanpa ada contoh dari sunnah Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam )¡±[48].

Sebagian para Ulama yang membolehkan hal ini menjelaskan bahwa berdo¡¯a tidak langsung dilakukan setelah shalat, tetapi setelah membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dan dicontohkan dalam sunnah Ras?lull?h Shallallahu ¡®alaihi wa sallam , sebagaimana penjelasan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid beliau Imam Ibnul Qayyim[49].

Dan meskipun hal ini dibolehkan, tentu saja tidak menjadikan kita lantas lebih mengutamakan dan memetingkan berdo¡¯a setelah shalat, serta meremehkan dan kurang memperhatikan berdo¡¯a di dalam shalat, sehingga menjadikan kita luput dari keutamaan-keutamaan besar sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akhirnya kami menutup tulisan ini dengan berdo¡¯a kepada All?h Azza wa Jalla dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha tinggi agar Dia memudahkan petunjuk-Nya bagi kita untuk meraih segala kebaikan dan terhindar dari segala keburukan. Sesungguhnya Dia maha mendengar lagi maha mengabulkan do¡¯a.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XX/1438H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo ¨C Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______

Footnote

[1] HR Abu Dawud, no. 1479; At-Tirmidzi, 5/211; Ibnu Majah, no. 3828 dan lain-lain. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani.
[2] Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir, 4/109 dan Tais?rul Kar?mirrahm?n, hlm. 740
[3] HR. At-Tirmidzi, no. 3373 dan al-Hakim, 1/667. Hadits ini dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani.
[4] Lihat kitab Tais?rul Kar?mirrahm?n, hlm. 587
[5] HR. Al-Hakim, 1/667. Hadits ini dinyatakan shahih oleh al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Silsilatul Ah?-d?tsidh Dha¡¯?fati wal Maudh?¡¯ah, no. 1579
[6] HR. At-Tirmidzi, 5/455; Ahmad, 2/362; Ibnu Hibban, 3/151 dan al-Hakim, 1/666. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam Ibnu Hibban dan al-Hakim, serta dinyatakan hasan oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[7] Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim t dalam kitab al-Jaw?bul K?fi, hlm. 3-4
[8] Kitab al-Jaw?bul K?fi, hlm. 5
[9] HSR. Al-Bukh?ri, 1/406 dan Muslim, no. 551
[10] Kitab Z?dul Ma¡¯?d, 1/247
[11] Imam Ibnul Qayyim menyebutkan tujuh tempat (Z?dul Ma¡¯?d, 1/247), sedangkan Imam Ibnu Hajar al-¡®Asqalani t menyebutkan enam tempat (Fat-hul B?ri, 11/132).
[12] Lihat dua kitab di atas.
[13] Kitab Fat-hul B?ri, 11/132
[14] Lihat kitab Fat-hul B?ri, 11/132 dan Majm?¡¯ Fat?wa wa Ras?-il Syaikh Ibni ¡®Utsaimin, 13/206
[15] HSR. Muslim, no. 482
[16] HSR. Muslim, no. 479
[17] Lihat kitab Fat-hul B?ri, 2/300 dan (2/491); ¡¯Aunul Ma¡¯b?d, 3/90 dan Faidhul Qad?r, 2/68
[18] Dalam kitab Z?dul Ma¡¯?d, 1/247 dan Fat-hul B?ri, 11/132
[19] Lihat kitab Syarh Shah?h Muslim oleh Imam an-Nawawi, 4/206
[20] HR. At-Tirmidzi, no. 9936 dan an-Nasa-i , 6/32. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[21] Lihat kitab Z?dul Ma¡¯?d, 1/305
[22] Lihat kitab asy-Syarhul Mumti¡¯, 1/678
[23] HSR. Al-Bukhari, 1/287 dan Muslim, no. 402
[24] HR. Abu Dawud, no. 1481 dan at-Tirmidzi, 5/517. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[25] Lihat kitab Z?dul Ma¡¯?d, 1/247 dan Shifatu Shal?tin Nabi n , hlm. 183
[26] HR. An-Nasaa-i , 2/23; Ahmad, 1/437 dan Ibnu Hibban, 5/281. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani.
[27] Lihat kitab Shifatu Shal?tin Nabi n , hlm. 160 dan al-Qaulul Mub?n fi Akhth?-il Mushall?n, hlm. 160
[28] Lihat kitab Fat-hul B?ri, 11/134
[29] HR. At-Tirmidzi, no. 9936 dan an-Nasa-i , 6/32. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[30] Lihat kitab asy-Syarhul Mumti¡¯, 1/678
[31] Kitab ar-Raddu ¡®alal Bakri, 2/520
[32] HSR. Muslim, no. 471
[33] Lihat kitab Z?dul Ma¡¯?d, 1/228
[34] HR. Ahmad, 3/128 dan an-Nasa-i , 7/61. Hadits ini? dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani.
[35] Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 3/319
[36] HR. Ahmad, 3/128 dan an-Nasa-i , 7/61. Hadits ini dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani.
[37] HR. Abu Daud, 2/715 dan Ahmad, 5/364. Hadits ini dinyatakan shahih oleh syaikh Al Albani.
[38] Lihat kitab Tais?rul Kar?mirrahm?n, hlm. 417
[39] Ibid.
[40] Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab al-W?bilush Shayyib, hlm. 34
[41] HSR. Al-Bukh?ri, 1/406 dan Muslim, no. 551
[42] Lihat kitab Fat-hul B?ri, 2/14 dan Faidhul Qad?r, 2/416
[43] Lihat kitab ar-Raddu ¡®alal Bakri, 2/520; Z?dul Ma¡¯?d, 1/247 dan Fat-hul B?ri, 11/133
[44] HSR. Muslim, no. 591

[45] HSR. Muslim, no. 482

[46] HSR. Muslim, no. 479

[47] HSR. Al-Bukh?ri, 1/287 dan Muslim, no. 402

[48] Majm?¡¯ Fat?wa wa Ras?-il Syaikh Ibni ¡®Utsaimin, 13/207

[49] Lihat kitab Z?dul Ma¡¯?d, 1/247 dan Taudh?hul Ahk?m, 2/310


Referensi :
?

Join [email protected] to automatically receive all group messages.