Keyboard Shortcuts
ctrl + shift + ? :
Show all keyboard shortcuts
ctrl + g :
Navigate to a group
ctrl + shift + f :
Find
ctrl + / :
Quick actions
esc to dismiss
Likes
Search
Re: >>Commentary Moonsighting.com about saudi Arabia<<
Assalamualaikum,
?
Sebenarnya saya termasuk juga yang bertanya-tanya mengapa Arab Saudi bisa menetapkan tanggal 10 Dec sebagai 1 Dzulhijjah. Berdasarkan perhitungan?dengan cara apapun tidak mungkin hilal bisa terlihat pada?saat matahari terbenam tanggal 9 dec.?Bagaimana bisa terlihat, lha wong, bulan terbenam lebih dulu daripada Matahari.
Saya harap anggota milis tidak?antipati dulu pada perhitungan hisab falakiyyah. Para ahli hisab (astronom) dengan seluruh alat-alat hitungnya, softwarenya dll?saat ini sudah sampai tingkat ketelitian yang tinggi?dan selisih antara perhitungan yang satu dan yang lain hanyalah sangat-sangat-sangat kecil sekali hingga bisa diabaikan.
Ini bukan berarti saya?hanya?merekomendasikan penggunaan metode hisab saja dalam penentuan awal bulan. Saya?akan tetap?merekomendasikan sesuai dengan syariat yang telah pasti dari Rasulullah (yaitu rukyat), karena visibilitas bulan tidak hanya bergantung pada posisi bumi bulan matahari sebagaimana perhitungan hisab, namun juga bergantung pada kondisi atmosfer (termasuk kondisi awan), bentuk daratan, dll. Perhitungan hisab hanya digunakan sebagai alat bantu untuk memulai rukyat.
?
Kembali ke tema, pada tanggal 9 dec, hilal hanya terlihat di sebagian kecil samudra pasifik selatan, itupun harus dilihat dengan alat bantu (teleskop). untuk daerah-daerah selain pasifik selatan, bulan terbenam lebih dahulu daripada Matahari. Ini merupakan kepastian dari perhitungan semua ahli astronomi. Tidak mungkin ada yang mampu melihat bulan pada tanggal 9 tersebut. Kalau ada yang menyatakan melihat bulan pada tanggal itu, maka dia perlu diragukan.
?
Baru pada tanggal 10 dec, hilal mungkin terlihat di wilayah Arab Saudi dan Indonesia. Yang berarti 1 dzulhijjah jatuh pada tanggal 11 Dec. Saya garis bawahi kata-kata mungkin karena memang ada faktor-faktor lain yang menentukan rukyat selain daripada perhitungan-perhitungan astronomis.
?
Wallahu a'lam.
Faidzin ibn Sumedi ibn Yasmudi?ibn Naya?(l.1979 M/1400 H)
?
NB:
1. Perbedaan yang terjadi antar kelompok2 yang memakai hisab tidak menafikan kepastian dari perhitungan hisabnya. Perbedaan yang terjadi hanyalah pada "apakah akan memakai batas 2 derajat atau tidak", dll. Sedangkan perhitungan hisabnya sudah pasti. (dengan perbedaan yang sangat-sangat-sangat kecil tadi)
2. Kewajiban kita adalah mengikuti pemerintah kita, bukan pemerintah negara lain. Apalagi jika keputusan pemerintah negara lain itu diragukan secara ilmiah. ----- Original Message ---- From: Abu Harits To: assunnah@... Sent: Thursday, December 13, 2007 2:09:31 PM Subject: [assunnah] RE: >>Commentary Moonsighting.com about saudi Arabia<< Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh, Masalah ini (hilal) sudah menjadi perbincangan setiap tahun, terutama dalam menghadapi awal bulan Ramadhan dan Idul Fithri, hampir semua lembaga, ormas Islam dan pemerintah ikut terlibat langsung dalam mengintip dan menghitung bulan, walau akhirnya perbedaan tetap terjadi. Perselisihan yang sangat mencolok, justru terjadi dalam tubuh ormas Islam dan lembaga lain yang sama-sama mereka menggunakan metode hisab, diantara mereka ada yang menggunakan istilah 'hilal hakiki dan prinsip wilayatul hikmi, sedangkan ada juga ormas Islam menggunakan hisab dengan kriteria tinggi bulan minimal 2 derajat. Ormas Islam dengan metode "hilal hakiki dan prinsip wilayatul hikmi". Berpedoman apabila menurut perhitungan astronomi (hisab) hilal sudah terlihat disebagian tempat Indonesia walau dibawah 2 derajat, maka esok harinya sudah merupakan awal bulan baru. Akan tetapi bagi ormas Islam yang menggunakan metode hisab dengan berpedoman minimal tinggi bulan 2 derajat, walaupun hilal menurut perhitungan astronomi mereka dapat terlihat tetapi tidak memenuhi persyaratan 2 derajat, mereka hanya mengatakan hilal sudah wujud di sebagian tempat namun tidak bisa di ru'yat, dan esok harinya mereka menggenapkan perhitungan bulan menjadi 30 hari. Kemudian masalah akan timbul, yaitu ormas-ormas Islam dan lembaga lain yang menggunakan metode hisab, biasanya mereka sudah terpaku (percaya sekali) dengan kalkulasi astronomi dan tidak memerlukan lagi adanya pelaksanaan ru¡¯yatul hilal bil-fi¡¯li yakni langsung melihat bulan baru. Sehingga apabila ada keputusan bahwa hilal sudah terlihat (seperti kasus sekarang ini, penentuan awal Dzulhijjah pemerintah Saudi Arabia berbeda dengan perhitangan hisab di Indonesia dan negeri lainnya), mereka akan menanyakan mana buktinya ...??? apa mungkin akan terlihat ??? Pertanyaan itu bukanlah hal baru, sebab setiap ada perbedaan akan timbul juga suatu pertanyaan. Dan kita mengetahui ; Keyakinan serta pembuktian orang yang melihat langsung tentunya akan berbeda dengan keyakinan dan pembuktian orang yang menyandarkan suatu kepastian berdasarkan perkiraan..!! Dengan demikian, keputusan pemerintah Saudi Arabia dalam menetukan 1 Dzulhijjah adalah sebuah keputusan yang sudah final dan dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan tuntunan syariat. Adapun Moonsighting.com, adalah sebuah perangkat lunak yang dibuat oleh manusia untuk mempermudah dalam Astronomical Calculation, dan actually suatu perkiraan atau perhitungan tetap saja harus dilihat secara real di lapangan. Wallahu 'alam Never miss a thing. |
to navigate to use esc to dismiss